Parodi Situasi
Parodi: Korban Longsor di Ende
Tepatnya di Kelurahan Rewarangga Selatan Kecamatan Ende Timur. Bapa mama dan dua anak mereka tewas mengenaskan akibat tertimpa tanah longsor.
“Tidak mungkin terjadi. Rumah kami di tempat yang aman…” Rara bersuara keras.
“Karena itulah coba tenggang rasa sedikit saja dengan korban, keluarganya, lingkungannya, juga tenggang rasa dengan perasaan yang ditunjukkan alam. Apakah kamu kira alam juga senang kah? Apakah alam bergembira, hujan bahagia karena bisa makan korban?”
“Stop Benza,” Rara memegang kepalanya. “Saya pusing mendengar kamu punya kata- kata. Alam, hujan, bahagia, sedih. Aduuuh. Pusing ini kepala.
“Makanya dengar saja…diam saja…” sambung Nona Mia. “Tidak perlu banyak kata- kata. Mari kita sampaikan duka cita. Mari kita pikirkan apa yang sebaiknya yang perlu dilakukan.”
***
“Satu keluarga meninggal semua,” jawab Jaki.
“Pasti ada keluarganya,” sambung Benza. “Kita orang kampung dari kampung mana pun di Ende bahkan di NTT ini punya banyak keluarga. Mari kita ke rumah duka.”
“Semoga setelah ini, semua pihak mengevaluasi dengan serius. Pihak keluarga, lingkungan, desa, pemerintah, komunitas umat basis, pelayanan umat, institusi agama, dan pihak terkait lainnya. Evaluasi bersama…khusus tentang tempat yang layak huni di kota kita tercinta…”
“Barangkali di sana ada jawabnya. Mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita – Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa – Atau alam mulai enggan bersabahat dengan kita – Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang… lagu Ebiet pun menggemah lagi.
“Mari kita ke rumah keluarga duka…”
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.