Berita Internasional

Pengamat Menyebut Kematian Presiden Ebrahim Raisi Menciptakan Krisis Suksesi di Iran

Helikopter yang ditumpanginya jatuh di wilayah pegunungan terpencil di Azerbaijan Timur. Demikian menurut media pemerintah Iran.

Editor: Dion DB Putra
SHAFAQ.COM
Mendiang Presiden Iran, Ebrahim Raisi. 

"Hubungan Mokhber dengan kepemimpinan inti IRGC akan menjamin bahwa peran IRGC dalam pemerintahan Iran akan tetap utuh dan bahkan meningkat,” tulis pakar tersebut di media sosial X.

"Kepresidenan interimnya mungkin membuka jalan bagi IRGC untuk melakukan kontrol yang lebih terbuka terhadap kebijakan administratif."

Gelar Pemilu

Bazoobandi mengatakan, pemilu kemungkinan akan diadakan dalam jangka waktu 50 hari yang diamanatkan.

"Namun, dapat diasumsikan bahwa pemilu kali ini juga tidak sah. Pemilu akal-akalan akan diselenggarakan," katanya, mengacu pada pemilihan presiden terakhir pada 2021, yang dimenangi dengan mudah oleh Raisi.

Pemilu akan berlangsung ketika negara tersebut sedang berjuang menghadapi serangkaian tantangan geopolitik dan ekonomi.

Banyak warga Iran yang menghadapi kesulitan ekonomi, dengan inflasi lebih dari 50 persen, kenaikan utilitas, harga pangan dan perumahan, serta anjloknya mata uang riyal.

Pemerintah Iran semakin banyak menerapkan hukuman mati. Iran mengeksekusi 853 orang pada tahun 2023, demikian menurut data Amnesty International.

Itu jumlah eksekusi tertinggi sejak 2015. Kelompok hak asasi manusia itu mengatakan, rezim tersebut melakukan lebih banyak hukuman gantung sebagai cara untuk menanamkan rasa takut setelah protes yang meletus pada musim gugur 2022.

Situasi politik dan ekonomi berkontribusi terhadap meningkatnya kekecewaan masyarakat terhadap sistem, dan dapat menyebabkan semakin sedikitnya orang yang berpartisipasi dalam pemilu berikutnya, kata Bazoobandi.

"Mereka tidak memercayai rezim dan hanya memiliki sedikit harapan terhadap perubahan. Selain itu, banyak warga yang beranggapan, hasilnya sudah diketahui sebelum pemilu," katanya, seraya menambahkan bahwa pertanyaan paling menarik adalah siapa yang akan menggantikan Raisi.

"Tidak dapat dimungkiri bahwa wakil presiden saat ini akan mengambil alih."

Pakar Iran di Carnegie Endowment for International Peace, Karim Sadjadpour yakin kematian Raisi "akan menciptakan krisis suksesi" di Iran.

"Dia dan Mojtaba Khamenei adalah satu-satunya pesaing untuk menggantikan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei (ayah Mojtaba) yang berusia 85 tahun," tulisnya di X.

"Dalam budaya politik konspirasi Iran, hanya sedikit orang yang percaya bahwa kematian Raisi adalah kecelakaan."

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved