Opini
Opini: Terima Kasih Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, Sosok yang Visioner
Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira juga adalah salah satu pendiri Seminari Tinggi St. Mikhael, Penfui, Kupang.
Oleh Irenius Boko
Calon Imam Keuskupan Weetebula, Sumba - Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM - Siapa yang pernah menyangka bahwa seorang calon imam dari SVD yang sempat memiliki niat untuk mengundurkan diri, dapat menjadi seorang Uskup yang visioner?
Ketika sudah ditahbiskan menjadi diakon, Mgr. Kherubim Pareira sempat mengalami kondisi bimbang, dan sudah mempunyai niat untuk mengajukan surat pengunduran diri.
Namun, pada akhirnya tetap memutuskan untuk melanjutkan panggilannya hingga ditahbiskan menjadi imam, dan kemudian ditahbiskan menjadi Uskup.
Mgr. Kherubim Pareira lahir pada 26 September 1941. Pada 1954, ia masuk seminari Menengah San Dominggo, Hokeng. Kemudian, ia juga masuk ke Seminari Menengah St. Yohanes Berckmans, Mataloko.
Setelah menempuh pendidikan di Seminari Menengah, Mgr. Kherubim, menulis surat lamaran untuk menjadi biarawan SVD.
Tepat pada 20 Agustus 1963, ia mengucapkan kaul pertamanya sebagai seorang biarawan. Dan pada 8 Desember 1970, mengucapkan kaul kekalnya. Lalu ditahbiskan menjadi imam pada 22 Agustus 1971 di Lela.
Kemudian, pada 21 Desember 1985, diangkat menjadi Uskup Weetebula dan ditahbiskan pada 25 April 1986 dengan motonya “ Ut Omnes Unum Sint, Supaya mereka semua menjadi satu”.
Merasa Kehilangan
Tepat pada pukul 16:45, Selasa, 08 Oktober 2024, Mgr. Kherubim Pareira menghembuskan napas terakhirnya di RSUD TC Hillers, Maumere, di usia 83 tahun.
Sebagai, seorang calon imam Keuskupan Weetebula, tentu saya secara personal merasa kehilangan sosok yang mempunyai andil dalam membentuk perkembangan hidup saya.
Meskipun tidak memiliki hubungan darah dan menjadi keluarga dekat, namun, saya merasa amat dekat dengan sosok yang banyak dikagumi tersebut.
Mgr. Kherubim menjadi Uskup pertama Keuskupan Weetebula. Sebelumnya dipimpin oleh seorang Vikaris. Sebagai seorang Uskup di sebuah Keuskupan baru, Mgr. Kherubim melakukan suatu perubahan besar.
Pembangunan demi pembangunan dilakukannya. Ia membentuk sekitar 11 paroki baru. Dan satu hal yang paling fenomenal hemat saya, yakni beliau merintis dan membangun Seminari Menengah Sinar Buana Weetabula, Sumba Barat Daya.
Mengapa saya mengatakan bahwa pembangunan femomenal yang dilakukan oleh Mgr. Kherubim Pareira adalah Seminari Menengah Sinar Buana? Sebab, sejak saat itulah calon imam dan imam diosesan keuskupan Weetebula dilahirkan.
Dari rahim Sinar Buana, telah melahirkan banyak calon imam dan imam, baik imam diosesan dan imam tarekat. Maka, jelas bahwa saya secara personal merasa kehilangan.
Merasa kehilangan sosok pendiri Seminari Sinar Buana, tempat di mana saya memulai dan merintis perkembangan hidup saya.
Di tempat inilah, saya benar-benar dibentuk dan mengalami hidup sebagai seorang calon imam. Selama enam tahun saya hidup dalam rahim Sinar Buana.
Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira juga adalah salah satu pendiri Seminari Tinggi St. Mikhael, Penfui, Kupang.
Seminari Tinggi St. Mikhael menampung calon imam dari tiga Keuskupan. Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Atambua dan Keuskupan Weetebula. Dari rahim seminari tinggi ini, lahir para imam diosesan dari ketiga keuskupan tersebut.
Tentu tanpa ide dan gagasan dari Mgr. Kherubim, Seminari Sinar Buana dan Seminari Tinggi St. Mikhael tidak pernah berdiri.
Konsekuensi logisnya, saya dan banyak calon imam serta para imam tentu tidak pernah melanjutkan pendidikan dan membentuk diri kami di kedua tempat tersebut.
Dengan demikian, jelas bahwa kepergian Mgr. Kherubim Pareira melahirkan situasi dan kondisi kehilangan luar biasa di Keuskupan Weetebula, Keuskupan Maumere dan secara umum Gereja Katolik.
Sosok yang Visioner
Sosok Mgr. Kherubim, hemat saya seorang yang mampu mengaktualisasikan semua visi dan misinya. Wittgenstein dalam buku Tractatus logico-phiosophicus, menggagas konseo yang dinamakan proposisi elementer.
Proposisi ini disebut elementer karena tidak dapat dianalisis lagi.
Artinya, apa yang dikatakan merujuk pada suatu fakta tertentu. Atau dalam arti lain yakni struktur proposisi sama dengan struktur realitas.
Proposisi elementer lebih lanjut dimaksudkan dengan apa yang dikatakan mesti dilakukan. Struktur perkataan mesti dilakukan atau diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Atau dalam arti lainnya yakni apa yang telah digagaskan mesti dilaksanakan.
Anggapan dan konsep Wittgenstein ini sungguh sesuai dengan pribadi Mgr. Kherubim. Sebagai seorang uskup di Keuskupan baru, Mgr. Kherubim tentu memiliki visi dan misi yang sangat relevan.
Visi dan misi tersebut benar-benar direalisasikannya di Keuskupan yang baru berkembang. Semula ketika Mgr. Kherubim memimpin, belum begitu banyak tarekat religius yang bermisi di Keuskupan Weetebula.
Beliau mengundang banyak tarekat untuk bermisi dan melahirkan banyak umat Katolik di Keuskupan Weetebula.
Begitu banyak tersobosan-terobosan baru yang dilakukan oleh Mgr. Kherubim Pareira dalam membangun Keuskupan Weetebula.
Tahun demi tahun, Keuskupan Weetebula terus berkembang dan semakin maju, dengan banyaknya paroki yang beridiri. Kemudian, ditahbiskan pula imam-imam diosesan yang lahir dari rahim Sinar Buana.
Dan masih banyak lagi perkembangan yang terjadi di Keuskupan Weetbula yang dipimpin oleh seorang sosok yang sangat visioner.
Akhirnya, sebagai calon imam Keuskupan Weetebula, saya mengucapkan Terima Kasih dan Selamat Berbahagia Bersama Para Kudus di Surga, Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, sosok yang amat visioner. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.