Liputan Khusus

Lipsus - Pinjam Gedung SD, Siswa SMA Perbatasan Mengaku Kurang Semangat

Sudah dua tahun mereka pinjam pakai Gedung Sekolah Dasar (SD) Wekakeu, dengan berbagai keterbatasan.

Editor: Ryan Nong
POS KUPANG/HO.DOK ANDRE
Suasana kegiatan belajar mengajar (KBM) di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Perbatasan yang masih menumpang di SD Wekakeu, di Desa Ekin, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu.  

POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Maria V Selu, Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Perbatasan Belu mengaku semangat belajarnya berkurang lantaran fasilitas dan sarana belajar di sekolah itu sangat kurang.

Sudah dua tahun mereka pinjam pakai Gedung Sekolah Dasar (SD) Wekakeu, dengan berbagai keterbatasan.

Hal ini dikemuakkan Maria saat dikonfirmasi Pos Kupang, Selasa (4/6), terkait kondisi SMA Perbatasan Belu.

Baca juga: Digitalisasi Tiket, Andil Pelindo Dukung Milenial di Perbatasan RI-RDTL Jadi Pelaku Usaha Sukses 

"Kami senang sekali bisa bersekolah di SMA Perbatasan, karena dekat dengan rumah. Tapi kami belum memiliki gedung sendiri dan kursi meja juga masih sangat kurang, dan sekolahnya siang hari. Ini yang membuat semangat belajar kami berkurang," ujar Maria.

Maria berharap Pemerintah bisa membantu dia dan teman-temannya agar bisa mendapatkan sekolah baru dengan fasilitas yang memadai. 

Siswa lain, Juliana Soi juga menyampaikan harapan yang sama. "Kami harap Pemerintah bisa bantu kami untuk membangun gedung baru dan fasilitas pendukung lain. Apa lagi kami ini berada di garda terdepan Indonesia dan Timor Leste," ungkapnya. 

Apa yang dikemukakan Maria dan Juliana itu adalah fakta yang dialami sekolah itu.

Mereka terpaksa belajar dengan kondisi keterbatasan, karena hingga kini belum memiliki gedung sendiri dan mengalami kekurangan fasilitas pendukung seperti meja dan kursi.

Kondisi demikian sudah dialami sejak dua tahun lalu sejak sekolah tersebut berdiri. Bahkan para siswa juga mengaku terkadang mereka kurang bersemangat karena harus sekolah di siang hari. Belum lagi jumlah meja dan bangku yang kurang.

Wakil Kepala Sekolah SMAN Perbatasan, Eduard SL, menjelaskan, pembangunan sekolah ini, dilakukan atas inisiatif masyarakat dan pemerintah desa setempat. Hal ini bermaksud  untuk memudahkan siswa SMP melanjutkan pendidikan tanpa harus menempuh jarak yang jauh.

Sebanyak 87 siswa  berasal dari beberapa desa di Kecamatan Lamaknen dan Lamaknen Selatan. “Sekolah ini mengalami keterbatasan tidak hanya pada fasilitas gedung, tetapi juga pada tenaga pendidik," jelasnya. 

Pinjam pakai gedung sekolah SD Wekakeu di Desa Ekin, Kecamatan Lamaknen Selatan  ini sudah dialami mereka selama dua tahun. 

Sebanyak 87 siswa SMA Perbatasan itu masuk sekolah siang hari mulai pukul 12.00 Wita hingga 17.00 Wita. Sebab, pagi hari gedung sekolah itu ditempati oleh murid SD Wekakeu. "Meski dengan kondisi yang serba terbatas, semangat para siswa tetap tinggi demi mengejar cita-cita mereka," tambahnya. 

Eduard berharap Pemerintah Provinsi NTT dan Kabupaten Belu dapat menjawab kebutuhan siswa SMAN Perbatasan ini. Selain gedung, demikian Eduard, tantangan lainnya yang dialami SMA Perbatasan adalah status tenaga pendidik, dimana lebih banyak bestatus honorer.

"Para tenaga pendidik dan tenaga pendidikan, statusnya hononer. Kami tetap menjalankan tugas dengan baik demi tercapainya generasi unggul di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste," ujarnya. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved