Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 18 Agustus 2024, Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga
Artinya banyak kesulitan, luka dan derita batin yang mesti dengan tabah dilewatinya. Karena kematangan iman tidak dengan secara otomatis terjadi.
Renungan Harian Katolik Minggu 18 Agustus 2024
Oleh: RP Markus Tulu SVD
Bacaan: Why. 11: 19a; 12:1-6a.10ab; 1Kor. 15:20-26; Luk. 1:39-56.
Selamat Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga Bagi Kita Semua. Kitab Wahyu melukiskan hubungan Maria dengan Yesus dengan menegaskan bahwa "Perempuan yang hendak melahirkan seorang Anak laki-laki."
Di sini, perempuan yang dimaksudkan itu adalah Maria. Sedangkan seorang Anak laki-laki adalah Yesus. Maria ternyata dalam menjawabi panggilan Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus harus berhadapan dengan situasi padang gurun kehidupan.
Artinya banyak kesulitan, luka dan derita batin yang mesti dengan tabah dilewatinya. Karena kematangan iman tidak dengan secara otomatis terjadi.
Tapi hal itu justru bertumbuh dalam proses yang sulit dan berat dan memakan waktu yang panjang. Kita hendaknya membuka diri dan mengubah hidup. Karena ketika kita terus tenggelam dalam model persekutuan dengan Adam, itu berarti kita membiarkan hidup kita ini najis dan terhinakan.
Di sini kita mati, dan kita binasa. Tapi jika kita meninggalkan model persekutuan dengan Adam dan membangun model persekutuan dengan Kristus, itu berarti kita mau agar hidup kita ini menjadi harum dan dengan demikian kita dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
Hidup dalam persekutuan dengan Kristus bisa dijelaskan sebagai bentuk hidup kemuridan sejati.
Artinya pengalaman-pengalaman padang gurun sungguh dimaknai sebagai pengalaman pematangan iman dan pendalaman spiritualitas salib.
Bahwa Maria yang kita kenal sebagai ibu gereja, ibu yang mengandung dan melahirkan Yesus atau Bunda Allah yang kita rayakan hari rayanya diangkat ke Surga hari ini adalah sungguh dijadikan teladan hidup kemuridan kita.
Maria telah menunjukkan kerendahan hati, kesahajaan hidup dan kesetiaan iman. Dan karena itu, dia berbahagia. Di sinilah letaknya dasar sukacita hidup Maria, "Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah juru selamatku."
Bisa dipastikan bahwa kidung pujian Maria ini tidak mungkin dikumandangkan tanpa adanya kesetiaan iman. Karena itu hendaknya kita menjadi setia. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Renungan Harian Katolik Selasa 14 Oktober 2025, 'Hati yang Bersih di Hadapan Allah' |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Selasa 14 Oktober 2025, Pesona Natural dan Daya Tarik Spiritual Yesus |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Selasa 14 Oktober 2025, 'Bagian Dalam Dirimu Penuh Kejahatan' |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Senin 13 Oktober 2025, Menuntut Tanda Dalam Iman Menegaskan Ketidakpercayaan |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Senin 13 Oktober 2025, Bercermin pada Ratu dari Selatan dan Orang Niniwe |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.