Berita Papua

Tak Hanya Siswa,Guru di Papua Ada yang Tak Lancar Membaca

Dari data yang dikumpulkan WVI Tahun 2023 di Jayapura, Biak, dan Jayawijaya, masih banyak siswa kelas 3 sekolah dasar yang kesulitan membaca.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS/PRIYOMBODO
Siswa kelas 1 di SD YPPK St Agustinus di Manasari, Distrik Mimika Timur Jauh, Kabupaten Mimika, Papua, mengikuti pelajaran membaca dan menulis, Senin (4/3/2019). 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Literasi masih menjadi isu utama bagi anak-anak di Papua. Dari data yang dikumpulkan Wahana Visi Indonesia (WVI) Tahun 2023 di Jayapura, Biak, dan Jayawijaya, masih banyak siswa kelas 3 sekolah dasar yang kesulitan membaca, apalagi memahami bacaan.

Dari 2.119 siswa kelas 3 di 171 sekolah dasar, baru sebanyak 58 persen siswa yang dapat membaca dengan pemahaman. Sementara itu, sebanyak 12 persen siswa masuk kategori pembaca pemula dan 30 persen lainnya masuk kategori bukan pembaca atau belum bisa membaca.

”Data ini tidak jauh berbeda dengan data yang didapatkan dari Asmat dan Wamena. Secara umum, wilayah Papua adalah wilayah dengan angka literasi paling rendah se-Indonesia,” kata Education Manager WVI Marthen S Sambo, Jumat (17/5/2024), di Jakarta.

Marthen menjelaskan, kendala utama literasi anak-anak Papua yang rendah, antara lain, karena akses dan keterbatasan guru yang menguasai literasi. Masih ada guru yang belum lancar membaca dan belum mampu mengajarkan literasi secara komprehensif.

Selain itu, fasilitas pendukung juga sangat minim, seperti buku cerita, bahan ajar kontekstual, dan tempat mengajar yang kondusif.

Rata-rata siswa kelas 3 sekolah dasar di Papua baru bisa membaca 31 kata per menit dari idealnya 60-80 kata per menit. Dari lima area program WVI di Papua, anak-anak di Asmat memiliki keterampilan membaca dengan pemahaman terendah, yaitu sekitar 11 persen.

Di Asmat, rata-rata siswa kelas 3 sekolah dasar hanya bisa membaca 5 kata per menit. Adapun di Wamena, kendala berkembangnya literasi siswa lebih pada kegiatan belajar-mengajar di sekolah yang sering ditiadakan karena isu konflik sosial.

wvi di papua_002
Kegiatan bersama anak-anak di salah satu Rumah Baca yang didirikan Wahana Visi Indonesia (WVI) di Papua. Pada Mei-September 2024, WVI menggagas program Run for The East (R4TE) untuk mendukung peningkatan literasi siswa Papua yang masih rendah dengan kegiatan berlari sambil menggalang donasi.

Buat kampung literasi

Guna mendukung peningkatan literasi anak-anak Papua, WVI meluncurkan kampanye Run for The East (R4TE) yang berlangsung pada Mei-September 2024.

Kampanye ini bertujuan untuk menghadirkan Kampung Literasi bagi anak-anak di area terjauh dan tertinggal di pulau Papua, yaitu Asmat dan Wamena.

Kegiatan R4TE akan diikuti setidaknya enam perusahaan yang berdonasi dengan cara berlari sejauh minimal 5 kilometer didampingi komunitas pelari serta duta kampanye R4TE.

”Kami mengajak mitra dan masyarakat menjadi pewujud harapan dengan berlari bersama mengampanyekan isu pendidikan, sekaligus berkontribusi dalam penyediaan fasilitas dan akses pendidikan melalui Kampung Literasi, kali ini terkhusus di Wamena dan Asmat,” kata Head of Social Impact & Sustainability WVI Franky Banfatin.

Franky menambahkan, R4TE merupakan bagian dari Childhood Hope yang diluncurkan tahun 2023. Tujuannya, untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak pada jenjang pendidikan dasar di wilayah terjauh dan tertinggal.

Program R4TE difokuskan untuk mendukung dan menjangkau sekitar 1.680 anak dan 4.797 orang dewasa di tempat-tempat terjauh dan tertinggal, dengan fokus daerah yang paling membutuhkan, yaitu Asmat dan Wamena.

Berdasarkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam tiga tahun terakhir, Papua merupakan wilayah dengan angka IPM terendah di Indonesia. Salah satu faktor rendahnya angka IPM di Papua karena terkait pengetahuan, dan semua indikator dalam IPM (umur sehat, pengetahuan, dan taraf hidup dasar) saling berkaitan.

Program R4TE merepresentasikan tujuan WVI untuk bersama-sama pemerintah, masyarakat, pemengaruh, komunitas lari, dan swasta dalam peningkatan literasi Papua dengan aksi penggalangan dana.

Semua dana yang terkumpul dari R4TE akan dialokasikan untuk mendukung Kampung Literasi Papua dalam bentuk penyediaan fasilitas rumah baca, penyediaan media pembelajaran kontekstual, dan peningkatan kapasitas masyarakat (guru, orangtua, dan pengasuh).

Program R4TE melibatkan sejumlah duta kampanye yang juga percaya bahwa pemahaman literasi yang baik adalah fondasi penting dalam pendidikan. ”Pendidikan yang baik dan layak adalah kunci untuk masa depan yang lebih berkualitas bagi anak-anak dan masyarakat Papua,” kata aktor Chicco Jerikho.

Duta Kampanye lainnya, Rino Soedarjo dan Robert Sihombing, keduanya adalah entrepreneur serta aktif berolahraga lari, meyakini keterlibatan berlari di program R4TE dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan anak-anak Papua.

Hal senada disampaikan duta kampanye yang juga aktor Ganindra Bimo, yang mengatakan bahwa dukungannya sebagai bentuk solidaritas dan kesadaran sosial akan kondisi nyata pendidikan di Papua.

Selain akan berlari bersama perusahaan yang mendukung R4TE, para duta kampanye juga membuka dompet digital di mana masyarakat umum dapat berdonasi secara langsung.

Bersepeda untuk guru

Dukungan bagi dunia pendidikan, terutama untuk meningkatkan mutu guru, dilakukan dengan kolaborasi Indonesia Overseas Alumni (IOA) dan komunitas sepeda Green Fly. Pada tahun 2024, dukungan tersebut kembali digelar Lombok Charity Ride (LCR) 2024 untuk penggalangan dana bagi pelatihan 1.500 guru di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Perjalanan para pegowes akan dimulai di Pluit, Jakarta Utara, pada 25 Mei 2024. Kemudian, para pesepeda akan menyusuri Pulau Jawa dan Bali, lalu menyeberang ke Pulau Lombok melalui Pelabuhan Senggigi, Lombok Barat. Nantinya, sekitar 100 pesepeda dari berbagai komunitas di Pulau Lombok akan bergabung dengan para pesepeda LCR untuk menuju garis finis di kantor Bupati Lombok Utara pada 1 Juni 2024

Direktur Eksekutif Perkumpulan IOA Tanti Sugiharti mengatakan, pegowes akan menempuh 1.500 km dari Jakarta menuju Lombok Utara untuk mendukung peningkatan kualitas guru agar dapat menyiapkan generasi muda yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja abad ke-21.

Selain itu, guru juga mampu menghadapi kompleksitas perkembangan zaman yang sangat cepat. Penggalangan dana lewat ayobantu.com hingga Jumat kemarin sudah mencapai lebih dari Rp 380 juta.

(kompas.id)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved