Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Sabtu 28 September 2024, "Dari Filsafat hingga Pengajaran Kristus"

perenungan yang mendalam (kontemplasi) untuk menghasilkan tindakan moral dalam menghadapi persoalan kehidupan.

Editor: Rosalina Woso
DOK PRIBADI
Pdt. Nope Hosiana Daik, M.Th 

Oleh: Pdt. Nope Hosiana Daik, M.Th

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Kristen Sabtu 28 September 2024, "Dari Filsafat hingga Pengajaran Kristus"

(Tim 3:10-17)

Para filsuf, baik dari dunia Timur maupun Barat, berusaha memaknai kehidupan. Oleh karena itu, mereka menghasilkan berbagai diktum kebenaran. Sebelum Yesus lahir, Plato, Aristoteles, dan Socrates, yang memelopori perkembangan filsafat Barat, mengajarkan bahwa kehidupan akan berjalan baik sebagai sebuah persekutuan dalam polis (kehidupan bersama) jika ditopang oleh “berbagai keutamaan” atau aretē sebagai nilai tertinggi (summum bonum). Aristoteles, salah satu dari mereka, mengajarkan bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah kebahagiaan yang dapat dicapai dengan menghasilkan “karya-karya unggul” berdasarkan akal budi/rasio.

Keutamaan hidup terletak pada bagaimana manusia menjadi pribadi pemikir sempurna yang menghasilkan tindakan moral melalui “jalan tengah.” Yang dimaksud dengan jalan tengah adalah bahwa manusia harus menggunakan akal budi/rasionya dengan perenungan yang mendalam (kontemplasi) untuk menghasilkan tindakan moral dalam menghadapi persoalan kehidupan.

Misalnya, ketika kita berhadapan dengan kebakaran rumah, dan ada seorang bayi yang terjebak dalam kobaran api, keberanian untuk menerobos api demi menyelamatkan bayi tersebut adalah kebenaran pada saat itu. Begitu juga saat seseorang dihadapkan pada pengadilan dengan tuduhan yang salah, maka yang diperlukan adalah kejujuran dari yang bersalah untuk mengakui kesalahannya. Kejujuran pada saat itu adalah kebenaran. Inilah beberapa contoh kebenaran utama dalam hidup manusia yang dihasilkan dari "jalan tengah."

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 26 September 2024, “Ia Berusaha Supaya Dapat Bertemu Yesus”

Yesus juga berbicara tentang pentingnya kebenaran bagi makna hidup manusia. Menurut Yesus, kebenaran adalah sesuatu yang memerdekakan atau membebaskan (Yoh. 8:31). Perkataan-perkataan Yesus sejalan dengan karya-karya-Nya yang menyelamatkan dunia. Oleh karena itu, perkataan dan karya-karya Yesus menjadi sumber pengajaran bagi setiap orang beriman, dimulai dari keluarga Kristen sebagai basis jemaat.

"Warisan Iman: Pegang Teguh Kebenaran (2 Tim. 2:3-14-15)"

Ada sebuah syair yang sering dinyanyikan saat masyarakat Rote melakukan tarian melingkar, berpegangan tangan, meliuk-liukkan badan, dan menghentakkan kaki dalam tarian bonet. Syair itu berbunyi: “Hou mahele mama hehelun”, yang berarti “pegang teguh janji/pesan mama.”

Syair ini menggambarkan kepada kita bahwa pendidikan dan pengajaran orang tua, terutama dari seorang ibu, merupakan warisan berharga yang tidak boleh diabaikan sepanjang perjalanan hidup. Pengajaran ini dapat diwariskan dari generasi ke generasi sebagai "kearifan lokal" yang berakar pada budaya setempat, serta pendidikan iman yang bersumber dari Kitab Suci, yang menjadi pedoman hidup menuju keselamatan.

Dalam konteks Alkitab, Paulus juga berbicara tentang peran orang tua sebagai pewaris kebenaran. Ia mengapresiasi keteguhan hati Timotius dalam memelihara kebenaran yang diajarkan kepadanya, khususnya oleh nenek dan ibunya. Warisan iman ini menjadikan Timotius sebagai seorang murid yang mengikuti teladan hidup Paulus, yang mencakup ajaran, cara hidup, pendirian, iman, kesabaran, kasih, dan ketekunan dalam memegang teguh kebenaran, bahkan di tengah penganiayaan.

Paulus sendiri menjadi pribadi yang berintegritas dalam pelayanannya berkat peran nenek moyangnya, sebagaimana ia tuliskan: “Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku, dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku baik siang maupun malam” (2 Tim. 1:3-5). Paulus juga mengingatkan Timotius untuk tetap berpegang pada kebenaran yang telah dia terima sejak kecil melalui Kitab Suci, yang dapat memberi hikmat dan menuntun pada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus (2 Tim. 3:14-15).

Anak dan Orang Muda: Pegang Teguh Kebenaran Hal-hal yang telah disampaikan di atas menggambarkan pentingnya pendidikan iman Kristen dalam keluarga yang bersumber dari Alkitab. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka tentang kebenaran berdasarkan Kitab Suci sebagai warisan iman, sementara anak-anak sebagai generasi penerus wajib memegang teguh ajaran tersebut.

Kebenaran ini mencakup cara hidup yang sesuai dengan kehendak Allah, yang telah dinyatakan secara sempurna dalam Yesus Kristus. Pendidikan iman menjadi investasi kuat untuk menghadapi berbagai tantangan di era modern, termasuk era kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Dengan pendidikan iman yang kuat berdasarkan kebenaran Allah dalam Kitab Suci, generasi penerus akan terhindar dari kebinasaan. Janji Allah yang tertulis dalam Kitab Suci menyatakan bahwa rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera, bukan kecelakaan (Yeremia 29:11).

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved