Renungan Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen: Memaknai Keadilan dan Belas Kasih Tuhan, Yohanes 8:1-11
Apakah yang akan dilakukan oleh hakim yang adil dan penuh kasih dalam situasi seperti ini?
Oleh Pdt. Frans Nahak, S.Th
POS-KUPANG.COM - Bayangkan sebuah pengadilan modern di mana seorang terdakwa perempuan berdiri di hadapan hakim. Dia dituduh melakukan kejahatan berat, tetapi bukti yang diajukan kurang jelas.
Para jaksa penuntut tampak lebih tertarik untuk menjatuhkan hukuman berat daripada mencari kebenaran.
Terdakwa, meskipun memiliki hak untuk berbicara, memilih diam karena takut akan penilaian masyarakat yang sudah menghakimi. Apakah yang akan dilakukan oleh hakim yang adil dan penuh kasih dalam situasi seperti ini?
Dalam Injil Yohanes 8:1-11, Yesus digambarkan sebagai guru yang setia, hakim yang adil, dan penuh kasih.
Kontras dengan penyebutan predikat seorang perempuan muda dalam kisah ini sebagai seorang yang berzina, penafsiran tradisional sering kali melihat perempuan ini sebagai penyebab dosa yang patut dikasihani.
Dalam cerita ini, Yesus sedang mengajar di Bait Allah. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat hendak mencobai Dia dengan membawa seorang perempuan yang dituduh berzina.
Tuduhan terhadap perempuan ini tidak didukung oleh bukti karena tidak ada informasi tentang dengan siapa dia berzina. Jika Yesus memerintahkan untuk merajamnya, maka Dia akan ditangkap oleh pemerintah Romawi karena dianggap membuat keributan pada hari raya Pondok Daun.
Sebaliknya, jika Yesus membebaskannya, maka Dia akan dianggap melanggar hukum Taurat dan dianggap bukanlah Mesias.
Dari cerita ini kita dapat mencatat beberapa poin penting yang tidak hanya terkait dengan tuduhan yang dikenakan pada Perempuan itu, atau tentang sikap diam membisu dari perempunan itu, tetapi juga tentang tiga sikap Yesus dalam kisah itu.
Pertama, Tuduhan yang Dikenakan kepada Perempuan
Istilah "moicheia" dalam bahasa Yunani berarti perzinahan. Dalam konteks Yahudi, perzinahan sangat kompleks dan melibatkan hukuman berat.
Terdapat standar ganda mengenai perzinahan: seorang laki-laki yang menikah tidak dianggap berzina jika berhubungan dengan perempuan yang tidak menikah, tetapi perempuan yang menikah dianggap berzina jika berhubungan dengan laki-laki yang tidak menikah.
Standar ini mencerminkan dominasi patriarki yang sangat kuat pada masa itu.
Kedua, Perempuan yang Membisu
Dalam cerita ini, perempuan tersebut tidak bersuara. Apakah karena dia memilih diam atau karena struktur sosial yang memaksanya diam? Di akhir cerita, perempuan tersebut akhirnya bersuara, menunjukkan bahwa ia juga memiliki hak untuk berbicara dan membela dirinya.
Tiga Sikap Yesus yang ditunjukan dalam diam, membungkuk dan menulis di tanah.
Yesus yang Diam: Yesus memilih diam, yang dalam konteks ini merupakan kritik terhadap dominasi patriarki yang tidak adil.
Yesus Membungkuk: Yesus membungkuk dan menulis di tanah, menunjukkan bahwa manusia rentan dan tidak pantas menghakimi orang lain.
Yesus Menulis di Tanah: Tindakan ini menunjukkan kekuasaan Allah dan mungkin menandakan hukum kasih yang baru.
Yesus Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan
Yesus melawan praktik kekerasan dengan cara yang tenang dan penuh kasih. Dia mengundang perempuan tersebut untuk ambil bagian dalam karya pembebasan dari Allah. Tindakan Yesus adalah teladan dalam menghadapi ketidakadilan dan dominasi patriarki.
Pertanyaan Yesus kepada Perempuan
Yesus memberikan ruang bagi perempuan tersebut untuk berkomunikasi dan berelasi tanpa intimidasi. Jawaban perempuan itu menunjukkan bahwa dia kini bebas dan memiliki identitas baru.
Dari semua hal yang dikatakan di atas beberapa hal bis akita renungan terutama menyangkut keadilan dan belash kasih, pemulihan bagi mereka yang ditindas, kesadaran yang timbul dari para penuduh, dan sikap Yesus yang membuka masa depan yang baru.
Keadilan dan Belas Kasih: Keadilan dan belas kasih dapat terjadi jika kita "melihat ke bawah" seperti Yesus yang menunduk dan menulis di tanah. Misi kita bukanlah menghakimi, melainkan merangkul.
Pemulihan Mereka yang Ditindas: Keadilan dan belas kasih memulihkan mereka yang dituduh dan dihakimi dalam masyarakat. Yesus memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara dan dipulihkan.
Kesadaran bagi Penuduh: Keadilan dan belas kasih menyadarkan mereka yang suka menuduh dan menghakimi. Yesus menyadarkan para penuduh bahwa mereka juga berdosa.
Membuka Masa Depan yang Baru: Keadilan dan belas kasih membuka era kebebasan bagi mereka yang tertindas. Yesus memberikan anugerah keselamatan yang memampukan mereka merayakan kebebasan mereka.
Akhirnya sebagai penutup marilah kita bayangkan kembali pengadilan modern tadi di awal renungan ini.
Ketika hakim mendengar kasusnya dengan penuh kasih dan keadilan, dia memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua bagi terdakwa.
Dia tidak hanya membebaskannya, tetapi juga memberinya dukungan untuk memulai hidup baru. Hakim ini, seperti Yesus, tidak menghakimi tetapi merangkul dengan penuh kasih, membuka jalan bagi masa depan yang lebih baik. Amin. (*)
Renungan Harian Kristen Jumat 7 Februari 2025, Ampunilah Dosa-dosa Kami |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen: Iman yang Tumbuh dalam Bimbingan Rohani |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen: Cara Menghadapi Kejahatan dengan Mempratekkan Kasih Tanpa Kemunafikan |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Jumat 17 Mei 2024, Memutus Mata Rantai Kekerasan Inspirasi Kisah Daud & Saul |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Kamis 16 Mei, Panggilan untuk Ikut Menyatakan Kebenaran, Amos 7:12-15 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.