Kunjungan Paus Fransiskus

Paus Yohanes Paulus II Menatap Kagum Penari dan Penabuh Gong Waning di Maumere

Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Martinus Sedu saat itu masih di bangku pendidikan calon imam di Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret.

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Dion DB Putra
DOK
Paus Yohanes Paulus II. Paus asal Polandia ini mengunjungi Maumere, Flores pada 11 dan 12 Oktober 1989. 

POS-KUPANG.COM, MAUMERE- Rabu pagi 11 Oktober 1989. Ratusan ribu umat Katolik yang datang dari berbagai penjuru di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Makassar dan kota-kota di Pulau Jawa telah memenuhi Gelora Samador Maumere. Cuaca kota berdebu ini sangat panas.

Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Martinus Sedu saat itu masih di bangku pendidikan calon imam di Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret.

Ia termasuk anggota koor gabungan beranggotakan 1.000 orang bersama umat yang bertugas saat misa yang dipimpin Paus Yohanes Paulus II di Gelora Samador Maumere.

Sejak pagi, umat telah menanti kedatangan Paus John Paul II. Jalan dari Bandara Frans Seda hingga Gelora Samador yang baru diaspal tampak meriah berhiaskan bendera negara Vatikan dan Bendera Merah Putih.

Umat berjubel di sisi kiri dan kanan jalan menanti kedatangan Paus Yohanes Paulus II.

Mereka seolah tidak menghiraukan terik sepanjang hari itu. Gelora Samador jadi lautan payung. Umat melindungi diri dari terik matahari menanti kedatangan Sri Paus.

Siang itu suara menggelegar pesawat Hercules C-130 bercat abu-abu ditumpangi Paus mendarat di Bandara Frans Seda.

Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Martinus Sedu, Pr.
Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Martinus Sedu, Pr. (POS KUPANG/EUGENIUS MOA)

Menteri Keuangan RI, Prof JB Sumarlin, Uskup Agung Ende, Mgr. Donatus Djagom, SVD, Gubernur NTT, dr. Hendrik Fernandez, Pangdam IX Udayana, Letjen TNI Sintong Panjaitan menyambut Paus John Paul II di tangga pesawat.

Puluhan penari menyambutnya sukacita dengan Tarian Soka Papak diiringi tabuhan Gong Waning.

Langkah Paus Yohanes Paulus II terhenti sejenak. Menatap kagum sesaat lalu memberikan berkat apostolik kepada para penari dan penabuh gong waning.

Saat pemimpin Umat Katolik sejagat menjejakan kaki di Maumere, udara yang semula sangat panas berubah menjadi teduh. Cahaya matahari seperti terhalang awan.

"Kemudian ada cerita-cerita seputar itu yang kita dengar. Karena tidak semua umat bisa datang ke Gelora Samador merayakan ekaristi. Ada sekian bapak-bapak yang berdiri di seputaran lapangan udara Waioti. Menyaksikan pesawat mendarat, ada yang nyeletuk dengan Bahasa Sikka,
'Paus bou ba’a, artinya Paus sudah datang. Dan itu satu ungkapan kegembiraan,” kata Uskup Ewal.

Dikutip dari Buku Dia Datang, Kenangan Kunjungan Paus Yohanes Paulus II, setelah beritirahat sejenak di VIP room Bandara, Paus Yohanes Paulus II dan Mgr. Donatus Djagom menumpang sedan hitam pekat berkaca bening menuju Maumere. Sirene meraung di siang terik menuju Gelora Samador.

Ratusan ribu umat berdiri sepanjang jalan menuju Gelora Samador. Seruan Viva Il Papa…hidup Paus terdengar riuh.

Delapan kelompok penari beranggotakan 320 seirima dalam gerak nada ritus.

Mereka menari perhatian Sri Paus dari balik kaca mobil. Tatapan penuh kasih dan senyum bahagia menyertai berkat apostolik sang gembala kepada umat di sisi kiri dan kanan jalan.

Umat menangis haru seraya menerima berkat,berlutut membuat tanda salib.

Semua mata tertuju di gerbang Gelora Samador. Ketua Panitia, Drs. Daniel Woda Palle, dan Bupati Sikka, Drs.Conterius menyambutnya.

Sapaan adat, ‘Saing Lepo Toma Woga’ oleh Laurens Say. Taburan bunga dan pengalungan oleh Ny.Mien Palle.

Gerbang Gelora Samador bergelora oleh sekitar 200 ribu umat yang telah hadir dari sejak pagi. Mereka menahan terpaan panas Mentari sambil mendekap erat rosario di dada. Gemuruh seruan Viva Il papa…hidup Paus Kembali menggema.

Bangga dan haru. Derai air mata tak terbendung dari ribuan umat meluapkan haru dan gembira. Terik matahari seolah malu menatap ke bumi Kota Maumere.

“Saya masih ingat saat itu manusia sangat banyak dan hampir semua mengangkat patung, rosario dan sebagiannya untuk diberkati Paus. Padahal belum mulai perayaan ekaristi,”kisah Mgr. Ewal lagi.

Patung Kristus Raja, pelindung Kota Maumere diletakkan sekitar 20-an meter dari gerbang gelora. Prasasti di bawah kaki patung setinggi 5 meter dan berat 2 ton ditandatangani oleh Paus.

Menumpang jeep bercat putih terbuka didamping Mgr. Donatus Djagom, Sri Paus bergerak masuk ke dalam Gelora Samador.

Umat berdiri tertib menyanyikan lagu-lagu pujian melambaikan tangan, mengangkat rosario dan benda-benda kudus untuk mendapatkan berkat Paus.

Jeep berhenti tepat di depan di lorong menuju sakristi terletak di sebelah Selatan alat agung.

Penjagaan ekstra ketat, Paus Yohanes Paulus II terus menerima uluran tangan umat menyalaminya. Lebih mengharukan ketika Paus memeluk dan mencium lima orang anak berkebutuhan khusus yang sudah menunggunya di lorong.

Paus masuk ke sakristi yang dibangun dari bambu.Tak berselang lama,Paus keluar. Para konselebrates dan beberapa uskup menantinya. Mereka berjalan menuju altar agung karya Herman Yosef.

Koor gabungan beranggotakan 1.000 orang bergema dipimpin Pater Daniel Kiti, SVD, dan Geradus Paa. Lagu Salam….Salam Bapa Suci….O bapa Gembala selamat datang ke tengah umatmu.

Sementara 220 penari liturgi berkostum putih dan kuning dengan sarung motif mewakili 12 kabupaten bergerak di sekitar altar agung itu.

Perayaan ekaristi berlangsung meriah setelah melalui persiapan yang begitu luar biasa.

Bisa dibayangkan perayaan ekaristi dengan perpaduan inkulturasi, tari-tarian, anggota koor yang banyak dari para frater dan umat di Maumere. Suasana yang luar biasa, tapi juga begitu khusuk.

“Perayaan berlangsung sangat meriah. Umat antusias terlibat dalam perayaan. Khotbah-kotbahnya, saya tidak ingat lagi. Bapa Paus memimpin seluruh perayaan misa pakai Bahasa Indonesia. Dia menyanyi prevasi dalam Bahasa Indonesia. Menurut Dosen Liturgi STFK Ledalero, (Pater Bernadus Boli Udjan) perfect sekali,” kenang Mgr. Ewal lagi.

Selesai perayaan ekaristi, Paus Yohanes keluar dari sakaristi. Sudah diketahui kadang-kadang dia tidak mengikuti protokol. Dalam perjalanan itu dia bisa singgah bertemu satu dua orang untuk berjabatangan. Lewat di depan anggota koor, Paus menyalami mereka.

“Kita merasakan benar (keadaan saat itu). Perasaan yang sangat pribadi. Kami anggota koor ada di samping panggung (kanan). Di bagian depan ada para penari,” kata Mgr.Ewal Sedu.

Kenangan perayaan misa Paus juga diungkapkan Kons Saru. Saat itu, Kons masih duduk di bangku SMP. Bersama orangtua dan sanak famili, dia ke Maumere mengikuti perayaan misa bersama Sri Paus di Gelora Samador.

Tahun 1989, diakui Kons Saru menjadi tahun paling bersejarah. Dia menyaksikan langsung kedatangan Paus Yohanes Paulus II di Maumere.

“Seluruh sekolah diliburkan menyambut kedatangan Paus. Sejak pagi umat sudah mulai berdatangan. Kota Maumere sangat ramai,” kata Kons Saru.

Sepanjang jalan dipenuhi umat. Udara Kota Maumere teramat panas, tapi umat tetap berdesak-desakkan berada di sepanjang jalan menanti Paus lewat.

Ketika pesawat membawa Paus mendarat di bandara, cuaca Kota Maumere yang semula sangat terik berubah sejuk.

“Itulah membuat saya sangat terkesan dan tak pernah terlupakan. Banyak umat menangis, meluapkan kegembiraan menyambut kedatangan Paus II,” demikian Kons Saru. (*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved