Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 14 Oktober 2025, 'Hati yang Bersih di Hadapan Allah'
Orang tua bisa mengajarkan doa pada anak-anak, tetapi teladan kasih jauh lebih penting daripada sekadar kata-kata.
Oleh : RP John Lewar, SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik Selasa 14 Oktober 2025 Hari Selasa Pekan Biasa XXVIII Kalistus dari RP John Lewar, SVD merujuk pada Bacaan I : Rm. 1:16-25; Mzm. 19:2-3,4-5; Luk. 11:37-41
Warna Liturgi Hijau.
Hari ini, Injil Lukas 11:37–41 mengisahkan tentang Yesus yang diundang makan oleh seorang Farisi. Orang Farisi itu heran ketika melihat Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.
Bagi orang Farisi, aturan lahiriah sangat penting: mencuci tangan, menjaga kesucian ritual, dan menampilkan diri sesuai hukum.
Namun Yesus menegur mereka: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalam kamu penuh dengan rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh! Bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?”
Yesus menekankan bahwa kesucian sejati bukanlah tampilan luar, melainkan kemurnian hati. Berikut ini ada beberapa point yang perlu kita renungkan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 14 Oktober 2025, Pesona Natural dan Daya Tarik Spiritual Yesus
Pertama, Lahiriah vs. Batiniah. Bangsa Yahudi zaman itu sangat menekankan aturan hukum dan ritual. Cuci tangan sebelum makan bukan hanya soal kesehatan, tetapi soal ritus keagamaan.
Namun, banyak dari mereka berhenti pada simbol luar tanpa menghayati makna terdalamnya. Yesus menunjukkan bahwa Allah lebih melihat ke dalam hati. Kebersihan lahiriah tidak ada artinya jika hati penuh kesombongan, iri, dan ketidakadilan.
Kita bisa rajin ke gereja, aktif dalam pelayanan, atau terlihat saleh, tetapi jika hati kita masih dipenuhi dendam, iri hati, atau keangkuhan, kita sama seperti cawan yang bersih di luar tapi kotor di dalam.
Kedua, Hati yang Bersih di Hadapan Allah. Kesucian yang dikehendaki Allah adalah hati yang murni. Seperti doa Mazmur: “Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan perbaharuilah semangat yang teguh dalam batinku” (Mzm 51:12).
Hati yang bersih adalah yang tidak menyimpan kebencian, tidak diperbudak keserakahan, tidak mencari pujian manusia, tetapi tulus di hadapan Allah.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 14 Oktober 2025, Bagian Dalam Dirimu Penuh Kejahatan
Yesus mengingatkan bahwa kasih kepada sesama adalah cara nyata untuk memurnikan hati. Dia berkata: “Berikanlah sedekah dari apa yang ada padamu, maka semuanya akan menjadi bersih bagimu.”
Artinya, kasih yang diwujudkan dalam berbagi akan membersihkan hati kita lebih daripada ritual lahiriah.
Ketiga, Relevansi dalam Kehidupan Kita. Kehidupan modern juga sering sibuk dengan penampilan luar. Kita lebih sibuk terlihat baik di mata orang, tetapi melupakan pembaruan hati. Media sosial membuat kita mudah terjebak pada pencitraan rohani.
Yesus menuntut kejujuran batin. Ia mengajak kita untuk tidak hanya “berpura-pura saleh”, tetapi sungguh memiliki hati yang tulus dan bersih. Kasih lebih besar daripada ritual.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.