Tokoh NTT
Profil Tokoh NTT, Dr. Ir. Leta Rafael Levis, M.Rur.,Mnt Dikenal Dunia Karena Menulis Buku
Nama Leta Rafael Levis sudah tak asing lagi di kalangan akademikis dan pemerintahan khususnya dalam bidang pertanian
Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
POS KUPANG.COM -- Nama Leta Rafael Levis sudah tak asing lagi di kalangan akademikis dan pemerintahan khususnya dalam bidang pertanian.
Pria asal Ende ini merupakan pakar pertanian yang kerap melahirkan buku-buku pertanian dai peneliriannya.
Bahkan beberapa karyanya diakui dunia.
Dan, Dr. Ir. Leta Rafael Levis, M.Rur.,Mnt, tentu tidak asing lagi dilingkungan Universitas Nusa Cendana (Undana), khususnya di Fakultas Pertanian. Dosen senior Faperta Undana .
Diukutii dari Website Undana, undana.ac.id Namanya Leta Rafel Levis tiba-tiba menjadi bahan perbincangan dibeberapa media cetak maupun online yang mempromosikan dirinya sebagai salah satu penulis buku referensi yang diakui beberapa negara dan beredar di beberapa universitas terkemuka di dunia.
Iia menuturkan bahwa tidak pernah menyangka satu saat kelak, Buku Komunikasi Penyuluhan Pedesaan, yang adalah buku pertamanya, menjadi salah rujukan penting dalam ilmu komunikasi terutama pengembangan komunikasi yang mengutamakan keterlibatan komunikan.
Buku tersebut sudah beredar di beberapa negara dan tersimpan di beberapa perpustakaan universitas terkenal di dunia, seperti Universitas Washington DC USA, Universitas British Colombia di Canada, Universitas Leiden di Belanda dan beberapa universitas lainnya (google search: Leta Rafael Levis-Wordrecord-lihat di perpustakaan).
Baca juga: Profil Tokoh NTT, Lucius Karus yang Sering Kritik DPR RI
Menurutnya, pada tahun 1988 sampai 1990 ia bekerja dengan Kelompok Penelitian Agroekosistem Universitas Nusa Cendana, suatu lembaga swasta bekerja sama dengan Australia dan Kanada. Waktu itu ia bekerja dengan dua orang konsultan asal Kanada Bruce Pet dan konsultan asal Australia Profesor John Janes.
“Kami bekerja bekeliling desa khususnya di Timor dan Sumba. Salah satu hal yang menarik adalah, kami selalu melakukan kegiatan lokakaria tentang pengembangan pembanguna pedesaan.
Waktu itu kami sudah memilki suatu keyakinan bahwa bangsa Indonesia akan maju apabila pembangunan pedesaan berhasil. dalam pemikirannya, pembangunan pedesaan akan berhasil jika semua inovasi atau program yang diberikan kepada masyarakat desa mampu dikomunikasikan secara baik dan benar,” ungkap suami dari Patricia A.D. Wea, SE.
Alumnus SMAK Syuradikara Ende-Flores ini, juga dilibatkan dalam kegiatan pembangunan pedesaan yang diprogramkan pemerintah NTT, dan program yang terkenal waktu itu adalah Gerakan Membangun Desa (Gerbades) dari Gubernur Hendrikus Fernansdez.
“Berdasarkan pengalaman sebagai anak dari desa, ditunjang oleh pendidikan di bidang pertanian serta pengalaman bekerja dengan konsultasi asing, ilmu dan wasasan saya tentang konsep pembangunan pedesaan berkembang dengan baik,” ujarnya.
Kemudian, tahun 1993, muculah konsep pemberdayaan masyarakat miskin dengan nama Inpres Desa Tertinggal. Saat itu, ia berpandangan, program IDT ini bagus. Akan tetapi jika pemerintah tidak hati-hati dalam mengkomunikasikan kepada masyarakat di desa maka akan menjadi sia-sia atau mubazir.
Baca juga: Profil Tokoh NTT, Sosok Herman Wutun Praktisi Koperasi dari Dirut Puskud Sampai Duduk di Senayan
Melalui diskusi yang mendalam dan intensif dengan Profesor John Janes ia mendapatkan peluang untuk meramukan semua ilmu, pengalaman yang dapatkan dituangkan dalam suatu tulisan buku berjudul Komunikasi Penyuluhan Pedesaan.
Untuk menguji kualitas isi dan cara penyajiannya, ia memberanikan diri mengirimkan buku tersebut ke penerbit nasional yakni PT. Citra Asitya Bandung. Diterbitkan pertama tahun 1996.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.