Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Kamis 15 Agustus 2024, "Bekerja dengan Tulus"
Tetapi jika mereka ingin minum, mereka harus membayar. Penjaga bar menawarkan makan siang gratis, karena biaya makanan tersebut
BEKERJA DENGAN TULUS (MATIUS 20:1-16)
Pdt. Frans Nahak, M.Th
Kita pernah mendengar ungkapan “Tidak ada makan siang yang gratis” atau “Tidak ada makan siang gratis”? ungkapan ini merupakan gambaran bahwa hal-hal yang tampak gratis selalu memiliki biaya yang harus dibayar oleh seseorang. Apalagi di tahun politik. Adakah politikus yang memberi secara gratis? Dst.
Awal ungkapan “No free dinner” telah ada pada tahun 1800-an di New Orleans, Amerika Serikat, di mana banyak bar yang menawarkan makan siang gratis.
Tetapi jika mereka ingin minum, mereka harus membayar. Penjaga bar menawarkan makan siang gratis, karena biaya makanan tersebut ditanggung oleh biaya minuman. Anda dengan saya tentu pernah berbelanja di toko, ada barang jualan yang mencantumkan “beli dua gratis satu”.
Padahal harga barang yang gratis tersebut telah ditanggung oleh barang yang dibayar. Dari contoh-contoh ini mau mengatakan bahwa tidak ada sesuatu pun dalam hidup ini yang benar-benar gratis. Dalam bidang bisnis dan psikologi pasar, hal ini dianggap wajar.
Demikian juga yang terjadi dalam dunia kerja. Di mana segala sesuatu nyaris diukur dengan materi, kerja dengan tulus menjadi sesuatu yang langkah. Jika ada yang bekerja dengan ikhlas, maka akan dikatakan bodoh, dst.
Apakah salah jika orang bekerja menuntut upah? Tidak.
Bukan hanya di dunia kerja sekuler tetapi di gereja pun orang menuntut upah. Dapat apa jika saya jabatan ini dan jabatan itu, layani ini dan layani itu. Tidak akan melayani jika tidak dibayar atau tidak cukup dibayar.
Tema khotbah kita dalam minggu ini bekerja dengan tulus. Kata tulus dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sungguh dan bersih hati atau benar-benar keluar dari hati yang jujur. Tulus juga diartikan sebagai sikap jujur, tidak berpura-pura, ikhlas.
Perumpamaan ini merupakan kelanjutan dari bab sebelumnya. Yesus memulai perumpamaan dengan pemilik kebun anggur yang mencari pekerja. Pemilik kebun anggur ini menunjukkan pada dirinya, di mana kehadiran Yesus yang mencari murid untuk menjadi pengikut-Nya.
Berbeda dengan rabi-rabi Yahudi yang dicari oleh pengikut untuk menjadi murid. Setelah mencari dan menemukan pemilik kebun anggur membuat kesepakatan bahwa upah kerja dibayar per hari bukan perjam, satu hari satu dinar.
Kelompok pertama jam 6 pagi. Mereka bekerja selama 12 jam. Rupanya kebun cukup besar sehingga banyak yang harus dikerjakan, sehingga jam 9 pagi ia keluar lagi untuk mencari dan bertemulah sekelompok orang yang menganggur di pasar. Mereka diajak bekerja dengan perjanjian yang sama seperti sebelumnya, maka kelompok kedua masuk bekerja mulai dari pukul 9.
Pukul 12 siang dan pukul 3 sore ia melakukan hal yang sama. Pukul 5 sore ia keluar lagi mencari dan menemukan beberapa penundaan lalu diajak untuk bekerja.
Timbul persoalan ketika muncul rasa tidak puas, tidak adil, karena mereka semua mendapatkan upah yang sama. Pekerja-pekerja yang masuk terakhir mendapatkan upah masing- masing satu dinar. Melihat hal itu, mereka yang bekerja sejak pagi berpikir bahwa mereka pasti akan mendapat upah lebih banyak dibanding pekerja yang baru bekerja pada petang hari. Namun ternyata jumlah yang mereka dapatkan sama.
Pemilik kebun anggur berpegang pada janji kesepakatan bahwa satu hari satu dinar (ay. 13). Kemudian pemilik kebun anggur menegaskan tentang kebebasannya untuk memberi (ay. 15).
Renungan Harian Kristen Sabtu 30 Agustus 2025, Bangunlah Negeri Ini |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Jumat 29 Agustus 2025, Doa yang Jujur Bagi Bangsa |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Kamis 28 Agustus 2025, Pendoa Bagi Indonesia |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Rabu 27 Agustus 2025, Doakan Pertobatan Bangsa |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Selasa 26 Agustus 2025, Garam dan Terang Bagi Bangsa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.