Berita Belu
Kisah Petani Garam di Desa Silawan Belu NTT Raup Jutaan Rupiah Perbulan
Kristin dan kelompoknya sebenarnya berharap lebih banyak bantuan dari pemerintah untuk mendukung kegiatan ekonomi mereka.
Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Oby Lewanmeru
"Setiap kali mereka datang hanya untuk melihat kondisi kami. Baru tahun ini kami hanya mendapat bantuan beberapa drum, jerigen, karung, gayung dan ember untuk produksi garam. Bantuan ini tentu saja belum cukup untuk mendukung produksi garam secara optimal," ungkap Kristin.
Kristin dan kelompoknya sebenarnya berharap lebih banyak bantuan dari pemerintah untuk mendukung kegiatan ekonomi mereka.
"Kami membutuhkan alat yang lebih baik dan bantuan yang lebih signifikan agar bisa meningkatkan produksi. Terutama itu terkait pemasaran. Saat ini, dengan alat yang seadanya, kami harus bekerja lebih keras, terutama karena harga kayu bakar yang semakin mahal," ujarnya.
Meskipun demikian, semangat ibu-ibu ini tidak pernah surut. Ia dan rekan-rekannya lebih memilih untuk tetap menggunakan metode tradisional meskipun sudah beberapa kali mendapat tawaran untuk menggunakan peralatan modern.
"Kami lebih suka menggunakan alat tradisional. Walaupun lebih berat, ini adalah cara yang kami ketahui dan sudah menjadi bagian dari hidup kami," kata Kristin.
Lebih lanjut, Ia menyampaikan harga garam di pasaran saat ini adalah Rp15.000 per plastik, meningkat dari Rp10.000 sebelumnya.
Namun, meski harga naik, pembeli tidak selalu ada. "Kadang pembeli sedikit, tapi kami tetap bersyukur, walaupun pendapatan tidak selalu stabil," tuturnya. (Cr23)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.