Kunjungan Paus Fransiskus

Paus Fransiskus Berharap Kekerasan Suku di Papua Nugini Segera Berakhir

Sri Paus Fransiskus mengatakan sumber daya alam yang melimpah harus memberi manfaat bagi semua orang.

Editor: Dion DB Putra
TANGKAPAN LAYAR YT VATICANNEWS
Paus Fransiskus (kiri) bersama Gubernur Jenderal Papua Nugini Bob Dadae di Gedung Pemerintahan di Port Moresby, Papua Nugini pada 7 September 2024. 

POS-KUPANG.COM, PORT MORESBY -  Paus Fransiskus bertemu dengan para pemimpin Papua Nugini pada hari kedua kunjungannya di Papua Nugini, Sabtu (7/9/2024),. 

Paus Fransiskus memohon agar kekerasan suku yang telah menewaskan banyak orang dan membuat puluhan ribu orang lainnya mengungsi dapat dihentikan. 

"Saya sangat berharap kekerasan suku akan berakhir. Kekerasan ini menyebabkan banyak korban, mencegah orang hidup dalam damai, dan menghambat pembangunan," kata Paus Fransiskus

Di hadapan Gubernur Jenderal Papua Nugini, Bob Dadae, diplomat dan pemimpin bisnis, Sri Paus mengatakan sumber daya alam yang melimpah harus memberi manfaat bagi semua orang. 

Papua Nugini memiliki cadangan emas, tembaga, nikel, gas alam, dan kayu yang sangat besar yang telah menarik banyak perusahaan multinasional untuk berinvestasi. 

Namun, sekitar satu dari empat orang hidup di bawah garis kemiskinan, dan hanya lebih dari 10 persen rumah yang memiliki listrik. 

"Barang-barang ini ditakdirkan oleh Tuhan untuk seluruh komunitas," kata Paus, dikutip dari AFP. 

Selama kunjungan apostolik 12 hari ke Asia-Pasifik itu, Sri Paus menekankan tekadnya untuk mempromosikan dialog antaragama dan mengunjungi negara-negara yang dianggap berada di pinggiran urusan dunia. 

Sri Paus mengatakan meskipun para pakar luar dan perusahaan internasional besar harus terlibat dalam pemanfaatan sumber daya ini, mereka seharusnya tidak menjadi satu-satunya yang diuntungkan. 

"Sudah sepantasnya kebutuhan masyarakat setempat dipertimbangkan dengan saksama saat mendistribusikan hasil dan mempekerjakan pekerja, untuk meningkatkan kondisi hidup mereka," ujarnya.

Selama beberapa dekade, Dataran Tinggi Papua Nugini telah dipenuhi dengan tambang-tambang besar yang dikelola Kanada, Australia, dan China. 

Proyek senilai 19 miliar dolar AS atau setara Rp 293,7 triliun yang dipimpin oleh ExxonMobil telah menghasilkan puluhan juta ton gas alam cair sejak operasi dimulai pada 2014. 

Proyek gas bernilai miliaran dolar lainnya sedang dikembangkan oleh TotalEnergies. Namun, para ekonom menemukan sedikit bukti bahwa hal ini terjadi di Papua Nugini

Sebuah studi Bank Dunia baru-baru ini menunjukkan bahwa antara 2009 hingga 2018, produk domestik bruto per kapita negara itu tumbuh lebih dari sepertiga karena ledakan sumber daya alam. 

Namun, selama periode yang sama, persentase orang yang hidup dengan kurang dari 2 dolar AS (Rp 30.000) per hari hampir sama. 

"Kemiskinan hampir tidak berubah selama kurun waktu tersebut," kata penulis laporan tersebut. 

"Akses yang buruk ke layanan penting juga masih sangat rendah," jelasnya. 

Sumber: Kompas.com

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved