Berita Manggarai Barat
NTT Juara Dua Kasus Stunting di Indonesia, Kadis Kesehatan: Sangat Memprihatinkan
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi dengan kasus stunting tertinggi kedua di Indonesia setelah Provinsi Papua Tengah
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi dengan kasus stunting tertinggi kedua di Indonesia setelah Provinsi Papua Tengah yang menempati posisi teratas.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, drg. Iien Andriany, mengatakan stunting di NTT sangat memrihatinkan.
Masalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak itu kini menjadi program prioritas Penjabat (PJ) Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto.
"NTT mempunyai stunting cukup tinggi, dulunya juara satu se-Indonesia sekarang juara dua. Bukan karena membaik, tapi karena ada pemekaran Provinsi Papua Tengah, ini sangat memprihatinkan," kata Iien saat peluncuran penyelenggaraan Telemedicine (layanan kesehatan daring atau jarak jauh) di Labuan Bajo, Senin 28 Oktober 2024.
Selain stunting, lanjut Iien, sederet penyakit lain juga masih menggerogoti masyarakat NTT. Iien bahkan mengibaratkan NTT sebagai "toko" masalah kesehatan.
"NTT adalah provinsi yang memiliki masalah kesehatan yang sangat komplit, dan luar biasa banyaknya. Di tempat lain ada penyakit pasti di NTT ada penyakit itu, yang di NTT ada penyakit itu belum tentu di tempat lain ada. Tempat lain mungkin warung masalah kesehatan, tapi NTT ini hypermart masalah kesehatan," katanya.
Peluncuran Telemedicine
Kementrian Kesehatan, Pemerintah Provinsi NTT bersama USAID Momentum resmi meluncurkan Telemedicine di seluruh kabupaten/kota di NTT. Acara peluncuran berlangsung di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Senin 28 Oktober 2024.
Baca juga: PT Rajawali Nusindo Salurkan Ribuan Paket Pangan Stunting di NTT
Telemedicine sendiri merupakan layanan kesehatan daring atau jarak jauh yang memungkinkan masyarakat NTT berkonsultasi dengan dokter melalui platform digital. Dengan adanya Telemedicine Iien berharap berbagai masalah kesehatan di NTT itu bisa segera teratasi.
"Stunting menjadi dasar kenapa Telemedicine ini kami butuhkan dikaitkan dengan stunting karena kami berharap tidak ada bayi baru lahir yang stunting. Screening itu harus dilakukan supaya ibu hamil jangan sampai melahirkan anak stunting," ungkapnya.
Namun Iien menyadari penerapan Telemedicine di NTT tak akan berjalan mulus. NTT sebagai provinsi kepulauan dengan segala keterbatasan infrastruktur baik jaringan internet hingga akses jalan menjadi suatu tantangan.
"Telemedicine ini menjadi jawaban karena NTT sangat membutuhkan. Ke depan kita juga harus memikirkan untuk pulau dan tempat tertentu yang belum memiliki terakses sinyal kita bisa menggunakan starlink memanfaatkan dana desa," ujarnya.
Iien mengajak seluruh tenaga kesehatan untuk bersama menyukseskan Telemedicine di Provinsi NTT, dengan terus meningkatkan kualitas pelayanan, dan memanfaatkan teknologi Telemedicine secara optimal.
Baca juga: Penjabat Gubernur Andriko Dorong 20 persen Dana Desa Untuk Pencegahan Stunting di NTT
"Sehingga dengan Telemedicine masyarakat NTT semakin mudah mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas," pungkasnya. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.