News analysis
News Analysis Sekolah 5 Hari di NTT, Pengamat: Guru dan Siswa Stres
Saya memang kurang setuju dengan kurikulum merdeka ini karena tanpa ujicoba tapi langsung dilaksanakan.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pengamat Pendidikan Undana, Dr. Marsel Robot memberikan analisa terkait sekolah lima hari yang mulai diterapkan di NTT. Berikut analisisnya.
Saya memang kurang setuju dengan kurikulum merdeka ini karena tanpa ujicoba tapi langsung dilaksanakan. Soal sekolah lima hari itu boleh-boleh saja tapi jangan sampai lima hari itu dipadatkan dan siswa menjadi stress. Misalkan dia masuk jam 7 pagi dan pulang jam 5 sore pasti siswa stres.
Baca juga: Lipsus - Siswa SMA di NTT Mulai Pulang Petang
Hemat saya, harus dilakukan riset dan ujicoba dulu karena kurikulum ini langsung diterapkan. Siswa sekarang itu hanya bermain dengan aplikasi jadi bisa jadi mereka lebih pintar dari gurunya. Jadi ada istilah baru yakni kepintaran artificial di mana mereka bukan pintar karena materi tapi pintar karena paham aplikasi.
Bagi saya kurikikulum merdeka ini kurikulum aplikasi. Sekarang semua guru berhadapan dengan aplikasi tapi tidak ditunjukkan perubahan signifikan.
Kurikulum ini terkesan buang anggaran. Lihat saja guru-guru disibukkan dengan menghadapai macam-macam aplikasi dan mengabaikan esensi mereka mengajar dan mendidik.
Hal itu membuat kurikulum ini tidak ramah dengan guru-guru di atas usia 40 tahun yang tidak lagi melek aplikasi atau teknologi dan tentu menyulitkan dalam proses evaluasi.
Saya juga melihat tidak ada perubahan apa-apa yang dibawa kurikulum ini. Tingkat literasi kita masih tidak beranjak jauh dari urutan belakang. Bahkan tes PISA kita masih urutan ke-11 dari belakang dari 81 negara yang mengikuti tes ini.
Menurut hemat saya, kurikulum ini harus diubah karena terlalu berpusat pada aplikasi dan tidak terfokus lagi pada pembelajaran. Meskipun ada satu dua guru yang inovatif mengatakan pembelajaran dengan budaya setempat namun itu hanya bisa diaplikasikan dalam pembelajaran tertentu.
Ini juga sangat tidak ramah terhadap guru di pedalaman di mana mereka tidak punya laptop, tidak ada sinyal, juga fasilitas pendukung tidak ada tapi dipaksakan. (ary)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.