Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 28 Juni 2024, “Aku Mau Jadilah Engkau Tahir”
meskipun ia sendiri dibesarkan dalam bahasa Yunani. Dalam kepemimpinannya, ia selalu berusaha membela ajaran iman yang benar.
Oleh: Bruder Pio Hayon, SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Jumat 28 Juni 2024, “Aku Mau Jadilah Engkau Tahir”
Hari Jumat Biasa Pekan XII
PW Sto. Irenius, Uskup + Martir
Bacaan I:2Raj.25: 1-12
Injil: Matius 8:1-4
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua.Ketika orang yang sakit dan menjadi tahir berarti dia menjadi sembuh dari sakit atau penyakit yang di deritanya. Dan biasanya kata tahir dipakai dalam konteks Kitab Suci selalu dalam hubungannya dengan yang najis. Maka orang yang ditahirkan itu artinya dikembalikan pada kekudusannya, kesuciannya. Maka ketika orang menjadi tahir artinya dia menjadi kudus kembali atau kembali pada diri yang asali yang tak berdosa.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 26 Juni 2024, "Waspada Nabi Palsu"
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Hari ini gereja kembali memperingati seorang Kudus yaitu Santo Irenius, Uskup + Martir. Ireneus lahir di Asia Kecil kira-kira pada tahun 140. Pendidikannya berlangsung di Smyrna. Pelajaran agama diperolehnya dari Santo Polykarpus, seorang murid Santo Yohanes Rasul.
Riwayat hidupnya kurang diketahui, tetapi dari tulisan-tulisannya sendiri dapatlah diperoleh banyak informasi tentang dirinya.Irenues bekerja di Lyons sebagai seorang imam. Pada tahun 177, timbullah aksi penghambatan agama di Lyons.
Uskup kota Lyons, Potinus, meninggal karena suatu penganiayaan yang kejam atas dirinya. Ireneus diangkat menjadi penggantinya. Sebagai uskup, ia menggembalakan umatnya dengan penuh perhatian dan cinta. Kepada umatnya ia selalu berkhotbah dalam bahasa setempat, meskipun ia sendiri dibesarkan dalam bahasa Yunani. Dalam kepemimpinannya, ia selalu berusaha membela ajaran iman yang benar.
Ia juga memperjuangkan kesatuan Gereja dan menegakkan kewibawaan Paus.Namanya Ireneus, yang berarti pencinta damai, diusahakan menjadi kenyataan di dalam seluruh hidupnya. Dalam perselisihan antara Gereja Latin dan Yunani tentang tanggal hari raya Paska, ia menjadi juru bicara Sri Paus.
Sepanjang hidupnya, Ireneus dengan gembira mengenang perkenalannya dengan Polikarpus, yang pernah akrab dengan Rasul Yohanes. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa ia berpegang pada keabsahan para rasul ketika ia menolak paham Gnostik.
Sang uskup menegaskan bahwa para rasul mengajar di tempat-tempat umum dan tidak ada satu pun yang dirahasiakan. Di seluruh kekaisaran, gereja-gereja berpegang pada ajaran-ajaran yang hanya disampaikan para rasul Kristus, dan hanya inilah satu-satunya dasar keyakinan. Ireneus menyatakan bahwa para uskup yang merupakan pelindung iman Kristen adalah penerus para rasul. Dengan demikian, ia telah mengangkat martabat para uskup.
Dalam bukunya "Melawan Ajaran Sesat", Ireneus menetapkan standar bagi teologi gereja. Semua kebenaran yang kita butuhkan sudah tercantum dalam Alkitab. Ia juga membuktikan bahwa dirinya adalah seorang teolog terbesar semenjak Rasul Paulus. Argumentasinya yang tersebar luas merupakan pukulan besar bagi aliran Gnostik pada masanya.Ia meninggal pada tahun 202 selaku seorang martir Kristus.Ia diakui sebagai Santo baik oleh Gereja Ortodoks Timur maupun Gereja Katolik Roma.
Gereja Katolik Roma bahkan menganggap Ireneus sebagai salah satu Bapa Gereja.Kisah hidup Santo Irenius ini mengajarkan sikap keredahan hati untuk tetap mempertahankan ajaran Gereja dari serangan ajaran sesat. Irenius sudah mempraktekan pola hidup yang benar menurut ajaran gereja. Untuk hal ini, Yesus sudah mengajarkan juga kepada kita dalam kisah penyembuhan orang kusta itu.
Orang kusta itu datang kepada Yesus da berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Dan setelah itu, Yesus mengulurkan tanganNya menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir!” Dan orang itu menjadi tahir seketika itu juga. Yang menjadi menarik adalah Yesus baru turun dari bukit dan bayak orang mengikutiNya, dan tiba-tiba seorang kusta menghadangNya.
Bagi Yesus ini bukan semata menyembuhkan orang kusta yang dianggap najis oleh masyrakat pada umumnya dan kalau Yesus menjamah (bersentuhan) maka Yesus juga akan dianggap najis. Untuk itu, dalam situasi ini, Yesus pasti membuat disermen yang baik untuk memastian bahwa semua akan berjalan baik sehingga masyarakat yang melihat ini pun bisa mengerti apa yang dilakukan Yesus. Untuk itu pada bagian akhir Yesus meminta orang kusta itu untuk memperlihatkan dirinya kepada imam, karena hanya imamlah yang bisa menyatakan seorang itu tahir atau najis.
Hal ini jalan yang diambil Yesus untuk menghidari salah tafsir dari masyarakat pada umumnya. Begitu juga dengan kita. Kita kadang atau sering terlalu dikuasai oleh pandangan sosial tertentu lalu kita tak mampu melawan bahkan saat kita melakukan satu kebaikan. Kita harus belajar dari Yesus dan Santo Irenius untuk tak takut dan setia melakukan kebaikan walau ditentang.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: kita adalah murid-murid Tuhan yang juga hidup dalam satu sismtem sosial.
Kedua, maka kita butuh adaptasi tapi bukan berarti kita harus takut untuk berbuat baik.
Ketiga, dalam situasi apapun, tetaplah berbuat baik.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.