Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen, Berpegang Teguh pada Kebenaran
Setelah membahas sifat-sifat tersebut, Paulus mengingatkan Timotius tentang teladan ajaran, sebab hal itu penting saat menghadapi guru-guru palsu.
Kitab Suci adalah tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (ay. 16).
Tulisan Alkitab bukan semata-mata tulisan manusia saja. Kata Yunani yang diterjemahkan dengan diilhamkan secara harfiah berarti dihembus.
Allah menghembuskan Roh-Nya ke dalam penulis pada saat penulisannya. Maksudnya, Roh Allah menguasai dan memakai penulis dengan Segala pembawaan dan bakatnya untuk menyampaikan Firman Tuhan.
Ini menerangkan mengapa penulis-penulis di dalam Kitab Suci berbeda satu sama lain dalam gaya bahasanya, namun semua tulisan itu bernafaskan Firman Allah.
Allah mengilhamkan firman-Nya supaya firman itu bermanfaat untuk manusia. Manfaat itu diterangkan di sini dalam dua segi, yaitu segi ajaran dan segi kelakuan. Segi ajaran itu nampak dalam kata-kata: untuk mengajar (hal-hal tentang keselamatan) dan untuk menyatakan kesalahan (menolak ajaran sesat dan kesalahan-kesalahan lain). Segi kelakuan nampak dalam kata-kata: untuk memperbaiki kelakuan (apa yang salah pada kelakuan manusia diperbaiki) dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (supaya ia berjalan di atas jalan yang benar sesuai dengan kehendak Allah).
Ayat 17, dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Yang dimaksudkan dengan ”manusia Allah” (ini terjemahan yang lebih baik dari pada manusia kepunyaan Allah) tidak hanya Timotius sebagai hamba Tuhan, melainkan juga tiap orang percaya (lihat tafsiran I Tim 6:11). Memang secara khusus Timotius membutuhkan uraian ini, tetapi uraian ini juga ditujukan kepada semua orang percaya. ”Manusia Allah” secara umum adalah manusia milik Allah yang diciptakan menurut peta/gambar dan dimaksudkan untuk hidup bagi kemuliaan Allah. Maka untuk dapat berbuat demikian, manusia itu perlu diperlengkapi dengan petunjuk-petunjuk dalam Firman Allah, supaya ia dapat berbuat setiap perbuatan baik. Ini berlaku untuk semua orang percaya.
- POKOK-POKOK RENUNGAN
Pertama, kebenaran lahir dari teladan hidup seseorang. Keteladanan dalam bahasa metafora merupakan bentuk dampak pribadi, diibaratkan sebagai “cahaya”.
Keteladanan seperti yang telah disebutkan dalam ayat 10, yaitu hidup yang baik, tidak mencari kepentingannya sendiri, teladan dalam beriman, kesabaran, kasih, ketekunan.
Selain itu, teladan penderitaan yaitu menanggung sesuatu yang menyakitkan karena pelayanan. Hal itu tidak menyenangkan secara jasmani ataupun rohani.
Dalam Bahasa Yunani menggunakan istilah paskho berarti menanggung beban.
Kebenaranan ditemukan dalam teladan kehidupan baik dari orang tua, pemimpin dalam organisasi, pemimpin dalam gereja dan pemerintah.
Selain keteladanan hidup, tetapi keteladanan ajaran. Keduanya tidak bisa dilepaskan supaya orang jangan mengatakan, “omong lain na, buat lain”. Keteladanan itu menjadi orang tua yang baik dalam mengajar anak-anak, menjadi guru yang baik mengajar murid. Pendeta senior menjadi teladan untuk pendeta junior, dosen menjadi teladan bagi mahasiswa, dst. Kebenaran yang hakiki lahir dalam keteladanan.
Kedua, Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab menjadi landasan kebenaran. Dalam Alkitab kita tidak hanya menemukan kebenaran namun memberi kita hikmat dan menuntun kepada keselamatan oleh iman.
Oleh karena itu, rajinlah berdoa dan membaca Alkitab. Semangat membaca Alkitab adalah roh keberagamaan kita sebagai orang Kristen.
Kita berada dalam dunia modern, segala sesuatu kita bisa mengakses untuk menemukan kebenaran dari berbagai sudut pandang, namun sebagai orang Kristen Alkitab adalah dasar kebenaran kita.
Baca juga: Renungan Harian Kristen Kamis 25 Juli 2024, Pendidikan dalam Keluarga Abraham
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.