Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Jumat 12 Juli 2024, Menjaga Kesehatan Air, Mengawal Keberlanjutan Kehidupan
Cara merawat air adalah tidak menebang pohon secara sembarangan untuk menjamin ketersediaan air tanah dan menjaga sumber-sumber mata air
1) Geliat ekonomi kapitalis yang melibatkan para pelaku ekonomi pada perusahaan transnasional yang menjadi “mitra pemerintah.”
Dengan modal yang besar dan kepercayaan dari pemerintah, maka para pemilik modal mengekspoitasi alam dengan merambah hutan-hutan dan menebang pohon-pohon besar untuk kepentingan ekonomi mereka.
Akibatnya terjadi ‘degradasi’ alam yang berdampak bagi ketersediaan air yang sehat bagi keberlanjutan kehidupan.
Dalam beberapa kasus, geliat ekonomi kapitalis yang berdampak buruk pada ketersediaan air dan kesehatan air, dapat disadari oleh berbagai elemen masyarakat, yang kemudian menyuarakan keprihatin namun terkadang suara mereka dinafikan. Kesadaran ekologis mereka dibekukan dengan berbagi tindakan represif oleh pihak-pihak yang berwenang.
2). Rendahnya kesadaran masyarakat pada tingkat menengah dan bawah tentang pentingnya menjaga kesehatan air terlihat pada sikap membuang sampah pada/dekat sumber-sumber mata air, membuang limbah-limbah rumah tangga ke dalam sungai dan laut.
Merujuk kepada berbagai tindakan buruk manusia yang mengakibatkan kerusakan alam, terutama ketersediaan air dan kesehatan air maka dibutuhkan tindakan “penyelamatan”.
Elisa melakukan tindakan “penyelamatan” terhadap kesehatan air bagi keberlanjutan hidup penduduk kota Yerikho dengan cara mentahirkan sumber mata air dengan membuang garam ke dalam mata air. Ini adalah tindakan simbolik yang dilakukan oleh Elisa untuk menyatakan bahwa Allah pun berkenan menyehatkan air bagi keberlanjutan kehidupan.
Tindakan penyelamatan Allah tidak saja bersifat antroposentris (menempatkan manusia sebagai sentrum) pemulihan tetapi juga alam (air).
Dari tindakan simbolik Elisa dengan menggunakan garam untuk menyehatkan air di kota Yerikho dapat kita pahami sebagai sebuah tindakan yang melambangkan “pencegahan tindakan pembusukan air” oleh tindakan manusia.
Bertolak dari kesadaan kolektif masyarakat kota Yerikho tentang pentingnya air yang sehat bagi keberlanjutann kehidupan, maka perlu sekali ditandai dengan pentahiran dengan sebagai “akta iman” sekaligus pertobatan ekolgis masyarakat kota Yerikho untuk menjaga kesehatan air.
Garam sebagai lamang/simbol untuk mencegah pembusukan. Jika dalam masalah ini, masyarakat kota Yerihko diibaratkan sebagai garam, sebagaimana Yesus menyebutkan murid-murid-Nya sebagai garam dunia maka demikianlah hendaknya kita juga belajar dari penduduk Yerikho. Kita dapat menempatkan diri dan memaknai keberadaan kita sebagai garam yang mencegah pembusukan air, yang dimulai dari lingkungan dekat kita.
Kita perlu menjaga kesehatan air dengan tidak lagi membuang segala jenis limbah ke dalam/dekat sumber mata air atau air yang mengalir/bergerak, seperti air sungai, air danau dan air laut.
Allah menghendaki air yang sehat bagi keberlanjutan kehidupan (2 Raja-raja 2:22)
Air yang sehat adalah penting bagi keberlanjutan hidup. Karena itu, Allah melalui Elisa menyehatkan air. Manusia dan segala makhluk hidup akan terpelihara dengan kehidupan yang berkualitas dengan ketersediaan air yang sehat sepanjang masa.
Linn White seorang sejarawan Amerika pernah menuding bahwa kekeristenanlah yang memberi sumbangan bagi tindakan ekspolotasi dan komodifikasi alam. Kekeristenn memberi ruang amat besar bagi pemikiran antropoesntris, dimana menempatkan manusia sebagai tuna atas alam semesta.
Karena itu adalah layak alam semesta dieksploitasi dan dikomodifikasi bagi kepentingan manusia semata-mata. Akan tetapi sesungguhnya tidakla demikian. Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan segala isi, memeberi perhatian yang sama keapda segenap ciptaan-Nya. Allah tidak hanya memulihkan kehiduoan manusia, tetapi juga memulihkan keberadaan alam semesta.
Karena itu, manusia sebagai ciptaan Allah yang sama dengan ciptaan lainnya, perlu menyadari keberadaannya dan menempatkan diri dalam kesetaraan di hadapan Allah untuk tidak saja mengasihi Allah sebagai hukum kasih yang terutama, dan mengasihi manusia sebagai hukum kasih yang kedua, tetapi juga harus mengembangkan dan mempraktekkan hukum kasih yang ketiga, yakni mengasihi alam semesta, demikian kata Phil Erari, seorang teolog asal Papua.
Renungan Harian Kristen Kamis 4 September 2025, Doa Hari Ini: Kasih Setia |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Rabu 3 September 2025, Doa Hari Ini: Di Pagi Hari |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Senin 1 September 2025, Hari Demi Hari Bersama Tuhan |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Minggu 31 Agustus 2025, Memberitakan Kabar Baik tentang Kemerdekaan |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Sabtu 30 Agustus 2025, Bangunlah Negeri Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.