Opini

Opini: Antara Erina Gudiono dan Onny Njo

Bukan maksud tulisan untuk membuat perbandingan. Tetapi kisah ini menarik untuk diangkat sebagai bahan refleksi.

Editor: Dion DB Putra
FOTO KIRIMAN ROBERT BALA
Brigjen Anton Enga Tifaona (kiri) dan istrinya Veronika Wilhelmina Njo atau biasa disapa Onny Njo. 

Oleh Robert Bala
Penulis buku MENGIRINGI KEMATIAN (73 homili / renungan tentang Kematian). Terbit bulan November 2024.

POS-KUPANG.COM - Dua wanita ini mestinya tidak bisa disandingkan apalagi dibandingkan. 

Dari segi popularitas, tentu semua tahu Erina sebagai istri Kaesang Pangerep. Suaminya adalah anak presiden yang sekaligus juga ketua PSI sementara Onny Njo hanyalah istri seorang anggota polri. 

Erina Gudiono juga hampir memiliki semuanya. Dengan berfoto sambil duduk di jendela pesawat jet dalam penerbangan Indonesia – AS, orang tahu bahwa itu pesawat Gulfstream G650ER dengan nomor registrasi N588SE. Hal itu menunjukkan siapa dirinya. 

Selain itu dengan flexing beli kereta dorong bayi atau stroller bayi seharga Rp 23 juta, beli roti ssenilai US$25-US$27 Rp 400 atau sekitar Rp 400 ribu, orang merasa kelasnya.  

Onny Njo berada di sisi yang berlawanan. Yang ia banggakan (dalam sunyi) barangkali 10 anak yang lahir dari rahimnya (1 orang meninggal) yang dibesarkan hingga menjadi orang. 

Bukan maksud tulisan untuk membuat perbandingan. Tetapi kisah ini menarik untuk diangkat sebagai bahan refleksi.  

Untuk Erina juga mestinya tidak perlu dibesar-besarkan karena banyak wanita yang jadi istri ASN melakukan hal yang sama: Muhammad Rizky Alamsyah, seorang pegawai Kemenhub juga istri  Esha Rahmansah Abrar, pegawai Setneg. Oleh pamer harta, suami mereka dicopot dari jabatannya sementara Kaesang bukan PNS. 

Sayangnya, hal mana dilupakan Erina, bahwa mertuanya, Jokowi pernah menghardik cukup tegas melihat fenomena pejabat hedonis alias sering pamer kekayaan di media sosial. 

Dalam sidang Kabinet Paripurna di Istana Presiden, 2/3/23: "Saya minta kepada seluruh Menteri dan Kepala Lembaga untuk mendisiplinkan para di bawahnya, memberitahu apa-apa yang tidak boleh dan apa yang boleh dilakukan." 

Yang jadi pertanyaan, apakah yang akan ditanggapi oleh 327,590 atau 6,03 persen warga  di DIK yang saat ini menganggur? 

Tetapi jumlah ini lebih pas kalau kita kaitkan dengan jumlah pengangguran nasional yang mencapai 4,82 persen atau sebanyak 7.195.000 pada 2024. Apa yang dibayangkan oleh orang begitu banyak ketika melihat pamer harta? 

Atau apakah yang terlibat flexing (khususnya Erina) bisa berpikir sedikit bahwa posisi orang tua atau suami akan terganggu (malah dalam banyak hal dicopot dari jabatannya)? 

Juga apakah mereka bisa memikirkan, apakah peluang untuk flexing itu masih bisa mungkin kalau mereka bukan siapa-siapa seperti saat di mana mereka melakukan flexing? 

Pertanyaan ini diharapkan menggiring orang untuk bisa memahami apa yang dikatakan oleh Napoleon Hill (1883-1970). 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved