Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 12 Mei 2024, Kenaikan Yesus dan Perutusan Gereja Di Era Digital

Menyusul peristiwa kebangkitan Tuhan, kesaksian para Rasul mendasar kisah historis kenaikan Yesus kesurga. Seperti dikisahkan dalam Injil

|
Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ROSALINA LANGA WOSO
Romo Leo Mali menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu 3 Maret 2024 dengan judul Kasih-Nya Membuka Lembaran Hidup Baru 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 12 Mei 2024 dengan judul Kenaikan Yesus Kristus dan Perutusan Gereja Di Era Digital.

Renungan Harian Katolik Minggu 12 Mei 2024 dengan judul Kenaikan Yesus Kristus dan Perutusan Gereja Di Era Digital ditulis oleh Romo Leo Mali, Pr dan mengacu dalam bacaan Injil: Markus 16: 15-20 dan Injil: Yohanes 17:1-11

 Sehubungan dengan upacara pentahbisan Uskup Agung Kupang terpilih Mgr. Hieronmus Pakaenoni pada hari Kamis tanggal 9 Mei 2024 yang bertepatan dengan hari raya kenaikan Tuhan Yesus Kristus, maka perayaan liturgy hari raya kenaikan Tuhan Yesus Kristus di Paroki-Paroki KAK baru diadakan pada hari minggu Paskah ke VII yang juga dirayakan sebagai hari minggu komunikasi sedunia. Kita ingin merenungkan tiga hal ini sekaligus:

Peristiwa kenaikan Tuhan, Pentahbisan Uskup Agung Kupang dan Pesan Sri Paus pada har iminggu Komunikasi social sedunia. Kita hendak menyatukan ketiga peristiwa ini dalam kesatuan thema mengenai kenaikan Yesus Kristus dan perutusan di tengah dunia  di era industry digital yang mengandalkan algoritma kecerdasan buatan (KB).

Kenaikan Yesus Kristus

 Menyusul peristiwa kebangkitan Tuhan, kesaksian para Rasul mendasar kisah historis kenaikan Yesus kesurga. Seperti dikisahkan dalam Injil pada liturgi hari kenaikan (Mrk. 16: 15-20), setelah mengutus para muridnya keseluruh dunia dan menjanjikan penyertaanNya bagi mereka, “terangkatlah Tuhan Yesus kesurga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.” (Mark. 16:19).

Bagi kita kisah ini tidak hanya penting secara historis, bahwa peristiwa inkarnasi dan penuntasan atas perutusan Kristus di dunia ini. Namun peristiwa historis ini juga penting secara eksistensial. Karena peristiwa ini menjadi pengalaman puncak yang sangat luar biasa bagi kawanan kecil murid-murid, orang-orang sederhana yang mengikuti Yesus Kristus sejak awal kehidupanNya di dunia ini.

Kesadaran kemuridan mereka menjadi semakin kuat bahwa Yesus datang dari Allah dan kembali kepada Allah.

Kalau sejak awal mereka mengenal Yesus dari asal-usul manusiawiNya. Dan dalam perkembangan mereka sempat melihat Dia hanya sebaga seorang mesias politik yang hendak memulihkan kerajaan Israel di hadapan penjajahan Imperium Romawi, maka dengan peristiwa kebangkitan yang lalu diikut idengan kenaikan-Nya kesurga para murid itu semakin percaya bahwa Yesus Kristus adalah Putera Allah, IA datang dari Allah.

Pada-Nya ada kekuasaan yang lebih besar dari semua kekuasaan di bawah kolong langit ini. Tidak ada kekuasaan yang perlu ditakuti. Apalagi keyakinan in dikuatkan dengan janji penyertaanNya.

Kepada merekaIa berpesan untuk tidak perlu takut. Sebab IA menyertai mereka dengan tanda-tanda; “Mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan bicara dalam berbagai bahasa yang barud engan mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun minum racun maut; mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit dan orang itu sembuh.” (Mark. 16:17-18). 

Tanda-tanda ini menguatkan keyakinan hati para murid bahwa mereka diutus oleh Tuhan. Hanya kuasa Allah yang sanggup melakukan hal-hal seperti ini. Meski Tuhan naik kesurga, tapi Tuhan tetap hadir. Dalam tanda-tanda, IA turut bekerja bersama mereka. 

Perutusan di tengah dunia

Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus Kristus yang menjelaskan  asal Ilahi-Nya juga mengakhiri kehadiranNya secara fisik di dunia ini. Dengan tetap memberikan janji penyertaan kepada para muridNya dan tetap bekerja bersama mereka menjadi jelas kalau tugasNya di dunia ini tidak berakhir. Tugas itu dilanjutkan para murid. Tugas terpenting para murid adalah mewartakan Injil, khabar gembira bagi dunia yakni Kristus sendiri. 

Dalam mewartakan Kristus, para murid menjadi saksi yang nyata bukan hanya melalui kata-kata tetapi terutama melalui hidup mereka bahwa mereka adalah orang-orang kepunyaan Kristus. Atau dalam kutipan doa Yesus kepada murid-muridnya (Yoh. 17:1-11), mereka harus bersaksi di tengah dunia.

Iman kepada Yesus harus dihayati dalam kehidupan yang nyata. Iman bukan sejenis obat bius. Beriman dan percaya kepada Kristus harus menjadikan seseorang militant dan terlibat dalam kehidupan. Keterlibatan itu ditunjukkan dalam kesediaan untuk menjadi saksi dari kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti ;keadilan, kebenaran, kejujuran damai sejahtera, sebagai buah-buah dari firman yang telah IA ajarkan pada mereka.

Dengan menghidupi nilai-nilai kerajaan Allah, para murid menunjukkan pada dunia bahwa mereka ada di tengah dunia tetapi mereka bukan dari dunia ini.  Tentu saja ini bukan sebuah pilihan tanpa resiko. Yesus sendiri telah mengalami nasib serupa. Karena itu Yesus mendoakan para murid, “Aku telah memberikan firmanMu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia” Yesus mendoakan para murid, sekaligus menyatukan mereka dengan hidup-Nya sendiri.

Ini doa yang sangat indah dan penuh kuasa. Karena doa Yesus ini  menegaskan identitas mereka bahwa mereka adalah kepunyaan Allah. Tuhan menghendaki mereka untuk tetap berada di tengah dunia ini. IA yang memilih mereka.

Doa Yesus untuk murid-murid-Nya kemudian terwujud dalam pemilihan para Rasul yang lalu memilih para pengganti mereka hingga kini dalam suksesi secara apostolik di bawah kepemimpinan Sri Paus di Roma sebagai pengganti Petrus. Seorang Uskup bertugas memelihara warisan iman yang telah dimulai oleh para Rasul.

Umat Allah dalam ketaatan kepada para uskup di bawah pimpinan Sri Paus  di Roma, disatukan oleh iman untuk menjadi tanda bagi dunia bahwa Gereja ada di dunia ini namun bukan dari dunia ini. Karena itu Gereja adalah sekaligus sebuah institusi historis tapi juga ilahi yang melampaui sejarah. Inilah maksud dari Doa Yesus Kristus kepada para murid-murid-Nya.

Doa ini menandai perutusan mereka, menguatkan dan memberanikan mereka menghadapi dunia ini. Kita memohon kepada Kristus agar dengan doa yang sama IA menguatkan Uskup Keuskupan Agung Kupang yang baru dalam tugas kegembalaannya di hari-hari yang akan datang.

Dikuduskan dalam kebenaran

Yesus mendoakan para murid untuk hidup dalam kebenaran. Tapi,  apakahk ebenaranitu?, Demikian sebuah pertanyaan yang penting untuk kita ajukan kembali di era digital ini. Karena kebenaran pada era digital tidak lagi berarti persesuaiana ntara apa yang dipikirkan dengan kenyataan, antara apa yang logis dan apa yang ada.

Tapi kebenaran alamdunia digital,sebagaimana kita temukan dalam mesin-mesin yang menggunakan artificial inteligence (AI) atau menuru penyebutan terakhir machine learning, tidak memerlukan rujukan dengan dunia nyata.

Tap ikebenaran dalam dunia digital Artificial intelligence hanya merujuk pada data-data yang tersedia di dalam mesini tu sendiri,  yang diolah menurut algoritma para pembuatnya. Jadi rujukan kebenaran menurut machine learning, adalah dirinya sendiri.

Ketika sebuah keyakinan diri sendiri dijadikan dasar bagi kebenaran yang berlaku untuk semua, maka komunikasi akan menjad irawan manipulasi. Itulah yang terjadi dalam operasi pasar kapitalis mebaru yang ‘menjajah’  wilayah pribadis etiap orang.

Demikian hal yang diingatkan oleh Shoshana Zuboff dalam teorinya mengenai Surveillance Capitalism, ketika perusahan-perusahaan besar seperti Facebook, Googgle , Amazon dll menjadikan data pribadi user sebagai informas iuntuk menciptakan produk-produk baru untuk mengarahkan kebutuhan pengguna sebagai pembeli. Sehingga wilayah pribadi seorang pengguna mesin-mesin AI menjadi wilayah di mana capitalisme baru beroperasi dan mendominasi kehidupan setiap penggunanya. Dominasi ini dapat saja berkembang menjadi “tuhan yang baru”.

Pada hari ini, hari minggu komunikasi sedunia, Sri Paus menyampaikan sebuah pesan yang sangat menyentuh, berjudul Kecerdasan Artificial dan Kebijaksanaan Hati, menuju satu komunikasi yang sungguh manusiawi. Sri Paus menghimbau kita untuk menggunakan mesin-mesin kecerdasan buatan secara bijaksana.

Untuk harapan ini dalam pesannya beliau berkata, “Jangan sampai kemanusiaan kitahilang arah. Marilah mencari kebijaksanaan yang ada sebelum segala sesuatu (lih. Sir. 1: 4). Kemanusiaan akan mengalami kehilangan arah, kalau hati manusia tidak mengenal apa yang hendak dikejar dalam hidupnya. Maka perlu mencari Kebijaksanaan yang mengawali segala sesuatu.

Kebijaksanaan itu adalah kebenaran Firman itu sendiri yang menyap ahati manusia yang tentu saja tidak ditemukan dalam mesin-mesin AI. Yesus Kristusitu adalah kebijaksanaan yang menggerakan hati manusia termasuk hati para murid. DIa-lah yang telah mendoakan para murid dan kita semua agar hidup dalamDIA. Dia-lah yang menguduskan kita dalam kebenaran. Dia-lah Kebenaran itu sendiri.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved