Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Kristen Senin 12 Agustus 2024, Berpegang Teguh pada Kebenaran
kebermaknaan kehidupan manusia. Menurut Yesus, kebenaran adalah sesuatu yang memerdekakan atau membebaskan
Oleh: Pdt. Nope Hosiana Daik, M.Th
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Kristen Senin 12 Agustus 2024, Berpegang Teguh pada Kebenaran
(2 Timotius 3:10-17)
Pendahuluan
Para filsuf, baik dari dunia Timur maupun Barat, telah lama berusaha memaknai kehidupan dengan menghasilkan berbagai dictum tentang kebenaran. Sebelum Yesus lahir, Plato, Aristoteles, dan Socrates, yang menjadi pionir dalam perkembangan filsafat Barat, mengajarkan bahwa hidup ini akan berjalan baik sebagai sebuah persekutuan dalam polis (kehidupan bersama) jika ditopang oleh "berbagai keutamaan" atau arete sebagai nilai tertinggi (summum bonum).
Aristoteles, salah satu dari mereka, mengajarkan bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah kebahagiaan yang dapat dicapai dengan menghasilkan "karya-karya unggul" berdasarkan akal budi/rasio. Karena itu, keutamaan dalam hidup adalah bagaimana manusia menjadi pribadi pemikir sempurna yang menghasilkan tindakan moral melalui "jalan tengah." Jalan tengah yang dimaksud adalah bahwa manusia harus menggunakan akal budi/rasionya berdasarkan perenungan yang dalam/kontemplasi untuk menghasilkan tindakan moral dalam menghadapi persoalan kehidupan.
Misalnya, kita sedang berhadapan dengan peristiwa kebakaran rumah. Dalam kobaran api yang membara, ternyata ada seorang bayi yang terjebak. Pada saat ini, keberanian untuk menerobos api demi menyelamatkan bayi tersebut adalah kebenaran.
Di sisi lain, ketika seseorang dihadapkan pada pengadilan dengan "tuduhan yang salah," dibutuhkan kejujuran dari yang bersalah untuk mengakui kesalahan. Pada saat itu, kejujuran adalah kebenaran. Inilah beberapa contoh kebenaran utama dalam hidup manusia yang dihasilkan dari jalan tengah yang ditempuh.
Yesus juga berbicara tentang pentingnya kebenaran bagi kebermaknaan kehidupan manusia. Menurut Yesus, kebenaran adalah sesuatu yang memerdekakan atau membebaskan. Hal ini disampaikan kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada perkataan-perkataan-Nya (bdk. Yoh. 8:31).
Perkataan-perkataan Yesus sangat sesuai dengan karya-karya-Nya yang menyelamatkan dunia. Karena itu, perkataan-perkataan dan karya-karya yang menyelamatkan ini menjadi sumber pengajaran bagi setiap orang beriman, yang dimulai dari keluarga Kristen sebagai basis jemaat.
Warisan Iman: Pegang Teguh (2 Timotius 3:14-15)
Ada sebait syair yang biasa dinyanyikan pada saat orang Rote melakukan tarian melingkar dengan berpegangan tangan, meliuk-liuk badan, dan menghentakkan kaki, yang disebut bonet. Syair itu berbunyi "hou mahele mama hehelun," yang berarti "pegang teguh janji/pesan mama."
Syair ini menggambarkan bahwa pendidikan/pengajaran orangtua adalah warisan bernilai yang tidak boleh diabaikan sepanjang hidup. Pendidikan/pengajaran dalam keluarga dapat diwariskan dari waktu ke waktu sebagai bentuk "kearifan lokal" (berbasis budaya lokal) dan pendidikan/pengajaran iman (bersumber dari Kitab Suci), yang diyakini sebagai kebenaran yang menjadi pemandu hidup menuju keselamatan. Di sini, orangtua menempati posisi sebagai "pewaris kebenaran."
Paulus pun berbicara tentang orang tua sebagai pewaris kebenaran dalam hubungannya dengan "apresiasi" Paulus terhadap keteguhan/kesungguhan hati Timotius dalam memelihara kebenaran yang berdasarkan Kitab Suci, yang diajarkan terutama oleh nenek dan ibunya.
Warisan iman inilah yang membuat Timotius menjadi salah seorang murid Paulus yang suka mengikuti teladan hidupnya: "ajaran, cara hidup, pendirian, iman, kesabaran, kasih, dan ketekunan" dengan berpegang teguh kepada kebenaran, sekalipun dalam masa penganiayaan. Demikian juga, bahwa Paulus bisa menjadi "pribadi yang berintegritas" dalam pelayanan karena peran "nenek moyangnya" sebagaimana tertulis:
"Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku, dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku baik siang dan malam. Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kau curahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuh kesukaanku. Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike, dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu" (2 Timotius 1:3-5).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.