Berita NTT
Abraham Liyanto Soroti Tantangan SDM NTT dalam Rapat Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi
Liyanto juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh Provinsi NTT, seperti tingginya tingkat pengangguran yang mencapai 19-20 persen.
Penulis: Ray Rebon | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Anggota DPD RI, Abraham Paul Liyanto, menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dilaksanakan oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah XV.
Acara yang digelar itu pada Selasa, 17 September 2024 di Hotel Aston Kupang, dihadiri oleh rektor, ketua yayasan, dan pimpinan perguruan tinggi serta yayasan dari seluruh wilayah NTT.
Dalam kesempatan tersebut, Paul Liyanto membawakan materi dengan tema "Tantangan Sumber Daya Manusia NTT Sebagai Tenaga Kerja Potensial Untuk Mencapai Indonesia Emas 2045".
Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya peningkatan keterampilan dan kemampuan SDM di NTT.
DPD RI tiga periode ini berujar, meskipun telah banyak upaya yang dilakukan, seperti membangun sekolah dari tingkat SD hingga universitas, kualitas SDM di NTT dinilainya masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam hal keterampilan.
"SDM kita kurang baik dalam skill dan keterampilan, dan saya akan kaitkan persoalan ini dengan kebijakan nasional ke arah vokasional," ujar Liyanto.
Liyanto juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh Provinsi NTT, seperti tingginya tingkat pengangguran yang mencapai 19-20 persen.
Ia menekankan perlunya solusi untuk mengatasi masalah ini, terutama dengan memanfaatkan potensi bonus demografi yang dimiliki oleh NTT.
"Hal ini pun menjadi catatan buat kita, dengan total penduduk kita berjumlah sekitar 5 juta penduduk dengan jumlah pengangguran di atas 19-20 persen, dan kita harus cari solusi untuk mengatasi permasalahan ini," lanjutnya.
Ia juga menyoroti ketimpangan pendidikan antara perkotaan dan pedesaan di NTT.
Banyak perguruan tinggi yang terletak di kota, sementara lulusan dari desa jarang kembali untuk membangun kampung halaman mereka.
Baca juga: Anggota DPD RI Abraham Liyanto Tak Mau Lagi NTT Jadi Nusa Tertipu Terus
Menurut Liyanto, hal ini berdampak pada tingkat kesehatan dan perkembangan di wilayah pedesaan.
"Banyak lulusan atau sarjana kita dari desa, tapi tidak kembali ke desa atau kampungnya untuk membangun. Permasalahan ini sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan di desa," ungkapnya.
Selain itu, Liyanto juga membahas masalah kesehatan seperti busung lapar, gizi buruk, dan stunting yang dapat mengganggu kecerdasan dan perkembangan SDM di NTT.
Meski demikian, ia optimis bahwa masih banyak orang NTT yang cerdas dan memiliki potensi, seperti Nono, meskipun kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
"Saya percaya 5 atau 10 tahun ke depan akan keluar dari garis kemiskinan. Namun, perguruan tinggi harus berperan penting dalam menjaga bonus demografi ini dikelola bersama-sama," kata Liyanto.
Ia menekankan pentingnya lulusan perguruan tinggi memiliki kompetensi, keterampilan, dan kemandirian, bukan hanya sekadar mendapatkan ijazah.
Sebagai Anggota DPD RI, Paul Liyanto berkomitmen untuk berperan penting dalam menjembatani semua masalah, termasuk di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di tingkat nasional.
Ia berharap perguruan tinggi di NTT dapat berperan lebih aktif dalam mengatasi tantangan SDM, sehingga NTT dapat mencapai potensi maksimalnya menuju Indonesia Emas 2045. (rey)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.