Parodi Situasi
Parodi: Korban Longsor di Ende
Tepatnya di Kelurahan Rewarangga Selatan Kecamatan Ende Timur. Bapa mama dan dua anak mereka tewas mengenaskan akibat tertimpa tanah longsor.
Oleh Maria Matildis Banda
POS-KUPANG.COM - “Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan…” demikian lantunan lagu Ebiet bergema pada saat evakuasi korban longsor di Ende.
Tepatnya di Kelurahan Rewarangga Selatan Kecamatan Ende Timur, kota Ende. Bapa mama dan dua anak mereka tewas mengenaskan akibat tertimpa tanah longsor.
“Kawan coba dengar apa jawabnya, ketika dia kutanya mengapa…”
***
“Tetapi semua diam tetapi semua bisu. Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit. Barang kali di sana ada jawabnya. Mengapa di tanahku terjadi bencana…” Jaki pun menyambung lantunan Ebiet yang sedang dinyanyikan sahabatnya.
“Kenapa bertanya?” Rara mematikan lagu Ebiet. “Penyebabnya jelas. Rumah di punggung tebing yang rawan longsor.”
“Semua ini gara-gara hujan!” sambung Rara. “Kalau tidak karena hujan yang mengguyur dalam beberapa hari di kota Ende. Tidak mungkin ada longsor, tidak mungkin ada kematian tragis. Sungguh kasian sekali. Coba kalau tidak ada hujan.”
“Wah, hujan jadi salah e,” Jaki mentertawakan Rara. “Kamu ini bodoh sekodi.”
“Apa kamu bilang?” Rara tersinggung. Dia tetap mati-matian menjadikan hujan sebagai biang kerok terjadinya bencana.
***
“Jangan banyak komentar,” kata Nona Mia yang sejak tadi mengamati lantunan lagu Ebiet juga pertengkaran Jaki dan Rara. Menyedihkan sekali. Satu keluarga tewas tertimpa longsor.
Rumah mereka yang sangat kecil berada di tempat yang memang rawan ditimpa bencana. Sungguh menyedihkan. Dalam situasi seperti ini kedua sahabatnya masih berusaha mencari-cari kesalahan. Siapa yang patut disalahkan dalam tragedi ini.
“Kenapa tidak boleh banyak komentar?” Jaki dan Rara langsung bertanya.
“Lagi berduka. Diam saja. Ini bencana. Anda berhak merenung dalam diam merasakan duka. Seandainya bencana ini terjadi pada Anda.”
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.