Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 30 Juni 2024, Tersungkur di Depan Kaki Tuhan

Namun ia sadar bahwa hidup dan mati manusia ada dalam tanganTuhan. Karena itu ia tahu, kepada siapa permintaan

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-ROMO LEO MALI
Romo Leo Mali, Pr menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu 30 Juni 2024, Tersungkur di Depan Kaki Tuhan 

Seperti anak-anak kecil yang menangis karena lapar. Pada reaksi ini manusia takluk di hadapan situasi yang membatasi dirinya. Tidak ada jalan untuk keluar. Tapi reaksi ini, sehebat apapun  tidak akan pernah mengubah sebuah keadaan.

Dalam keadaan kalut dan tidakberdaya mungkin kita akan melakukan hal yang sama. Histeria, ketakutan dan jerit tangis adalah reaksi tubuh yang paling orisinil yang mengingatkan manusia akan keterbatasannya.

Tapi reaksi-reaksi alamiah manusia ini menunjukkan bahwa hati manusia yang berharap, melampaui batas-batas yang melingkupinya. Pada situasi batas, dalam penderitaannya, manusia mencari Tuhan. Pada titik itulah Yesus hadir dan membawa harapan baru. Tapi harapan itu tidak akan punya nilai ketika orang-orang di rumah itu menutup diri, tetap dalam keributan dan jerit tangis mereka dan tetap tinggal dalam situasi putus asa.

Situasi putus asa yang ditanda dengan ratapan dan jerit tangis yang berkepanjangan adalah racun yang memang diinginkan oleh setan. Seperti diingatkan oleh kitab Kebijaksanaan har iini, “ karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik seta nmencari mau titu.” (Keb.2:24) dalam Injil hari ini, Sikap setan diwakili oleh kehadiran orang banyak yang sejak awa lmenertawakan iman Yairus dan mencegahnya untuk berharap pada pertolongan Tuhan. “anakmu sudah mati, untuk apa engkau menyusahkan guru.” (Mr.5: 35).

Sikap yang sama yang juga ditunjukkan oleh orang banyak yang menertawakanTuhan (Mrk. 5:40). Setan menganjurkan agar manusia cukup meratapi hidup dantinggal dalam keadaan putus asa. Godaan-godaan ini adalah kemungkinan pilihan yang nyata.

Di hadapan godaan ini Yesus menunjukkan sikap yang tegas. Ia tidak peduli dan bahkan di rumah Yairus Ia membentak orang-orang yang menangis dan yang menertawakanNya, “ Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati tetapi tidur” (5:39). Puncak dari upaya melawan situasi yang putus asa itu adalah tindakan Yesus menyembuhkan anak perempuan Yairus. “Hai anak perempuan [….] bangunlah” (Mrk. 5: 41)

Hidup yang berkelimpahan

Di rumah Yairus, sang kepala rumah ibadat, Yesus membangkitkan anak perempuannya sekaligus mengangkat kembali harga dirinya yang sudah terpuruk hingga membuatnya tersungkur di depan kaki Tuhan.

Tuhan menyerahkan kembali kehidupan kepada anak perempuan yang telah meninggal. Sementara pada Yairus Tuhan juga memberikan sebuah harga diri yang baru. Yairus bisa angkat kepala lagi. Harapannya tidak dikecewakan.

Rasul Paulus melihat pengalaman tindakan Yesus sebagai kekayaan sejati bagi seorang beriman. Karena Kristus merendahkan diri dan masuk dalam kegelapan hidup manusia.

IA rela menjadi bagian dari penderitaan dan kesedihan manusia agar IA menghibur dan menyeka air mata setiap orang berduka. Hal itu  IA tunjukkan saat mendatangi rumah Yairus. Ia masuk dalam situasi rumah Yairus yang penuh tangisan dan putus asa.

Ia rela ditertawakan dan diolok oleh kehidupan dunia yang miskin dan tidak mengenal harapan. Tapi dengan cara itu Ia memulihkan semuanya. Orang yang percaya kepada Kristus akan mengalami dan mengenal pemulihan yang dibawa oleh kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus sebagai kekayaan yang utama. Sebab seperti dikatakan Paulus, “Sekalipun kaya, Ia telah menjadi miskin karena kamu, supaya karena kemiskinan-Nya, kamu menjadi kaya” (2Kor.8:9).  

Kekayaan terutama kita adalah karena kita mengenal kasih Allah pada hidup kita. Inilah dasar untuk semua bentuk solidaritas dan kesetiakawanan sejati.

Dalam bahasa Rasul Paulus, keyakinan seorang beriman yang benar -benar percaya kepada Kristus, akan memiliki rasa berkecukupan dalam hidup. Rasa berkecukupan dalam hidup tumbuh dari rasa terjamin oleh kehadiranTuhan dalam hidup manusia. Ia tetap hadir dan memegang tangan kita.

Seseorang bisa mendapatkan segala-galanya dalam hidup. Tapi tanpa keyakinan ini dunia akan tetap terasa miskin. Kepada Yairus dan juga kepada semua muridNya yang diwakili Petrus, Yakobus danYohanes, Yesus mengajarkan bahwa setiap orang yang rela tersungkur dan bersujud di hadapan kaki Tuhan, karena mengenal belaskasihan-Nya,  akan selalu sanggup untuk bangkit dan berdiri tegak di tengah semua persoalan hidup.  Amin. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved