Breaking News

DPO Nenek Asnat Tafuli 60 Tahun Ditangkap Polisi Terlibat Kasus TPPO Mariance Kabu  

Seorang perempuan lansia (60)tahun, Asnat Tafuli (AT), ditangkap di kediamannya, Rabu (2/10). Asnat adalah DPO kasus TPPO dengan korban Mariance Kabu

|
POS KUPANG/NOVEMY LEO
Mariance Kabu (MK), korban TPPO asal NTT bersama Pdt Emi Sahertian, dan anggota Solidaritas untuk MK, menyampaikan tuntutan dan berdiskusi dengan pihak Polda NTT, Jumat (27/9). 

POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Seorang perempuan lanjut usia (Lansia), berumur 60 tahun, Asnat Tafuli (AT), ditangkap di kediamannya, Rabu (2/10). Asnat bersama Lisa To, adalah dua DPO kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dnegan korban Mariance Kabu.

Humas Polda NTT, Ipda Feri Alamsyah menjelaskan, Tim Penyidik Unit Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Ditreskrimum Polda NTT berhasil menangkap seorang DPO berinisial AT (60). AT terlibat kasus tindak pidana perdagangan orang dan ditetapkan sebagai buron sejak tahun 2017.

Asnat ditangkap di rumahnya di Kecamatan Amanuban Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan langsung dibawa ke Mako Ditreskrimum Polda NTT untuk dilakukan pemeriksaan.

"Hari ini, tersangka masih diperiksa di Polda NTT," kata Iptu Feri, saat dikonfirmasi kepada Pos Kupang mellaui telepon genggamnya, Jumat (4/10).

Baca juga: Jaringan Solidaritas Korban TPPO Ultimatum Kapolda NTT untuk Tangkap Pelaku Perdagangan Orang

Penangkapan terhadap Asnat ini berhasil dilakukan berkat kerja sama antara Unit TPPO Polda NTT dan Polsek Amanuban Utara, Polres TTS.

Asnat diduga terlibat dalam kasus perdagangan orang dengan korban bernama Mariance Kabu. Perbuatannya melanggar Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Penangkapan tersangka AT merupakan tindak lanjut dari proses hukum yang telah berjalan terhadap tersangka TM dan PB yang sudah divonis oleh Majelis Hakim Pengadilan dalam perkara pokok. 

Selain itu, juga untuk menindaklanjuti pertemuan sebelumnya antara pihak Polda NTT dengan Jaringan Solidaritas Korban TPPO Mariance Kabu, Jumat (27/9) di Polda NTT. 

Mariance Kabu (MK), korban TPPO asal NTT bersama Pdt Emi Sahertian, dan anggota Solidaritas untuk MK, menyampaikan tuntutan dan berdiskusi dengan pihak Polda NTT, Jumat (27/9).
Mariance Kabu (MK), korban TPPO asal NTT bersama Pdt Emi Sahertian, dan anggota Solidaritas untuk MK, menyampaikan tuntutan dan berdiskusi dengan pihak Polda NTT, Jumat (27/9). (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Selanjutnya, penyidik akan merampungkan berkas perkara dan segera melimpahkannya ke Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada Senin mendatang.

Meskipun demikian, tersangka Asnat tidak ditahan dengan alasan usia lanjut. Pihak keluarga juga memberikan jaminan bahwa tersangka akan kooperatif dan tidak melarikan diri.

Dalam kasus ini, barang bukti yang diamankan berupa keterangan saksi dan satu buah paspor dengan nomor A 7487454 atas nama Mariance Kabu.

Baca juga: Mariance Kabu Perempuan Asal NTT Korban TPPO dan Solidaritas Serukan 10 Tuntutan

Selain itu, penyidik juga terus memburu DPO lainnya berinisial LT, yang diduga melarikan diri ke Kalimantan. Penyidik terus melakukan upaya pengejaran terhadap DPO LT yang kini berada di Kalimantan.

"Kami berharap tersangka LT bisa menyerahkan diri sehingga proses penegakan hukum kass TPPO ini bisa segera dituntaskan," harap Iptu Feri.

Penegakan hukum ini menunjukkan komitmen Polda NTT dalam memberantas tindak pidana perdagangan orang, khususnya di wilayah NTT yang rentan menjadi target perdagangan manusia.

Sebelumnya, Jaringan Solidaritas Korban TPPO Mariance Kabu memberikan ultimatum kepada Kapolda NTT, Irjen. Pol Daniel Tahi Monang Silitonga, untuk segera menangkap dua buronan terkait kasus perdagangan orang di wilayah NTT. 

Mariance Kabu (MK), korban TPPO asal NTT bersama Pdt Emi Sahertian, dan anggota Solidaritas untuk MK, menyampaikan tuntutan dan berdiskusi dengan pihak Polda NTT, Jumat (27/9).
Mariance Kabu (MK), korban TPPO asal NTT bersama Pdt Emi Sahertian, dan anggota Solidaritas untuk MK, menyampaikan tuntutan dan berdiskusi dengan pihak Polda NTT, Jumat (27/9). (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Kedua pelaku, Asnat Tafuli dan Lisa To, diminta segera ditangkap dalam waktu 14 x 24 jam. 

Ultimatum ini disampaikan Koordinator Jaringan Solidaritas Mariance Kabu, Pendeta Emmy Sahertian dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat, 27 September 2024.

Pendeta Emmy, menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengawal kasus ini dan meminta aparat penegak hukum bertindak tegas. 

Selain menangkap dua pelaku, Emmy juga menuntut agar Rosa Bani, yang diduga berperan sebagai perekrut lapangan, segera diperiksa oleh pihak berwenang.

Baca juga: Korban TPPO Asal NTT Mariance Kabu Lega PN Malaysia Nyatakan Dua Terdakwa Penuhi Elemen TPPO

Jaringan Solidaritas Korban TPPO Mariance Kabu juga mendesak Kapolda NTT untuk menyelidiki jaringan perdagangan orang yang membawa korban, Mariance Kabu, hingga ke Batam.

Penyidikan ini mencakup peran PT Malindo Mitra Perkasa serta agen Kenangan di Malaysia yang diduga terlibat dalam pengiriman korban secara ilegal. 

Koordinator Jaringan Solidaritas Mariance Kabu, Pendeta Emmy Sahertian saat memberikan keterangan kepada awak media
Koordinator Jaringan Solidaritas Mariance Kabu, Pendeta Emmy Sahertian saat memberikan keterangan kepada awak media (POS-KUPANG.COM/HO)

Emmy maupun rekan lainnya meminta Polda NTT untuk bekerja sama dengan Polri, Kementerian terkait, dan Interpol Malaysia guna menemukan keberadaan agen Kenangan.

Pendeta Emmy menegaskan bahwa jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi dalam waktu 14 x 24 jam, mereka akan mengajukan permintaan kepada Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, untuk mengganti Kapolda NTT. 

"Kami menuntut tindakan tegas dan tidak diskriminatif dari aparat, serta keadilan bagi para korban perdagangan orang," ujarnya.

Baca juga: Saran Padma Indonesia Urai Persoalan Tindak Pidana Perdagangan Orang 

Jaringan ini juga meminta peran aktif dari Ketua DPRD NTT, Emmy Nomleni, Pejabat Gubernur NTT Dr. Andriko Notosusanto, dan Sekretaris Daerah NTT, Kosmas Lana, dalam penanganan kasus-kasus TPPO yang kian marak di wilayah NTT. 

Jaringan ini berharap para pejabat lebih proaktif dalam memberantas jaringan perdagangan orang yang terus mengancam masyarakat.

Tak hanya itu, Jaringan Solidaritas Korban TPPO juga mengajak media untuk turut mengawal kasus ini hingga tuntas. 

"Kami meminta pers untuk tetap kritis dan terus mengawasi perkembangan penanganan kasus ini, agar para pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal," tegas Pendeta Emmy. (*)

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved