Berita Timor Tengah Utara
Merdeka Energi, Asa Anak-anak di Perbatasan RI-RDTL Bermimpi Menggenggam Dunia
Sebagai salah satu wilayah yang berada di ketinggian 821,74 meter di atas permukaan laut hawa dingin bukan hal baru bagi warga setempat.
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Oby Lewanmeru
Harga Minyak tanah di Kampung Bah'eka Rp. 10.000 per liter. Demi mengurangi pengeluaran, mereka terpaksa menjadikan obor yang dibuat dari biji pohon damar menjadi pilihan utama.
Meskipun memiliki handphone android maupun senter yang dialiri tenaga listrik, warga sangat kesulitan mengoperasikannya. Pasalnya, mereka wajib merogoh kantong pribadi untuk mengecas handphone dan senter listrik.
Handphone dan senter ini dicas di rumah warga yang berada di wilayah induk Desa Haumeni Ana. Biaya sekali cas Rp. 5000 untuk sebuah peralatan elektronik. Jika setiap hari masyarakat memiliki 2 perangkat elektronik untuk dicas maka, dalam sebulan mereka harus mengeluarkan biaya mengecas perangkat elektronik sebesar Rp. 300.000.
Sebelumnya, instalasi listrik hanya dipasang di rumah warga yang berdomisili di jalan negara yang melintas di jantung Desa Haumeni Ana. Sedangkan, wilayah dusun terisolir seperti Kampung Bah'eka tidak dialiri listrik.
Salah satu faktor mendasar mereka kesulitan memperoleh fasilitas listrik karena kondisi wilayah mereka yang cukup terisolir.
Meskipun berada di wilayah Desa Haumeni Ana namun, Kampung Bah'eka dan Obekilo berjarak sekitar 2 hingga 3 kilometer dari pusat pemerintahan desa dan pemukiman warga lainnya.
Ia mengaku bersyukur dengan instalasi listrik yang telah masuk ke wilayah mereka. Warga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat, PLN, dan Kementerian ESDM yang telah memberikan perhatian khusus kepada warga Kampung Bah'eka dan masyarakat di wilayah perbatasan pada umumnya. Sebagai wajah terdepan NKRI, warga setempat mengaku bangga telah menerima fasilitas yang sama dengan warga negara di belahan wilayah Indonesia yang lain.
Kepala Desa Haumeni Ana, Siprianus Asuat menuturkan, sebanyak 1200 jiwa yang berdomisili di Desa Haumeni Ana dengan total 320 kepala keluarga. 98 persen masyarakat desa setempat bermatapencaharian sebagai petani. 8 kepala keluarga merupakan ASN.
RT yang sudah dialiri listrik 56 kepala keluarga yang sudah dialiri listrik. Meskipun demikian, berdasarkan data validnya sebanyak 60 kepala keluarga yang berdomisili di Kampung Bah'eka dan Obekilo. Namun, ada beberapa rumah yang ditempati 2 kepala keluarga.
Pemerintah desa telah mengajukan proposal permohonan untuk pembangunan instalasi listrik ke wilayah tersebut beberapa tahun lalu. Namun, tepat pada Bulan Juni tahun 2024 ini harapan masyarakat terjawab.
Sebanyak 103 jiwa yang berdomisili di Kampung Bah'eka dan Obekilo telah menikmati listrik. Hal ini merupakan sebuah catatan sejarah bagi Desa Haumeni Ana secara khusus masyarakat di Kampung Bah'eka dan Obekilo.
Masyarakat setempat merasa bahagia dan gembira karena anak-anak di Kampung Bah'eka dan Obekilo bisa memanfaatkan waktu belajar dengan baik pada malam hari. Selama ini mereka tidak memaksimalkan waktu untuk belajar pada malam hari karena terkendala jaringan listrik.
Cakupan Elektrifikasi dan Kepedulian Kementerian ESDM
Saat ditemui penulis, Kamis, 22 Agustus 2024, Manager Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kefamenanu, Arif Mursito mengungkap, pelayanan cakupan ketenagalistrikan untuk masyarakat mencakup dua kategori yakni Rasio Elektrifikasi (RE) dan Rasio Desa Berlistrik (RD).
Rasio Elektrifikasi (RE) adalah perbandingan jumlah rumah tangga yang sudah mendapatkan listrik dengan total rumah tangga. Pada tahun 2024, rasio elektrifikasi di Kabupaten TTU sebesar 94, 48 persen . Persentase rasio elektrifikasi ini berdasarkan data terakhir Bulan Juli 2024.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.