Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 17 Juli 2024, Selalu Bersyukur kepada Tuhan
Saya secara pribadi merasa bahwa ucapan syukur dan terima kasih orang-orang sederhana ini benar-benar tulus dan tidak mengada-ada.
Oleh: Pastor Jhon Lewar, SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Rabu 17 Juli 2024, Selalu Bersyukur kepada Tuhan
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor
Hari Biasa Pekan XV
Lectio:
Yesaya 10:5-7.13-16; Mazmur 94:5-6.7-8.9-10.14-15
Injil: Matius 11:25-27
Meditatio:
Ketika mendapat kepercayaan melayani umat di Stasi saya selalu mengalami kehangatan dalam suasana kekeluargaan. Seperti apa itu? Setelah perayaan Ekaristi di dalam Gereja, biasanya dilanjutkan dengan makan bersama sebagai ungkapan syukur.
Umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi biasanya membawa makanan lokal, hasil kebun mereka berupa pisang masak, singkong yang sudah direbus atau digoreng, kacang tanah dan aneka buah-buahan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 15 Juli 2024, “Ia Tidak Layak BagiKu”
Umat diundang untuk ikut mencicipi makanan bersama pastor. Ada di antara mereka yang datang dan mengucapkan terima kasih kepada pastor yang bersedia meluangkan waktu dan tenaga dalam pelayanan di stasi mereka.
Saya secara pribadi merasa bahwa ucapan syukur dan terima kasih orang-orang sederhana ini benar-benar tulus dan tidak mengada-ada.
Paus Fransiskus, dalam Ensiklik Laudato Si’ mengajak kita semua untuk sejenak bersyukur kepada Allah sebelum dan sesudah makan. Salah satu ungkapan sikap (ketergantungan kepada Allah) ini adalah ketika kita berhenti sejenak untuk bersyukur kepada Allah sebelum dan sesudah makan (Laudato Si’, No. 227).
Benarkah kita selalu bersyukur kepada Allah sebelum dan sesudah makan? Ataukah kita terus memohon dan memohon, seolah-olah kita belum menerima makan dari Allah, sementara perut kita sudah penuh dengan makanan enak?
Menurut Paus Fransiskus, mengucap syukur kepada Allah sebelum dan sesudah makan adalah sebuah kebiasaan yang indah, yang mesti dilakukan oleh umat beriman. Sebab, mengucap syukur merupakan salah satu ekspresi dari
“Kemampuan untuk takjub, yang menuntun ke kedalaman hidup” (No. 225).
Kemampuan untuk takjub atas anugerah Allah, dalam bentuk apa pun, bukan hanya dalam bentuk makanan, perlu dilatih, terus-menerus, hingga menjadi sebuah habitus (kebiasaan), bahkan menjadi sebuah kebiasaan yang indah.
Dalam injil Matius hari ini, Tuhan Yesus mengajar kita semua untuk belajar dan tahu bersyukur. Dalam perikop kita hari ini, pertama-tama Yesus bersyukur dan memuji Bapa di Surga. Ia berkata dengan suara lantang: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu” (Ayat 25-26).
Kedua, Yesus mengenal identitasnya diriNya sebagai Anak dan Allah sebagai BapaNya. Mereka saling mengenal satu sama lain. Yesus berkata: “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak
selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya” (ayat 27).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.