UKAW Kupang

Dr. Mesakh A.P. Dethan: Pelayanan Kepada Sesama Adalah Ciri Orang yang Sehat

Suasana biara sunyi sepi tanpa kehangatan. Kemudian, datanglah seorang kepala biara yang ditugaskan untuk mengatasi masalah tersebut.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Foto bersama Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, M.Th, MA (berjas tenun seusai Kebaktian Minggu ke V Paskah, dan Pengutusan (Pdt. Nova Rosalinda Pairikas-Frihastuty, M.Th) dan Perhadapan Pendeta (Pdt. Yarles Isakh Nautu, S.Th), di GMIT Viadolorosa Bileno Klasis Kupang Timur, 28 April 2024. 

3.      Memandang dunia dengan objektif dan tidak menuntut lingkungan sekitar untuk menuruti keinginannya

4.      Memahami kekurangan dan kelebihan yang dimiliki

5.      Memiliki tujuan hidup dan pandangan optimis ke depan

6.      Mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah

7.      Memiliki nilai dan filosofi hidup

Menurut Mesakh Dethan, mantan Wartawan Pos Kupang ini, kalau tidak bisa berbuat baik pada orang lain, setidaknya kita jangan jadi racun dan Setan dalam hidup orang lain. Karena menjadi pengikut Kristus adalah membawa kabar baik dan bukan perselisihan dan perbantahan. Kalau tidak bisa jadi contoh dalam mengasihi dan mengampuni, setidaknya jangan jadi batu sandungan dan penghalang bagi orang yang mau berbuat baik bagi sesamanya. Ciri-ciri manusia racun: susah kalau lihat orang senang, senang kalau lihat orang lain susah. Maki-maki dan marah kalau orang lain buat salah, tetapi minta dipahami kalau diri sendiri yang salah.  Gampang untuk mengeritik, tapi susah untuk memuji orang lain.

Ada kisah dari Khalifa Bisma Sanjaya (Sanjaya, 2024) yang dia beri judul cara mendisain anak supaya menjadi gila. Cerita itu didesikasikan  oleh Sanjaya kepada seorang anak yang menjadi gila karena beban belajar yang terlalu berat yang diberikan orang tua kepadanya. Sebetulnya menurut Sanjaya maksud orangtuanya baik (terutama Ibunya), namun beban belajar yang belebihan dan anak tak diberi kesempatan satu jam pun untuk bermain dengan kawan-kawannya membuat anaknya jadi gila.

Ini beberapa dialog yang Mesakh Dethan kutip:

Thoriq: “Bu … aku lelah.” Ibu: “Halah, jangan terus mencari alasan! Nak, kamu tu kuat bagai harimau. Kamu hebat bagai elang. Aku sengaja mendidikmu dengan sangat keras supaya kamu bisa mengenal dirimu sendiri yang pandai, hebat, mental juara dan nomer satu.” Thoriq: “Aku bukan nomor satu.” Ibu: “Diam!!!! Kamu harus menutup semua pintu kemalasan.” Thoriq: “Bu, aku ingin bermain seperti anak-anak yang lain.” Ibu: “Berarti kamu membuang masa mudamu hanya untuk hal-hal yang tak berguna.” Thoriq: “Aku ingin menikmati hidup, apakah salah?” Ibu: “Hidup itu perjuangan, bukan untuk nyantai-nyantai, ngerti?????”

Thoriq: “Bu, beban belajarku banyak. Tugas, PR, menghafal Qur’an, aku hanya lima jam tidur dalam sehari. Kini ketambahan beban persiapan olimpiade matematika. Hiks … hiks …” Ibu: “Kalau kamu masih menganggap aku ini ibumu, kamu harus patuhi ibu! Tak ada orang tua yang menyuruh keburukan kepada anaknya. Semua orang tua menginginkan kebaikan.

Tolong dipikirkan!!!! Sekarang cepat tidur!!!” Otak Thorik benar-benar lelah. Sekarang kadang terasa nyeri. Ibunya gak peduli. Hmm … hanya Laila yang memahami keadaannya. Dua hari kemudian, Ibu Thoriq jingkrak-jingkrak karena Thoriq berhasil memenangkan olimpiade matematika se-jawa tengah. Sang Ibu terus mengabarkan berita gembira ini kepada teman-temannya. Aroma kesombongan semakin tercium. Niatan awal belajar hanya untuk mencari ridho Allah, kini bergeser menjadi niatan yang picik yaitu ingin di puji. Di sore yang sejuk, sejenak Thoriq menyendiri di pinggir sungai. Kadang dia tertawa sendiri, kadang menangis sendiri. Matanya terus terpaku kepada beberapa ikan sepat yang berenang kian kemari. Dia menoleh ke arah kanan. Alangkah kagetnya Thoriq, di … di … dia melihat ada manusia yang mencekik Laila.

Dia melihat Laila mengerang kesakitan. Sontak Thoriq menjerit dan menjerit. Jeritannya semakin keras hingga ibunya datang dan memeluknya. Ibu: “Nak, kamu kenapa? Kenapa menjerit-jerit?” Thoriq: “Bu, lihatlah! Laila dicekik perampok.” Ibu: “Mana?”  “Itu Bu, di samping kanan Ibu. Hiks … hiks … kasihan Laila, tolonglah dia!” Ibu: “Nak, di samping kanan Ibu gak ada apa-apa alias kosong. Coba pejamkan mata!” Thoriq: “Enggih Bu.” Ibu: “Sekarang buka matamu!” Thoriq: “Enggih.”

Ibu: “Apa kamu masih melihat Laila dicekik?” Thoriq: “Enggak. Sudah tidak ada.” Peristiwa itu membuat semua shock. Sejam kemudian, Thoriq kembali jerit-jerit. Kali ini di kamarnya dia melihat Laila ditusuk oleh perampok sehingga darah mengucur deras membasahi lantai kamar. Tapi ibunya tak melihat itu. Semua orang tak melihat kejadian itu kecuali … Thoriq.

Dua hari Thoriq tak bisa tidur. Setiap dua jam dia menjerit. Kedua orang tuanya menangis hingga kelopak mata pada bengkak. Hanya satu pertanyaan, “Ada apa dengan Thoriq?” Sebulan kemudian Tak ada pilihan lain, Thoriq dirawat di rumah sakit jiwa Magelang. Kali ini Laila datang membezuk. Melihat kondisi Thoriq yang semakin mengenaskan, Laila menangis sambil terus memegang tangan Thoriq

Motivasi orang tua bagi keberhasilan anak-anaknya baik, namun jika motivasi itu berlebihan dan apalagi ada aroma mau makan puji dengan mau mau pamer, justru akan menjadi racun bagi anak-anak untuk bertumbuh normal. Jadilah orang tua yang baik!

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved