Berita NTT

Mgr Dominikus Saku dan Tim Peneliti Unwira Mengkaji Konstruksi Rumah Adat Suku Meko di TTU

Kegiatan ini merupakan bagian dari tahapan penelitian hibah Unwira Kupang, yang bertujuan mengungkap gambaran konstruksi rumah adat Suku Meko

Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/HO
Uskup Atambua Mgr. Dominikus Saku bersama dosen dan mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira di Desa Manamas, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Minggu (24/11/2024). 

POS-KUPANG.COM - Kelompok mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira ( Unwira) Kupang yang  KKN di Manamas, Timor Tengah Utara melaksanakan kegiatan  menarik pada Minggu 24 November 2024.

Mereka bersama RD. Oktovianus Kosat, RD. Theodorus Silab dan Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku dan tim peneliti, mengadakan wawancara dengan tokoh adat Suku Meko di Desa Manamas, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari tahapan penelitian hibah Unwira Kupang, yang bertujuan mengungkap gambaran konstruksi rumah adat Suku Meko, khususnya yang berada di wilayah Manamas.

Mahasiswa Unwira, Sirilus Aristo Mbombo dalam laporannya untuk Pos Kupang menyebutkan,  wawancara tersebut mengungkap adanya perbedaan antara konstruksi rumah adat di Manamas dan bentuk aslinya yang masih terjaga di enklave Oekusi, negara Timor Leste. 

Meskipun perubahan terjadi, nilai sakral dan fungsi budaya rumah adat tetap dijaga. Hal ini disampaikan  Yohanes T. Meko dan Amaf-Amaf Sonaf Meko sebagai perwakilan tokoh adat Suku Meko, yang menjadi narasumber dalam diskusi tersebut. 

Ia menjelaskan, perubahan terutama terjadi pada bahan bangunan, tanpa menghilangkan esensi dan nilai filosofis rumah adat.

Menurut Yohanes, perbedaan utama terdapat pada beberapa bagian bentuk bangunan rumah adat (Sonaf Meko). 

Kendati demikian, perubahan ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor keberlanjutan dan fungsi praktis, tanpa mengorbankan identitas budaya.

Marthinus Richardo Seran, mahasiswa KKN yang turut hadir, menyampaikan pandangannya bahwa perubahan pada konstruksi rumah adat memiliki dampak positif, terutama dalam menarik perhatian generasi muda. 

Menurutnya, modifikasi ini dapat meningkatkan kesadaran kaum muda terhadap keberadaan rumah adat sebagai salah satu hasil seni leluhur yang patut dihargai dan dilestarikan.

Sementara itu, RD. Martinus Nahak sebagai pastor rekan Paroki St. Yosef Manamas menilai kegiatan ini memiliki nilai penting dalam pelestarian budaya. 

Ia menekankan bahwa rumah adat bukan hanya bangunan fisik, tetapi juga buah pemikiran dan kearifan nenek moyang yang sarat makna. 

Upaya penelitian dan dialog seperti ini dinilai mampu menjaga eksistensi budaya sekaligus memperkenalkannya kepada generasi mendatang.

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran berbagai pihak, khususnya generasi muda, terhadap pentingnya pelestarian budaya lokal. 

Rumah adat, sebagai salah satu warisan seni dan tradisi leluhur, tidak hanya menyimpan nilai estetika, tetapi juga symbol kebijaksanaan dan identitas masyarakat yang harus terus dijaga untuk masa depan. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved