Berita Flores Timur

Ruang Kepsek SMKN 1 Larantuka Disegel Buntut Dugaan Korupsi Dana BOS

Para guru juga meminta Kejaksaan Negeri (Kejari) Flores Timur mengusut tuntas kasus dugaan korupsi oleh kepsek bernisial T itu.

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Guru menyegel ruang Kepala Sekolah SMK N 1 Larantuka buntut dugaan korupsi dana BOS. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Sejumlah guru SMK Negeri 1 Larantuka di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyegel ruang kepala sekolah (Kepsek), Senin, 7 Oktober 2024.

Dalam aksi penyegelan itu, belasan guru juga menempelkan tulisan bernada kecamatan dan meminta agar jabatan kepsek dinonaktifkan karena dinilai tak berintegritas setelah adanya dugaan korupsi dana BOS ratusan juta rupiah.

Para guru juga meminta Kejaksaan Negeri (Kejari) Flores Timur mengusut tuntas kasus dugaan korupsi oleh kepsek bernisial T itu.

"Kami minta Kepala Dinas Pendidikan segera merespons serta menonaktifkan ibu Tuty karena tidak pantas menjadi kepala sekolah," ujar salah satu guru, Karolus Lein.

Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Larantuka belum memberikan respon saat dihubungi via sambungan telepon, Selasa, 8 Oktober 2024.

Menurut informasi, Kepsek tersebut saat ini sedang berada di Kupang, Ibu Kota Provinsi NTT dalam urusan yang belum diketahui pasti.

Nomor kontaknya tak bisa dihubungi atau panggilan di luar jangkauan. Sebelumnya nomor kontak yang sama sempat berhasil dihubungi beberapa bula lalu, saat Kejari Flores Timur melakukan penggeledahan.

Kasus ini masih dalam penyelidikan Kejari Flores Timur. Penggeledahan pun dilakukan sejak 2 Juli 2024. Sebanyak 54 dokumen pun disita jaksa lalu dicatat dalam berita acara.

Kasus ini menyangkut manipulasi dugaan penggunaan penggubakan dana BOS senilai Rp 321 juta.

Guru-guru pada sekolah tersebut terkejut lantaran ada pencatutan nama dan tanda tangan pada kwitansi dana BOS.

Baca juga: Penerbangan Labuan Bajo-Kupang Ditutup Imbas Erupsi Gunung Lewotobi di Flores Timur

Dugaan manipulasi itu terjadi sejak beberapa tahun lalu. Belakangan baru kerkuak setelah beberapa guru mengurus pemberkasan untuk akreditasi sekolah.

Irnonisnya lagi, ada guru yang sudah berhenti bekerja tapi namanya turut dicatut. Dalam laporan itu, guru yang tak mengajar masih menerima gaji. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved