Berita Sabu Raijua

Pengecer BBM Ilegal Marak di Sabu Raijua

Deretan rak kayu di pinggir jalan diisi botol kemasan air mineral 1,5 liter hingga botol kaca menghiasi sisi kiri dan kanan jalan raya di Sabu

Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
Antrean kendaraan di SPBU di SPBU Roboaba Kabupaten Sabu Raijua pada Selasa, 4 Juni 2024 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

POS-KUPANG.COM, SEBA - Antrean panjang kendaraan roda dua dan roda empat di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Sabu Raijua (Sarai) masih terus terjadi.

Pulau kecil dan terluar seperti Sabu Raijua yang jauh dari pusat kota pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok. Tidak terkecuali BBM yang menjadi momok permasalahan jika terjadi kelangkaan.

Deretan rak kayu di pinggir jalan diisi botol kemasan air mineral 1,5 liter hingga botol kaca menghiasi sisi kiri dan kanan jalan raya di Sabu. Setiap rak kayu ini bertuliskan Rp25.000, Rp30.000 hingga Rp35.000 yang merupakan harga dari setiap BBM yang dijual.

Kelangkaan BBM di Sabu Raijua akan muncul saat musim hujan seperti di awal tahun dan paling bergejolak saat memasuki musim kemarau pada periode Juni seperti saat ini. Hal ini terjadi karena saat musim kemarau angin di Sabu Raijua sangat kencang dibandingkan biasanya.

Ketika cuaca ekstrem seperti ini, otomatis kapal-kapal pengangkut barang atau tol laut susah sulit untuk bersandar di pulau Sabu. Saat itu juga muncul kembali fenomena antrean panjang dan kelangkaan BBM di seluruh Sabu Raijua.

Seorang warga Sabu mengaku, saat terjadi antrean di SPBU, para penjual BBM eceran ilegal ini menarik semua BBM dan disimpan di dalam rumah agar tidak terkena razia aparat keamanan. Tetapi ketika ditanya untuk membeli sebenarnya mereka masih memiliki stok namun tidak dipajang.

Seorang warga lainnya mengaku menjual BBM eceran secara ilegal karena melihat peluang ini cukup menguntungkan baik BBM jenis pertalite maupun BBM jenis pertamax.

Seorang pria yang mengantre di SPBU Roboaba mengaku setiap hari mengantre karena ia membutuhkan BBM untuk melancarkan usahanya. Selain itu ia juga menyetok untuk kebutuhan usahanya ini.

POS-KUPANG.COM pernah bertemu dan mewawancarai salah satu pengecer BBM ilegal di Pulau Sabu yang hendak mengantre di SPBU Roboaba. Ia mengatakan, dirinya mengantre setiap hari untuk kelancaran usahanya dan juga untuk dijual kembali.

"Kita di Sabu ini, kalau tidak begini, mau bikin apa lagi kita cari makan?," ujarnya.

Seorang warga juga mengaku, kerap membeli BBM jenis Pertalite di pengecer ilegal dengan harga Rp 25 ribu per liter karena ketidaktahuannya jika pertalite merupakan BBM subsidi pemerintah yang dijual seluruh Indonesia dengan harga Rp 10 ribu per liter. Untuk motornya bertangki kecil, biasanya terisi penuh dengan membayar Rp 34 ribu.

"Biasanya pake tangki motor, ada yang untuk jual ada juga untuk pakai sendiri. Ada pertalite ada pertamax juga mereka jual Rp 25 ribu,"akunya.

Ia tidak menampik, jika hal ini sudah dimbau pemerintah kabupaten setempat. Ia menilai, masyarakat sudah mengetahui hal tersebut namun kondisi matapencaharian di Sabu sangat sulit, hal ini menyebabkan mereka berlomba-lomba menjual BBM dengan harga tinggi.

Pengawas SPBU Roboaba, Mukhlis Arifin mengatakan BBM jenis pertamax dan pertalite sudah masuk pada Jumat, 31 Mei 2024 dengan total pertalite sebanyak 80 ribu liter dan pertamax 25 ribu liter. Sementara solar belum ada pengiriman.

Baca juga: Harga Eceran Pertalite di Sabu Raijua NTT Rp30-35 Ribu Per Botol

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved