Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 12 Mei 2024, Kenaikan Yesus dan Perutusan Gereja Di Era Digital
Menyusul peristiwa kebangkitan Tuhan, kesaksian para Rasul mendasar kisah historis kenaikan Yesus kesurga. Seperti dikisahkan dalam Injil
Iman kepada Yesus harus dihayati dalam kehidupan yang nyata. Iman bukan sejenis obat bius. Beriman dan percaya kepada Kristus harus menjadikan seseorang militant dan terlibat dalam kehidupan. Keterlibatan itu ditunjukkan dalam kesediaan untuk menjadi saksi dari kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti ;keadilan, kebenaran, kejujuran damai sejahtera, sebagai buah-buah dari firman yang telah IA ajarkan pada mereka.
Dengan menghidupi nilai-nilai kerajaan Allah, para murid menunjukkan pada dunia bahwa mereka ada di tengah dunia tetapi mereka bukan dari dunia ini. Tentu saja ini bukan sebuah pilihan tanpa resiko. Yesus sendiri telah mengalami nasib serupa. Karena itu Yesus mendoakan para murid, “Aku telah memberikan firmanMu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia” Yesus mendoakan para murid, sekaligus menyatukan mereka dengan hidup-Nya sendiri.
Ini doa yang sangat indah dan penuh kuasa. Karena doa Yesus ini menegaskan identitas mereka bahwa mereka adalah kepunyaan Allah. Tuhan menghendaki mereka untuk tetap berada di tengah dunia ini. IA yang memilih mereka.
Doa Yesus untuk murid-murid-Nya kemudian terwujud dalam pemilihan para Rasul yang lalu memilih para pengganti mereka hingga kini dalam suksesi secara apostolik di bawah kepemimpinan Sri Paus di Roma sebagai pengganti Petrus. Seorang Uskup bertugas memelihara warisan iman yang telah dimulai oleh para Rasul.
Umat Allah dalam ketaatan kepada para uskup di bawah pimpinan Sri Paus di Roma, disatukan oleh iman untuk menjadi tanda bagi dunia bahwa Gereja ada di dunia ini namun bukan dari dunia ini. Karena itu Gereja adalah sekaligus sebuah institusi historis tapi juga ilahi yang melampaui sejarah. Inilah maksud dari Doa Yesus Kristus kepada para murid-murid-Nya.
Doa ini menandai perutusan mereka, menguatkan dan memberanikan mereka menghadapi dunia ini. Kita memohon kepada Kristus agar dengan doa yang sama IA menguatkan Uskup Keuskupan Agung Kupang yang baru dalam tugas kegembalaannya di hari-hari yang akan datang.
Dikuduskan dalam kebenaran
Yesus mendoakan para murid untuk hidup dalam kebenaran. Tapi, apakahk ebenaranitu?, Demikian sebuah pertanyaan yang penting untuk kita ajukan kembali di era digital ini. Karena kebenaran pada era digital tidak lagi berarti persesuaiana ntara apa yang dipikirkan dengan kenyataan, antara apa yang logis dan apa yang ada.
Tapi kebenaran alamdunia digital,sebagaimana kita temukan dalam mesin-mesin yang menggunakan artificial inteligence (AI) atau menuru penyebutan terakhir machine learning, tidak memerlukan rujukan dengan dunia nyata.
Tap ikebenaran dalam dunia digital Artificial intelligence hanya merujuk pada data-data yang tersedia di dalam mesini tu sendiri, yang diolah menurut algoritma para pembuatnya. Jadi rujukan kebenaran menurut machine learning, adalah dirinya sendiri.
Ketika sebuah keyakinan diri sendiri dijadikan dasar bagi kebenaran yang berlaku untuk semua, maka komunikasi akan menjad irawan manipulasi. Itulah yang terjadi dalam operasi pasar kapitalis mebaru yang ‘menjajah’ wilayah pribadis etiap orang.
Demikian hal yang diingatkan oleh Shoshana Zuboff dalam teorinya mengenai Surveillance Capitalism, ketika perusahan-perusahaan besar seperti Facebook, Googgle , Amazon dll menjadikan data pribadi user sebagai informas iuntuk menciptakan produk-produk baru untuk mengarahkan kebutuhan pengguna sebagai pembeli. Sehingga wilayah pribadi seorang pengguna mesin-mesin AI menjadi wilayah di mana capitalisme baru beroperasi dan mendominasi kehidupan setiap penggunanya. Dominasi ini dapat saja berkembang menjadi “tuhan yang baru”.
Pada hari ini, hari minggu komunikasi sedunia, Sri Paus menyampaikan sebuah pesan yang sangat menyentuh, berjudul Kecerdasan Artificial dan Kebijaksanaan Hati, menuju satu komunikasi yang sungguh manusiawi. Sri Paus menghimbau kita untuk menggunakan mesin-mesin kecerdasan buatan secara bijaksana.
Untuk harapan ini dalam pesannya beliau berkata, “Jangan sampai kemanusiaan kitahilang arah. Marilah mencari kebijaksanaan yang ada sebelum segala sesuatu (lih. Sir. 1: 4). Kemanusiaan akan mengalami kehilangan arah, kalau hati manusia tidak mengenal apa yang hendak dikejar dalam hidupnya. Maka perlu mencari Kebijaksanaan yang mengawali segala sesuatu.
Kebijaksanaan itu adalah kebenaran Firman itu sendiri yang menyap ahati manusia yang tentu saja tidak ditemukan dalam mesin-mesin AI. Yesus Kristusitu adalah kebijaksanaan yang menggerakan hati manusia termasuk hati para murid. DIa-lah yang telah mendoakan para murid dan kita semua agar hidup dalamDIA. Dia-lah yang menguduskan kita dalam kebenaran. Dia-lah Kebenaran itu sendiri.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.