Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 28 Agutus 2024, Penampilan Luar Kita Sesuai dengan Nilai-nilai Batin

Mungkin Yesus akan berkata lebih keras kepada kita semua yang mengikutiNya: “Celakalah!” Mari kita tunduk dan memohon ampun dari Tuhan Yesus

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pastor John Lewar, SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Rabu 28 Agutus 2024, Penampilan Luar Kita Sesuai dengan Nilai-nilai 

Oleh: Pastor John Lewar, SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Rabu 28 Agutus 2024, Penampilan Luar Kita Sesuai dengan Nilai-nilai Batin

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor

Perayaan Wajib St. Agustinus

Lectio:
2Tesalonika 3:6-10.16-18; Mazmur 128:1-2.4-5;
Injil: Matius 23:27-32

Meditatio:
Penginjil Matius hari ini mengisahkan kecaman Tuhan Yesus terhadap para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Kali lalu terdapat lima kecaman Yesus dengan nada yang keras “Celakalah” dan sekarang kita mendengar dua kecaman terakhir tentang kemunafikan hidup dan kedurjaanan serta hidup mereka sebagai keturunan pembunuh para nabi. Siapakah yang dikecam oleh Yesus?

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 26 Agustus 2024, Manis di Bibir lain di Hati

Para ahli Taurat dan kaum Farisi. Kedua kelompok orang ini bukanlah orang biasa tetapi orang-orang luar biasa saat itu. Mereka adalah orang pintar dan pandai menarik minat masyarakat luas untuk bersatu dengan mereka. Mereka bersekongkol dan berdemo melawan Yesus. Namun Yesus sangat transparan dan berani mengecam mereka, tidak ada yang tersembunyi, terang-terangan bahkan dengan kata “celakalah” karena Dialah Anak Allah.

Para Ahli Taurat adalah sekelompok orang yang mempelajari Kitab Suci terutama Kitab Taurat. Semua tradisi Kitab Taurat diturunkan turun temurun kepada mereka. Kitab Taurat berisikan 613 perintah dimana terdapat 248 perintah positif dan 365 perintah negative. Semua ini ditafsirkan sesuai selera mereka. Perhatian dan kegemaran mereka yang
terutama adalah menjalankan Hukum Taurat (tentu saja termasuk sebagai tradisi) secara rinci dan cermat.

Tuhan Yesus mengecam para ahli Taurat dan kaum Farisi karena pribadi mereka seperti kubur. Kita tahu bahwa pada bagian luar kubur tampaknya begitu bagus tetapi di dalamnya penuh dengan bau tulang belulang dan kotoran. Demikianlah hidup mereka penuh dengan kemunafikan dan kedurjanaan.

Para ahli Taurat dan kaum Farisi juga dikecam karena membangun makam para nabi dan pura-pura menyesal
bahwa seandainya mereka hidup pada zaman dahulu pasti tidak akan membunuh para nabi. Padahal mereka adalah keturunan para pembunuh nabi-nabi. Yesus mengakhiri kecaman ini dengan mengatakan “Penuhlah takaran para leluhurmu” karena mereka jugalah yang akan membunuh Yesus sendiri.

Yesus tidak hanya mengecam para ahli Taurat dan kaum Farisi. Ia juga mengecam para ahli Taurat dan kaum Farisi modern yang munafik dalam perilaku hidup: di dalam keluarga, hidup menggereja dan di tempat kerja. Hitunglah dalam sehari berapa kali anda bersikap munafik di hadapan pasanganmu dan anak-anakmu? Berapa kali dalam sehari anda bersikap munafik di hadapan pimpinanmu, membuatnya dia senang padahal di belakangnya anda melayangkan fitnahan-fitnahan.

Anda munafik karena tidak menggunakan waktu kerja dengan efektif dan efisien. Berapa kali dalam sehari anda juga munafik terhadap sesama di dalam lingkungan gereja, berpura-pura mencari alasan untuk menjauhkan diri dari pelayanan tertentu? Mungkin Yesus akan berkata lebih keras kepada kita semua yang mengikutiNya: “Celakalah!” Mari kita tunduk dan memohon ampun dari Tuhan Yesus.

Sementara itu, Paulus mengajarkan kepada jemaat di Tesalonika tentang nilai kerja keras dan tanggung jawab pribadi. Kerja keras bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan material tetapi juga tentang memberikan teladan dan berkontribusi pada kesejahteraan sesama.

Pesan dari bacaan Injil dan bacaan pertama ini sangat relevan untuk kehidupan kita saat ini. Kita dipanggil untuk hidup dengan integritas, memastikan bahwa penampilan luar kita sesuai dengan nilai-nilai batin kita. Kita juga diundang untuk bekerja dengan tekun, menghargai proses, dan tidak bergantung pada hasil instan. Dengan demikian, kita dapat menjalani kehidupan yang nyata dan bertanggung jawab, sesuai dengan ajaran Kristus, dan memberikan dampak positif bagi dunia di sekitar kita.

Missio:
Mari kita belajar dari St. Agustinus yang terus terang mengakui betapa ia sangat terbelenggu oleh kejahatan dan dosa dan melakukan pekerjaan Tuhan dengan penuh tanggung jawab.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved