Wawancara Eksklusif

Wawancara Ekslusif Bakal Cawalkot Kupang Bildad Thonak: Jual Ide dan Gagasan, Anak Muda Bisa Maju

Anak muda itu menjual ide dan gagasan mengenai pembangunan kota dibawa kemana. 

Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/HO
Bakal Calon Wali Kota Kupang Bildad Thonak (kanan) berbicara dalam Pos Kupang Podcast "Anak Muda dalam Pusaran Politik Kota Kupang" yang dipandu Host Jurnalis Ryan Nong. 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pengacara muda di Kota Kupang Bildad Torino M. Thonak memutuskan maju sebagai salah satu bakal calon Wali Kota Kupang di Pilwakot 2024.

Bildad Thonak pun menjadi perbincangan dalam pesta demokrasi lima tahunan di Ibukota Provinsi NTT.

Dalam Pos Kupang Podcast bertajuk "Anak Muda dalam Pusaran Politik Kota Kupang", Bildad Thonak berbicara tentang politik di Kota Kupang. 

Berikut rangkuman wawancara eksklusif dipandu jurnalis POS-KUPANG.COM, Ryan Nong, Jumat 24 Mei 2024. 

 

Belakangan nama Bildad Thonak sering disebut dalam pusaran Pilwalkot Kupang. Bagaimana perasaannya? 

Saya belum terkontaminasi, berambisi menjadi seorang politisi. Apalagi saya ini berprofesi sebagai seorang lawyer dan tidak terlalu membutuhkan kekuatan politik dalam pekerjaan saya.

Pekerjaan yang saya lakukan juga murni karena kemampuan saya, lebih banyak kemampuan yang saya tonjolkan. Sehingga hari ini, isu atau nama saya disebutkan atau saya juga hari ini hadir dalam pesta politik di Kota Kupang, itu merupakan bagian dari dinamika kehidupan saya, dan memberi gambaran kepada anak-anak muda untuk bisa maju.

Atau setidaknya memberikan inspirasi kepada anak muda, bukan dari trah politik besar  atau orang tua, tapi anak muda perlu tampil dan memberikan warna berbeda. 

Anak muda itu menjual ide dan gagasan mengenai pembangunan kota dibawa kemana. 

 

Kenapa harus ke politik? 

Inspirasi saya bahwa pengacara, lawyer juga bisa diuji dalam ruang-ruang politik. Itu berkaca dari Amerika. Di Amerika, hampir semua legislator maupun pemimpin publik bahkan presiden itu terlahir dari seorang lawyer. 

Hari ini kita lihat, Joe Biden seorang pengacara, Barak Obama seorang kulit hitam, karena punya cukup panggung sebagai seorang lawyer, dia diterima dalam kompetisi politik dan beliau menjadi seorang presiden kulit hitam pertama di Amerika.

Hal-hal seperti ini yang saya coba menginspirasi publik bahwa sebenarnya kemampuan kita sebagai seorang lawyer dan pengacara sebenarnya cukup untuk diuji dalam ruang-ruang politik dan kepemimpinan di NTT. 

Artinya ini sebenarnya bukan hal yang baru muncul. Apakah ini inspirasi yang dibawa ke ruang politik di Kota Kupang dan NTT? 

Iya. Inspirasi ini sebenarnya sudah lama saya menilai dari beberapa buku, cerita yang kemudian saya lihat sebenarnya pekerjaan saya juga, kalau di negara luar, kalau pekerjaan saya kalau pindah ke nuansa politik itu tidak bisa, tapi sebenarnya paling tepat.

Saya bilang tadi, di Amerika sekalipun ada ruang itu, kenapa di Kota Kupang, NTT, tidak bisa. Bahkan Indonesia secara keseluruhan. 


Apakah ini berarti anda ingin menawarkan bahwa tidak saja politisi yang bisa bermain dalam ruang politik, tapi latarbelakang pengacara juga bisa? 

Sebenarnya itu yang saya ingin tawarkan. Sekian lama kita tahu bahwa politisi atau birokrat yang mau pensiun, atau pemimpin organisasi atau para pengusaha yang kemudian punya nilai lebih saat ada hajatan politik.

Hari ini saya mau tawarkan, profesi saya sebagai seorang lawyer pun, kalau kita mau terinspirasi dari Amerika, negara dimana cerminan politik kita kesana, sebenarnya profesi ini cukup seksi untuk diuji dalam ruang politik maupun memimpin ruang publik dengan berbagai macam ide dan gagasan yang kami punya. 


Dengan cerminan yang ada, sebenarnya seberapa serius sebagai seorang pengacara sukses, ingin terjun ke dunia politik? 

Saya garisbawahi, saya tidak ambisius dalam berpolitik. Tetapi kalau dalam konteks serius, daya serius. Kalau saya tidak serius pasti saya tidak melakukan pendaftaran ke beberapa partai politik, yang jujur ketika daftar itu ada cost politik digelontorkan untuk melengkapi syarat. Jadi keseriusan saya sebenarnya, cukup lah. Saya serius. 


Sudah berapa partai dan partai apa saja yang sudah didaftarkan? 

Ada, yang paling pertama PDI Perjuangan, ada PKB, ada NasDem, dan juga ada Gerindra. Ada empat partai besar yang saya daftar. 


Respon partai seperti apa ketika Anda sebagai seorang anak muda datang mendaftar? 

Respon partai menurut saya sangat positif. Kehadiran saya, dalam ruang politik sangat positif, apalagi saya masih muda, berprofesi sebagai seorang pengacara, sehingga saya dalam beberapa diskusi dengan elit partai, mereka menerima dengan baik.

Apalagi saya tidak punya kepentingan masa lalu, sehingga saya punya lebih banyak ruang untuk berdiskusi dengan semua partai lebih cair. 


Itu dari partai, bagaimana dengan keluarga, rekan kerja ketika Anda menyatakan keseriusan untuk maju di Pilwalkot? 

Tentu dalam politik banyak dinamika. Tapi dalam konteks keluarga saya pikir, mereka lebih kepada mendukung tulus. Kalau memang itu jalan Tuhan disitu, tidak salah juga, silahkan. Keluarga juga tidak membatasi saya untuk memilih jalan politik. 

Terkait dengan teman-teman pengacara, namanya kita berdinamika pasti ada warna-warna berbeda, tapi lebih besar teman-teman itu kemudian memberikan ucapan terima kasih bahwa saya hadir hari ini mengangkat profesi ini dalam konteks dunia politik.

Sehingga ini menurut saya, pantas saya syukuri bahwa profesi hari ini diperhatikan. Saya tidak tahu di Pilkada yang akan datang, lirikan elit politik itu tidak hanya kepada teman-teman politisi, atau pemimpin publik dalam birokrasi yang mau pensiun, tapi kita juga mungkin sebagai salah satu alternatif. Karena profesi ini, cukup seksi ketika diuji dalam ruang publik dan politik. 


Saya ingat ada beberapa pengacara juga melakukan pendaftaran di Pilkada Malaka, Beli, TTS. Apakah itu semacam gerakan atau bagaimana? 

Pada intinya kita ini rekan seprofesi, sering duduk bercerita, berdiskusi, kemudian kita mendapatkan ide dan gagasan sebagaimana tadi saya sampaikan bahwa pengacara atau lawyer ini sebenarnya bisa ketika diuji dalam ruang politik, dan dia punya ruang terbuka ketika diuji dalam ruang politik.

Maka kia bersepakat hari ini untuk merubah mindset masyarakat dan para elit partai mungkin bahwa profesi ini perlu diberi ruang lebih.

Maka kita bersepakat untuk teman-teman mendaftar seperti di TTS seperti Pak Amos Lafu, ada Pak Sius Taek yang mendaftar di Malaka, dan Robert Salukh juga mungkin lagi mempersiapkan di TTU atau Pak Obet Djami yang mendaftar di Sabu Raijua. Ini menjadi inspirasi baru bahwa profesi ini sebenarnya seksi juga. Kalau kita yang berbicara sebagai orang hukum maka kita memahami itu. 

Minta maaf saya tidak mendiskreditkan teman-teman penegak hukum yang lain, tapi kita ini punya kemampuan, karena kita ini lawyer atau seorang pengacara karena kita punya kemampuan yang baik di hukum pidana. Karena, kita harus membela orang ketika terjadi persoalan pidana. Kalau penegak hukum yang lain, saya pikir sudah dibagi tugas dan kewenangannya. 

Kalau teman-teman kejaksaan mungkin di pidana, polisi di korupsi pun demikian, hakim juga mungkin hakim pengadilan negeri yang menguji soal pidana dan perdata, tapi tidak bisa menguji persoalan administrasi karena bagian dari pengadilan Tata Usaha Negara atau Mahkamah Konstitusi. Tapi kami bisa masuk dan menerobos semua praktek peradilan atau semua lokomotif hukum yang ada. Itu keunggulan kami sehingga kami cukup memahami dinamika hukum yang ada. 


Kita mencontoh Amerika. Lalu bagaimana Anda meyakinkan publik bahwa praktisi hukum di sini juga bisa seperti di Amerika? 

Cara meyakinkan adalah saya harus lebih banyak tampil ke publik, dalam ruang diskusi yang tidak saja sempit, tapi seperti yang diundang POS-KUPANG.COM, itu sesuatu yang menarik kemudian bisa menginspirasi banyak orang diluar atau teman-teman profesi maupun kelompok-kelompok lain. 

Saya juga datang ke kegiatan kemahasiswaan untuk menyampaikan bahwa profesi ini adalah profesi yang baik. Profesi yang kemudian bisa diuji dalam ruang publik yang lain dan diuji dalam ruang politik. Maksudnya, saya melakukan berbagai hal untuk mendorong lokomotif pengacara masuk ke dalam ruang politik. 

 

Punya visi yang luar biasa untuk profesi, untuk anak-anak muda. Bagaimana itu di bangun? 

Mungkin karena kita terlahir dari keterbatasan, saya datang dari Camplong, dibawa kaki gunung Fatuleu. Murni kita orang dari kampung sana. Mungkin karena keterbatasan itu sehingga melihat sesuatu lebih jernih. Karena kita berjuang, untuk sukses itu bukan sesuatu yang gampang. 

Sehingga kita tidak mungkin akan berhenti, kita akan menerobos berbagai macam dekat yang ada ditengah masyarakat untuk memberikan warna yang baru dalam dunia politik hari ini.

Politik itu, seharusnya milik semua, bukan hanya milik orang-orang yang berkuasa atau keluarga politik atau juga birokrat yang sudah mau pensiun. Semua orang yang punya ide dan gagasan, biarlah dia sampaikan ke ruang publik untuk diuji. Dari nol, semoga dia sampai ke angka 9 bahwa visi ini dia bisa sampai akhir dengan baik. 

Ada belasan orang yang disebut potensial untuk maju di Pilwalkot. Hanya dua atau tiga orang saja yang anak muda. Bagaimana Anda melihat anak muda yang berani di tengah hegemoni politisi senior?

Dengan kemunculan tokoh muda, luar biasa bahwa anak muda mau tampil. Sehingga menyambut apa yang dibilang, kebetulan saya muncul lebih dulu, bahwa hari ini kita bisa menginspirasi anak-anak muda, saya pikir keberanian ini yang sulit.

Dia punya semua tapi tidak punya keberanian, saya pikir tidak bisa juga. Hari ini mereka berani tampil, saya mengapresiasi. Itu luar biasa. 

Apa yang membedakan Anda dengan politisi muda lainnya di Pilwakot Kupang? 

Mungkin yang paling pertama adalah profesi, saya pengacara dari teman-teman yang lain itu. Sehingga kemampuan untuk berbicara hukum, karena profesi saya di bidang hukum jadi mungkin lebih. Kalau yang lain seperti kaka Yuven Tukung, lahir di kabupaten, sama dengan saya, anak dari daerah yang hari ini datang ke sini. Kalau dalam konteks pekerjaan, saya murni merintis sendiri sampai akhir. 

 

Bagaimana meyakinkan bahwa Anda bisa lebih dari politisi muda lainnya? 


Kalau untuk menyampaikan ke publik, apa yang saya bisa berikan, saya bisa memastikan bahwa semua kebijakan publik itu pasti didasarkan pada hukum.

Birokrasi berjalan sesuai dengan rel hukum yang ada. Kemudian kebijakan publik juga sesuai dengan hukum yang ada. Karena, seringkali orang lupa bahwa dalam konteks kebijakan publik itu yang paling utama adalah asas dan manfaat. 

Ketika dia tidak bermanfaat itu adalah pelanggaran hukum. Jadi itu sangat berbahaya ketika kebijakan publik itu tidak ada asas dan manfaat. Hal itu kalau dalam konteks hukum bisa dikatakan tindak pidana korupsi. Saya tidak mau hal seperti tidak ada asas dan manfaat itu tidak ada.

Kalau saya diberi kesempatan oleh Tuhan, dan direstui oleh rakyat, hal-hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Itu pasti menjadi pembeda. Saya tidak mungkin melakukan sesuatu yang melanggar hukum dan kemudian menjerat saya juga. 

Karena jujur, saya masih muda, kalau saya hitung pemilu saya mungkin lima atau enam kali lagi. Sehingga, dalam Pemilu kali ini, diberi kesempatan kali ini oleh Tuhan dan masyarakat kemudian, saya naik dan hanya merusak citra saya selama lima tahun dan saya terjerat dengan persoalan itu, lalu 2029 saya tidak tahu mau buat apa,  dan seterusnya. Sehingga saya pasti berbuat terbaik untuk rakyat dan untuk daerah ini. 

Sering kami dengar tagline perintis bukan pewaris, Anda tolong jelaskan seperti apa maknanya?

Saya taglinenya perintis bukan pewaris. Memang tagline ini menceritakan sejarah saya. Saya sering sampaikan, saya orang dari Kabupaten Kupang harusnya dicalonkan di Kabupaten Kupang. Atau kalau jago kandang itu, kandang saya di Kabupaten Kupang.

Tapi saya kenapa memilih di Kota Kupang, karena saya ingin memberikan inspirasi bagi teman-teman atau anak muda lainnya, bahwa kalian yang bukan siapa-siapa pun kalau belajar cukup, berdoa, bekerja dengan baik, kalian bisa merubah kedudukan kalian. Itu sebenarnya tagline perintis bukan pewaris. 

Kadang-kadang kita tahu bahwa kalau kita berhadapan dengan orang yang punya kekuatan dan segalanya, kita langsung down, takut dan tidak berani. Tapi hari ini saya datang untuk memberikan warna berbeda bahwa siapapun orangnya, dari latarbelakang seperti apapun, sebenarnya dia harusnya diberikan kesempatan yang sama untuk bertarung dan kalau dia terpilih maka dia dapat membangun kota ini lebih baik. Tagline ini bukan hari ini baru ada. 

Kalau kita berbicara, kelas menengah kebawah lebih banyak di Indonesia. Orang-orang seperti saya ini banyak di Indonesia, yang hidup seperti saya ini banyak. Jadi mereka juga bisa mendapatkan tokoh, idola baru. Kalau saya sebutkan bahwa di Indonesia ini sebenarnya  tokoh dan idola di Indonesia itu sedikit.

Atau, tokoh inspirasi itu sedikit. Orang yang sudah sukses, dia tidak mau menceritakan sejarahnya datang dari mana. Tidak ada. Kenapa? Kadang-kadang malu, cerita bahwa dia anak petani,  orang susah, kan sedikit sekali. 

Hari ini saya mau datang bahwa kita yang bukan anak siapa-siapa, kalau cukup belajar, cukup berdoa, dan cukup bekerja dengan baik, kedudukan kita pasti berubah. Itu paling penting sebenarnya.

Jadi saya tidak punya kepentingan dengan orang lain. Ketika dia merintis dengan baik saat umur muda, dia punya warna lebih baik, tidak perlu menunggu nanti usia sudah senja. Kesiapan saya tentu 100 persen untuk bertarung. Bagaimana anak muda tidak 100 persen itu saya pikir tidak.

Pasti saya siap secara baik untuk bertarung di pesta politik di Kota Kupang. Saya lawyer, harus fighter. Kalau teman-teman mengikuti di sepak terjang saya sebagai profesi, orang tahu bahwa saya memang fighter. 


Gagasan Anda untuk Kupang 5 atau 10 tahun lagi seperti apa? Bagaimana melihat visi Kupang 2030 atau 2045? 

Kupang ini menjadi barometer, bukan hanya politik tapi juga masalah pembangunan daerah ini. Sehingga, Kupang ini bisa menjadi inspirasi soal bagaimana, pembangunan Kota, penataan birokrasi sehingga daerah lain mungkin bisa belajar ke Kupang untuk daerahnya lebih baik. Dan tidak perlu studi banding ke daerah luar. Kupang harus menjadi tempat untuk semua orang belajar membangun kota yang lebih baik. 

Mungkin saya merasa kalau, 5 atau 10 tahun, Kupang harus jadi kota modern, tempat tinggal disiapkan secara baik, birokrasi, secara baik juga, lapangan kerja juga untuk menerima bonus demografi, yang ini menjadi persoalan besar.

Kita tahu hari ini anak muda sulit mencari pekerjaan. Ini menjadi masalah mendasar kota Kupang, ini kota jasa sehingga tidak banyak ruang-ruang pekerjaan yang bisa dieksploitasi karena itu bagaimana giat pemerintah untuk menyiapkan lapangan kerja. 

Hari ini kita anak muda harus terjun ke dunia politik dan paham secara baik politik ini sehingga kita tidak salah memilih. Kemudian, teman-teman semua mohon doa dan dukungannya, agar dalam perjuangan saya merepresentasikan salah satu anak muda yang bukan siapa-siapa, datang dari kampung, kemudian Tuhan restui dan kita bertarung dan kemudian menjadi Walikota di Kota Kupang. (fan) 

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved