Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 2 Desember 2024, “Katakan Saja Sepatah Kata, Maka Hambaku akan Sembuh”
ke tanah yang subur dan berlimpah. Namun, Israel melupakan kebaikan Tuhan dan berpaling kepada berhala-berhala
Oleh : Bruder Pio Hayon SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Senin 2 Desember 2024, “Katakan Saja Sepatah Kata, Maka Hambaku akan Sembuh”
Hari Senin Adven I
Bacaan I: Yer. 2: 1-5
Injil : Matius 8: 5-11
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Setiap kata yang terucap biasanya punya kekuatan untuk menggerakan sekaligus bisa mematikan atau menghidupkan orang.
Hal ini bisa terjadi karena dalam setiap kata itu selalu mengandung kekuatan yang tak terbantahkan. Karena dalam kata-kata itu ada gelombang suara yang punya kekuatan yang luar biasa untuk mencapai tempatnya.
Itulah kekuatan gelombang suara yang ada dalam setiap kata-kata. Maka gunakan kata-kata sedapat mungkin untuk setiap kebaikan dengan kata-kata yang menghidupkan.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pada hari Senin dalam minggu Advent pertama mengajak kita untuk merenungkan kedatangan Kristus yang penuh harapan. Bacaan Yeremia 2:1-5 dan Matius 8:5-11 menawarkan perspektif yang mendalam tentang kesetiaan Tuhan di tengah ketidaksetiaan manusia, sebuah tema yang sangat relevan dalam persiapan kita menyambut kedatangan-Nya.
Nabi Yeremia dalam bacaan pertama mengingatkan Israel akan kesetiaan Tuhan yang tak pernah putus. Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir, tanah perbudakan, ke tanah yang subur dan berlimpah. Namun, Israel melupakan kebaikan Tuhan dan berpaling kepada berhala-berhala, mengkhianati perjanjian mereka.
Ayat-ayat ini menggambarkan betapa mudahnya manusia melupakan kebaikan dan kesetiaan Tuhan, menggantikannya dengan pencarian kepuasan sesaat dan semu. Kita pun seringkali demikian; diberkati dengan begitu banyak anugerah, namun seringkali kita lalai untuk bersyukur dan tetap setia kepada-Nya.
Dalam bacaan Injil, kisah perwira Romawi yang memohon kesembuhan hambanya memperlihatkan iman yang luar biasa. Ia tidak meminta Yesus datang ke rumahnya, tetapi cukup dengan satu perkataan dari Yesus, ia percaya hambanya akan sembuh.
Iman perwira ini berbeda dengan keraguan dan ketidakpercayaan orang-orang Yahudi yang sering dijumpai dalam Injil. Imannya yang tulus dan sederhana mengalahkan jarak, budaya, dan bahkan keraguan diri. Ia percaya pada kuasa Yesus, meskipun ia bukan orang Yahudi. Kedua bacaan ini saling melengkapi.
Yeremia menunjukkan bagaimana ketidaksetiaan manusia dapat melupakan kebaikan Tuhan. Matius, sebaliknya, menunjukkan bagaimana iman yang tulus, meskipun di tengah ketidaksempurnaan manusia, dapat mengakses kuasa dan rahmat Tuhan.
Advent mengajak kita untuk memeriksa hati kita. Apakah kita telah melupakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita? Apakah kita memiliki iman yang teguh seperti perwira Romawi tersebut, yang mampu mengatasi keraguan dan ketidakpastian?
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.