Berita Kota Kupang
Warga Kelurahan Alak Keluhkan Mahalnya Harga Minyak Tanah
Okto maupun Yuli mengaku sering mendengar bahwa penggunaan gas lebih hemat dibanding minyak tanah namun keduanya mengaku belum mencoba alternatif itu.
Penulis: Rosalia Andrela | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Rosalia Andrela
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Warga Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang mengeluhkan mahalnya harga minyak tanah, yang sejak sebulan ini mengalami kenaikan.
Salah satu warga, Oktovianus One mengatakan hampir satu bulan harga minyak tanah di kelurahan tersebut dijual dengan kisaran Rp. 35.000 hingga Rp. 40.000 per lima liter.
“Ini mau satu bulan minyak tanah mengalami kenaikan harga. Kalau di kios-kios yang jual minyak tanah, harga satu jerigen Rp. 35.000 tetapi itu tidak penuh ukuran 5 liter. Kalau ukuran 5 liter pas, harganya Rp. 40.000,” ujarnya Jumat, 4 Oktober 2024.
Menurut Okto sebelum mengalami kenaikan, harga minyak tanah dijual Rp. 25.000 per lima liter.
“Normalnya harga minyak tanah Rp. 25.000 untuk ukuran jerigen 5 liter. Tetapi sekarang harganya selisih sampai Rp. 10.000,” keluhnya.
Untuk bisa mendapatkan minyak tanah sambung Okto, dirinya harus mengantri di pangkalan minyak.
“Kalau di pangkalan minyak tanah, harga yang dijual adalah harga normal. Tetapi kita harus antri rebutan dengan warga lain, kalau stok minyak tanah habis kami terpaksa beli di kios-kios,” katanya.
Namun demikian Okto menambahkan tidak semua kios menjual minyak tanah.
“Tidak semua kios jual minyak tanah. Hanya kios-kios tertentu saja, itu pun jaraknya jauh dari tempat tinggal. Tentu kami harus kasih keluar biaya tambahan untuk ke tempat jual untuk membeli minyak tanah seharga Rp. 40.000,” ucapnya.
Untuk menghemat pengeluaran beli minyak tanah Okto dan keluarga menggunakan kayu bakar. Hal ini dilakukan agar minyak tanah bisa bertahan hingga 1 minggu pemakaian.
Senada dengan Okto, warga lainnya Yuli Nihala mengatakan kenaikan ini membuat dirinya dan suami harus mengumpulkan kayu bakar dari tempat kerja suaminya dekat pelabuhan agar bisa bertahan beberapa hari.
Baca juga: Pemkot Kupang Surati BP Migas Jakarta Tambahkan Kuota Minyak Tanah untuk Atasi Kelangkaan
“Kami gunakan kayu bakar agar hemat minyak tanah. Biasanya kami kalau beli minyak tanah titip di tetangga yang mau ke kota, biar harganya naik yang penting ada untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.
Okto maupun Yuli mengaku sering mendengar bahwa penggunaan gas lebih hemat dibanding minyak tanah namun keduanya mengaku belum mencoba alternatif itu.
“Kalau beli gas tentu harus beli kompornya dan barang-barang pendukungnya. Selain itu kami belum tau cara menggunakan kompor gas, belum lagi berita-berita di televisi dan media sosial mengatakan kompor gas bisa meledak dan lain sebagainya. Ini menambah kekhawatiran kami,” jelas keduanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.