Berita Timor Tengah Utara

Merdeka Energi, Asa Anak-anak di Perbatasan RI-RDTL Bermimpi Menggenggam Dunia 

Sebagai salah satu wilayah yang berada di ketinggian 821,74 meter di atas permukaan laut hawa dingin bukan hal baru bagi warga setempat.

|
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
Siswi SDN Nunpo bernama Maria Oki saat sedang belajar di dapur rumahnya, Rabu, 21 Agustus 2024 

Bagi Maria, membaca merupakan aktivitas wajib yang ditanamkan oleh orang tua. Sejak duduk di bangku kelas 1 SD, ia selalu dituntun oleh kedua orangtuanya menghabiskan waktu belajar bersama di tempat duduk yang perlahan hitam dimakan waktu.

Ketika memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar 3 tahun silam, Maria tidak menghabiskan banyak waktu untuk belajar pada malam hari. Pasalnya, ia mesti menyesuaikan waktu belajar dengan obor sederhana yang dibuat ayahnya.

Saat itu, wilayah Kampung Bah'eka tempat dimana Maria dan Ayahnya berdomisili belum dialiri listrik. Kondisi itu bukan persoalan baru. Sejak pertama kali dilahirkan pada pada 18 Mei 2014 lalu hingga akhir Bulan Mei 2024, mereka belum menikmati listrik.

Obor sederhana pembuatan ayah yang dibuat dari bahan baku biji kayu damar menjadi harapan satu-satunya harapan bagi Maria merangkai niat tekun belajar. Bocah yang bercita-cita menjadi dosen ini selalu menghabiskan waktu hingga pukul 8.30 Wita untuk belajar.

Meskipun, cita-cita tersebut terasa sulit digapai karena ekonomi keluarga yang terbatas, Maria selalu termotivasi untuk rajin belajar secara otodidak. Alasan lain Maria ingin menjadi dosen karena ingin mengetahui banyak hal dan secara khusus mentransfer ilmu pengetahuan kepada orang lain.

Satu bilah obor bisa habis terpakai dalam kurun waktu 20 menit sampai 30 menit. Mengingat setiap bilah obor sederhana ini habis dalam kurun waktu singkat, ia berusaha mengurangi waktu belajar agar tidak menghabiskan lebih banyak obor.

Meskipun kondisi kala itu sangat memprihatinkan, Maria tidak ambil pusing soal hal ini. Ia tetap menghabiskan waktu di dapur sederhana ini hingga kantuk menjemput.

Pose penuntasan proses elektrifikasi di Kampung Bah'eka dan Obekilo, Desa Haumeni Ana, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten TTU, NTT pada Bulan Juni 2024 lalu.
Pose penuntasan proses elektrifikasi di Kampung Bah'eka dan Obekilo, Desa Haumeni Ana, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten TTU, NTT pada Bulan Juni 2024 lalu. (POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON)

Merdeka Energi, Warga Kampung Bah'eka dan Obekilo Dialiri Listrik 

 

Angin segar diterima masyarakat setempat ketika untuk pertama kalinya rumah - rumah warga sekitar dialiri arus listrik.

Hal ini menjadi momentum bersejarah sejak nenek moyang warga Kampung Bah'eka dan Obekilo mendiami wilayah ini. 

Momentum Elektrifikasi di Kampung Bah'eka dan Obekilo menjadi kesempatan emas bagi Maria dan anak-anak di kampung ini lebih giat belajar. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu belajar di malam hari.

Ayah dari Maria bernama Raymundus Oki (43). Dia mengaku bahagia di usai paruh baya ini bisa menikmati listrik di tanah kelahirannya. Sebagai ketua RT 12, Raymundus menyebut sebanyak sebanyak 34 kepala keluarga yang berdomisili di RT 12 dengan total sebanyak 103 jiwa.

Sebelum instalasi listrik masuk ke wilayah itu, mereka menggunakan pelita dan obor sederhana yang dibuat dari biji pohon damar sebagai sarana penerangan. Hal ini mengurangi pengeluaran membeli minyak tanah.

Satu bilah obor bisa dimanfaatkan dalam kurun waktu 30 menit. Oleh karena itu, dalam semalam masyarakat bisa membutuhkan sebanyak 12 sampai 24 obor sederhana tersebut untuk menerangi aktivitas mereka di malam hari.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved