Perang Rusia Ukraina

10 dari Ribuan Tahanan Ukraina di Rusia Dibebaskan Berkat Mediasi Vatikan dan Uni Emirat Arab

Hingga sekarang, masih ada ribuan orang Ukraina, baik warga sipil maupun personel militer, yang ditahan Rusia.

Editor: Agustinus Sape
AP/ALEX BABENKO
Pastor Bohdan Heleta, kiri, yang ditahan di dalam gerejanya sendiri di kota Berdiansk yang diduduki di wilayah Zaporizhzhia pada tahun 2022, berbicara kepada temannya di bandara Kyiv, Ukraina, Sabtu, 29 Juni 2024. Sepuluh warga Ukraina yang ditahan selama bertahun-tahun, dibebaskan dari penawanan Rusia pada hari Jumat dengan mediasi Vatikan, kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. 

“Ada banyak pria dan wanita Ukraina di sana. Mereka membutuhkan bantuan, bantuan nyata. Mereka sedang menunggunya,” kata Heleta melukiskan kondisi orang-orang Ukraina yang masih ditahan Rusia.

Media Vatikan, The Vatican News, melaporkan, keduanya ditangkap dengan tuduhan kepemilikan senjata saat invasi Rusia ke Ukraina. Selama lebih dari setahun sejak ditahan, tak ada kabar tentang keberadaan Pastor Levytskyi dan Heleta.

Mereka diketahui telah memilih tinggal bersama komunitas mereka di wilayah yang diduduki Rusia itu untuk melayani komunitas Katolik Yunani dan Katolik Roma di sana. Kabar bahwa keduanya masih hidup baru diterima Pemimpin Gereja Katolik Yunani Ukraina, Mayor Uskup Agung Sviatoslav Shevchuk, hanya beberapa waktu sebelum pembebasan.

Dalam pidatonya, Sabtu, Paus Fransiskus menyerukan pembebasan semua tahanan perang. Ia juga mengungkap syukur pembebasan kedua imam Katolik Yunani tersebut.

“Mari kita mengingat semua orang yang terluka atau terancam oleh perang. Semoga Tuhan membebaskan mereka dan mendukung mereka dalam perjuangan demi perdamaian,” katanya.

Menurut Markas Koordinasi Ukraina untuk Perlakuan terhadap Tawanan Perang, 3.310 warga Ukraina telah dibebaskan dari tahanan Rusia sejak perang Rusia-Ukraina berlangsung.

Namun hingga sekarang, masih ada ribuan orang Ukraina, baik warga sipil maupun personel militer, yang ditahan Rusia. "Kita terus berusaha dalam situasi perang yang sangat sulit ini," kata Zelenskyy.

Mediasi Qatar

Selain warga sipil, upaya pengembalian anak-anak Ukraina dari Rusia juga terus berlangsung. Sejak Juli 2023, Qatar telah membantu memulangkan puluhan anak-anak Ukraina yang dibawa ke Rusia selama perang Rusia-Ukraina itu berlangsung.

“Qatar membantu Ukraina dalam memulangkan anak-anak yang diculik oleh Rusia. Kami akan membahas upaya ini,” kata Zelensky, mengumumkan pembicaraan dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani pada 6 Juni 2024.

Pada Sabtu (15/6/2024), Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyatakan, Qatar telah menjadi mediator reunifikasi anak-anak Ukraina dengan keluarga mereka. Sejauh ini, mediasi Qatar ini berhasil mengembalikan 34 anak Ukraina kepada keluarganya.

Pemulangan anak-anak Ukraina ke keluarganya ini menjadi salah satu agenda utama di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Ukraina di Swiss pada Juni 2024.

Baca juga: Sekutu Putin Mengeluarkan Peringatan Menyinggung Ukraina, Bakal Balik Serang Rusia?

Pada Desember 2023, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan komisaris hak anak-anak Rusia Maria Lvova-Belova atas dugaan kejahatan perang. Mereka dituduh telah melakukan pemindahan paksa dan deportasi ilegal anak-anak Ukraina ke Rusia. Rusia membantah seluruh tuduhan.

Kyiv mengatakan sekitar 20.000 anak-anak Ukraina telah dibawa secara paksa ke Rusia atau wilayah yang dikuasai Rusia tanpa persetujuan keluarga atau wali. Mereka menyebutnya sebagai kejahatan perang dan memenuhi definisi genosida dalam perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Moskwa membantah tuduhan itu dan mengatakan pihaknya melindungi anak-anak yang rentan itu dari zona perang.

(kompas.id/ap/afp/reuters)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved