Berita Sabu Raijua

Kompleksitas Persoalan Air di Sabu Raijua dalam Diskusi 

Sumur untuk sumber air bersih ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Sabu Raijua sejak nenek moyang mereka.

Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
Diskusi Dampak dan Keberlanjutan Sumur Bor Pada Pulau Kecil - Konteks Sabu Raijua di Aula lantai 2 DPRD Sabu Raijua pada Selasa, 3 Desember 2024 

Seorang nelayan, Domi (40) mengaku rata-rata masyarakat Sabu Raijua menggali sumur untuk mendapatkan air bersih. Ia harus menggali sumur sekitar 8 meter. Ia juga mengatakan jika air PDAM pernah beroperasi di Sabu Raijua namun karena curah hujan rendah menyebabkan mata air kering.

"Sudah dari nenek moyang begitu. Kita tidak terlalu tahu tentang PDAM. Jadi kita usaha dengan cara begitu," katanya.

Meski demikian, mereka menikmati kondisi ini. Bahkan tidak berani berharap lebih kepada pemerintah karena kondisi ini dirasakan seluruh masyarakat Sabu Raijua. Hampir setiap rumah memiliki sumur.

Masyarakat di pusat ibu kota Kabupaten Sabu Raijua akan lebih mudah mendapatkan sumber air sumur. Kondisi ini berbanding terbalik dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan. Untuk sumber mata air tanah pun hampir tidak ada.

Harga rata-rata air tangki dalam kota Sabu pada kisaran Rp100 ribu. Harga berbeda jika pesanan di luar kota. Untuk mendapatkan air bersih penduduk di pegunungan ini harus mengeluarkan uang sekitar Rp150 ribu sampai dengan Rp 250 ribu per tangki.

"Pingin ada harapan tapi agak berat. Kita harus buat bagaimana lagi dengan kondisi sabu seperti ini?," lanjutnya.

Desi (30), seorang ibu rumah tangga juga mengungkapkan, kesulitan mendapatkan air bersih di Sabu Raijua membuatnya harus memiliki sumur bor.

Baru-baru ini ia membuat sumur bor dengan kedalaman sekitar 70 meter. Tidak main-main, untuk satu sumur bor, ia harus mengeluarkan biaya sebanyak Rp 25 juta.

Kualitas air yang didapatnya sama seperti air tangki yang biasa dibelinya. Karena ia memiliki anggota keluarga yang cukup banyak, biasanya dalam satu bulan membutuhkan 4 tangki air bersih dengan harga Rp 125.000 per tangki satu 6000 liter. Air bersih ini pun bisa digunakan untuk  masak, cuci, mandi dan sebagainya.

Desi juga mengungkapkan, jika dulu pernah menggunakan air PDAM namun tidak beroperasi lagi saat ini. Air PDAM ini dulunya didapatkan gratis oleh masyarakat.

"Sudah lama tidak jalan. Padahal Kalau ada air PDAM, lebih gampang," ungkapnya.

Menurutnya, air PDAM ini tidak beroperasi kembali mungkin karena pemerintah kendala biaya operasional karena layanan air bersih ini gratis kepada masyarakat.

Padahal kata Desi, kalau air PDAM bayar pun masyarakat pasti bersedia karena sangat membutuhkan dan mudah memperoleh air bersih.

"Sempat mau bayar sudah tapi tidak ada. Lama-lama air tidak beroperasi," lanjutnya.

Dari kondisi ini, mereka berharap pemimpin yang akan terpilih ke depannya sebagai kepala daerah Sabu Raijua bisa mengakomodir kebutuhan air bersih masyarakat di Sabu Raijua.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved