Opini

Opini: Memanfaatkan Pengetahuan Tradisional untuk Pendidikan Berkelanjutan di Kabupaten TTS

Pengetahuan tradisional yang dimiliki masyarakat lokal dapat dimanfaatkan untuk mendukung kurikulum Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah-sekolah. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Agsen Hosanty Billik 

Oleh: Agsen Hosanty Billik 
Mahasiswa program Doktoral Universitas Pendidikan GANESHA
  
POS-KUPANG.COM - Etnobiologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan organisme lain di lingkungannya, termasuk tumbuhan (etnobotani), hewan (etnozoologi), dan ekosistem (etnoekologi). 

Di Indonesia,  etnobiologi berperan penting dalam pengelolaan sumber daya alam dan pendidikan berkelanjutan terutama di daerah seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan ( TTS), Nusa Tenggara Timur. 

Pengetahuan tradisional yang dimiliki masyarakat lokal dapat dimanfaatkan untuk mendukung kurikulum Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) di sekolah-sekolah. 

Pentingnya integrasi pengetahuan tradisional dalam pendidikan

Pentingnya integrasi pengetahuan tradisional dalam pendidikan yaitu   (1) Penguatan identitas budaya  dimana pengetahuan tradisional menghubungkan siswa dengan warisan budaya mereka, membantu memperkuat identitas lokal di tengah arus globalisasi. 

Siswa yang memahami nilai-nilai budaya dan kearifan lokal lebih cenderung menghargai dan melestarikan tradisi sekaligus memiliki kebanggaan terhadap asal-usul mereka. 

Hal ini penting dalam menjaga keberagaman budaya di tengah modernisasi.

(2) Pelestarian keanekaragaman hayati dan lingkungan, banyak praktik tradisional yang berorientasi pada kelestarian alam, seperti aturan adat yang melarang perburuan berlebih atau pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Dengan memasukkan pengetahuan ini dalam kurikulum, siswa belajar tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan bagaimana praktik-praktik lokal dapat menjadi solusi dalam menghadapi isu lingkungan global, seperti perubahan iklim. 

(3) Pendidikan berkelanjutan dan keterhubungan alam dimana pendidikan modern  yang mengintegrasikan pengetahuan tradisional, terutama yang berkaitan dengan etnobiologi, membantu siswa memahami keterkaitan antara manusia dan alam. 

Siswa belajar bahwa keberlanjutan tidak hanya berarti menjaga sumber daya untuk generasi mendatang tetapi juga mempertahankan praktik-praktik yang menghormati dan melindungi alam dalam kehidupan sehari-hari. 

(4) Pendekatan kontekstual dan relevan dalam pembelajaran. Pengetahuan tradisional seringkali berkaitan langsung dengan lingkungan sekitar siswa, membuat pembelajaran menjadi lebih relevan dan aplikatif. 

Misalnya di bidang IPA, siswa dapat belajar tentang ekosistem dan keanekaragaman hayati melalui flora dan fauna lokal, sehingga apa yang mereka pelajari tidak hanya teoritis tetapi juga praktis dan nyata.

(5) Pengembangan karakter dan sikap peduli lingkungan. Banyak nilai dalam pengetahuan tradisional mengajarkan penghormatan terhadap alam, kerjasama dalam komunitas, dan sikap hidup sederhana yang berorientasi pada kesejahteraan bersama. 

Nilai-nilai ini penting untuk ditanamkan dalam pendidikan modern karena membentuk karakter yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.

Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki kekayaan alam dan budaya yang unik, menjadikannya lahan subur untuk penerapan etnobiologi dalam pendidikan. kabupaten ini memiliki kondisi geografis yang bervariasi, mulai dari dataran rendah hingga pegunungan. 

Ketinggian wilayahnya yang cukup tinggi membuat Soe, ibu kota kabupaten, memiliki suhu yang relatif sejuk dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Timor.

Etnobotani masyarakat TTS

Masyarakat di Timor Tengah Selatan memiliki pengetahuan yang kaya tentang tanaman lokal, baik yang digunakan sebagai obat, makanan, maupun bahan konstruksi. 

Contohnya, daun lontar.daun gewang  dan alang–alang dimanfaatkan untuk membuat ume Kbubu (rumah bulat)  dan atap rumah serta kerajinan tangan, sementara kunyit, jahe, lengkuas, sere digunakan dalam pengobatan tradisional.

Makanan lokal  seperti jagung bose, ubi kayu dan putak merupakan makanan  khas masyarakat TTS. Juga terdapat beberapa tumbuhan khas seperti akasia (Akasia sering dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan untuk kayu konstruksi). 

Cendana. Cendana pernah menjadi tanaman khas Timor termasuk TTS yang sangat bernilai tinggi karena aromanya dan minyak yang dihasilkan. 

Sayangnya, akibat eksploitasi berlebihan populasi cendana menurun drastis  dan sirih pinang ( tanaman ini banyak digunakan dalam upacara adat sebagai simbol penghormatan). 

Kegiatan mengunyah sirih-pinang juga merupakan tradisi yang masih dipraktikkan oleh masyarakat. 

Dengan memahami tanaman lokal, siswa dapat menghargai pentingnya menjaga keberagaman hayati sekaligus mengembangkan wawasan praktis tentang penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan. 

Etnozoologi masyarakat TTS

Selain tumbuhan, masyarakat Timor Tengah Selatan juga memiliki hubungan erat dengan satwa di sekitarnya. 

Misalnya, beberapa jenis burung  dan ayam dianggap memiliki nilai simbolik atau digunakan dalam ritual adat.

Sementara ternak seperti sapi, babi  dan kerbau memiliki peran penting dalam acara seperti adat dan pernikahan ada beberapa fauna  khas seperti Rusa timor yang merupakan satwa endemik  Pulau Timor dan sering dijadikan simbol budaya setempat.

Dalam konteks etnozoologi, siswa dapat mempelajari tentang hewan-hewan ini dalam pelajaran IPA, termasuk peran mereka dalam ekosistem lokal dan bagaimana masyarakat setempat memanfaatkannya secara bijaksana. 

Pengetahuan ini membantu siswa memahami pentingnya melindungi satwa lokal dan mengembangkan sikap peduli terhadap kelestarian fauna setempat.

Etnoekologi masyarakat TTS 
 
Etnoekologi berfokus pada hubungan antara manusia dan ekosistem sekitarnya.  Masyarakat Timor Tengah Selatan memiliki tradisi yang menghormati alam  dimana sebuah suku yang ada di TTS yaitu Boti melalui berbagai ritual dan aturan adat yang melindungi hutan, sungai, dan lahan  pertanian dan air.

Nilai budaya halaika yang digunakan masyarakat adat Boti untuk mengatur, melestarikan atau menjaga keseimbangan ekologis disebut dengan istilah  “talas”(larangan). 

Dari pengalaman hidupnya bertahun-tahun rupanya masyarakat  Boti menyadari bahwa mereka sangat tergantung pada sumberdaya alam sehingga perlu menjaga kelestariannya, baik pohon/hutan, air, maupun tanah. 

Untuk menjaga penggunaan dan kelestarian sumberdaya alam ini  mereka membangun budaya, menciptakan berbagai pranata dan aturan main yang kemudian menjadi kearifan lokal.

Menurut pemahaman kosmologisnya, gunung, batu dan pohon dianalogikan sebagai tulang, air sebagai darah, tanah sebagai daging yang harus dijaga oleh setiap orang. 

Larangan menyangkut air, hutan, dan satwa menjadi bagian hidup yang sangat penting. 

Sebagai wujud penghargan mereka terhadap gunung, batu, pohon, air, dan tanah (lingkungan)  masyarakat masyarakat Boti membuat kesepakatan hidup antara lain tentang siklus pemanfaatan sumberdaya alam, aturan menanam, larangan memungut/memanen hasil hutan dan hasil kebun.

Aturan disertai sanksi-sanksinya, nilai budaya tersebutlah yang diyakini sebagai cara paling ampuh dalam mengelola alam. 

Dengan  memasukkan etnoekologi dalam kurikulum IPA membantu siswa memahami konsep keberlanjutan dan peran penting manusia dalam menjaga keseimbangan alam.

Implementasi Etnobiologi dalam Kurikulum IPA

Pembelajaran etnobiologi dapat diterapkan dalam bentuk proyek-proyek  lapangan, seperti survei tumbuhan dan hewan lokal atau penelitian tentang praktik adat yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan. 

Siswa dapat melakukan wawancara dengan tokoh adat atau tetua masyarakat untuk memahami nilai-nilai tradisional yang diwariskan dan relevansinya dengan isu lingkungan saat ini. 

Selain itu, guru dapat melibatkan siswa dalam kegiatan praktik langsung di lapangan untuk mempelajari flora dan fauna secara langsung, sehingga mereka tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga pengalaman yang mendalam.

Upaya untuk mempertahankan  dan mengembangkan Pengetahuan  Etnobiologi di TTS 

Menyelaraskan kebijakan dengan pengetahuan lokal, dukungan dari pemerintah daerah dan dinas pendidikan sangat penting untuk mengintegrasikan etnobiologi dalam pendidikan formal. 

Selain itu  memberikan pelatihan bagi guru tentang pengetahuan etnobiologi. 

Kebijakan daerah yang mendukung pelestarian pengetahuan tradisional akan memberi dampak besar bagi pelestarian alam dan budaya lokal.

Tingkatkan komunikasi antara orang guru, orang tua dan masyarakat untuk mendukung pengetahuan tradisional, gali peran keluarga dan komunitas dalam menjaga kelestarian tradisi dan nilai budaya,

Lakukan penelitian untuk memahami pendidikan tradisional dan adaptasinya di era modern, kembangkan model pembelajaran yang relevan dan menarik bagi siswa.

Promosikan dan sosialisasikan nilai–nilai pendidikan tradisional  TTS kepada masyarakat luas, buat program edukasi yang menarik dan informatif  untuk menumbuhkan minat dan apresiasi terhadap pendidikan tradisional. 

Pengetahuan  tradisional memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi muda dengan upaya bersama pendidikan tradisional akan terus berkembang dan menjadi warisan budaya yang bernilai bagi generasi yang akan datang. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved