Derap Nusantara
Strategi Punya Rumah untuk Generasi Milenial dan Gen Z
Namun, berdasarkan estimasi Kementerian PUPR sebanyak 81 juta Generasi Milenial dan Gen Z diperkirakan belum memiliki rumah.
Ada pun Jakarta mencapai 2 persen, dan kota penyangga lainnya yakni Bogor sebesar 3,8 persen, Bekasi 3,3 persen, Tangerang 2,8 persen, dan Depok 2,4 persen.
Sementara itu, di wilayah lain di Bali yakni di Kabupaten Klungkung rata-rata harga rumah pada 2024 mencapai Rp365 juta atau naik 16,61 persen dibandingkan 2023 mencapai Rp313 juta.
Adapun di Kabupaten Tabanan, harga rata-rata rumah pada 2024 mencapai Rp431 juta atau naik 19,3 persen dibandingkan 2023 mencapai Rp361 juta.
Wilayah tersebut merupakan segmentasi rumah nonsubsidi, sedangkan wilayah lain di Bali rata-rata merupakan rumah subsidi, di antaranya di Kabupaten Buleleng, Jembrana dan Karangasem.
Ditinjau dari sisi usia, rata-rata usia debitur yang mengambil kredit di bank BUMN itu terbanyak dari Generasi milenial yakni rentang usia 21-30 tahun atau tergolong usia produktif.
Kebiasaan menunda atau terlalu sering menghamburkan uang untuk nongkrong atau memenuhi keinginan yang belum penting, sepertinya perlu dipikirkan matang-matang Generasi Milenial dan Z untuk masa depan khususnya dalam kepemilikan aset properti.
Apabila terus menunda dan tidak memikirkan masa depan untuk memiliki rumah, tanpa disadari harganya terus naik dari tahun ke tahun. Jika terus menunda, memiliki rumah bisa jadi hanya menjadi impian. (Dewa Ketut Sudiarta Wiguna/ANTARA)

Kredit Perumahan Capai Rp 292,7 Triliun
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN mencatat total kredit dan pembiayaan perumahan di kuartal I 2024 mencapai Rp292,7 triliun, naik 10,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp264,5 triliun.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan bahwa kredit dan pembiayaan perumahan masih menyumbang porsi mayoritas sekitar 85 persen dari seluruh kredit dan pembiayaan yang disalurkan perseroan.
Dari jumlah total kredit dan pembiayaan perumahan tersebut, penyaluran KPR subsidi di kuartal I 2024 masih menjadi yang terbesar mencapai Rp167 triliun atau naik 12,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp148,6 triliun. Sedangkan pada KPR non-subsidi, perseroan mencatat kenaikan sebesar 11,2 persen menjadi Rp98,8 triliun dari Rp88,8 triliun di kuartal I tahun 2023.
"Strategi kami membidik lebih banyak penyaluran KPR non-subsidi ke segmen menengah ke atas sudah mulai menunjukkan hasil," ujar Nixon.
Adapun KPR dengan ticket size di atas Rp750 juta, BTN mencatat pertumbuhan yang mencapai 176,6 persen yoy di tiga bulan pertama 2024. Total penyalurannya mencapai Rp1,05 triliun atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp380 miliar.
Secara keseluruhan, BTN membukukan total pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 14,8 persen sepanjang Januari-Maret 2024 menjadi Rp344,2 triliun dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp299,7 triliun.
Selain ditopang oleh kredit dan pembiayaan perumahan, total pertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN tersebut juga ditopang oleh kredit bermargin tinggi (high-yield loans) yang menurut perseroan cukup diminati masyarakat antara lain kredit usaha rakyat (KUR), kredit ringan (KRING), dan kredit agunan rumah (KAR).
Perseroan mencatat, penyaluran KUR BTN mencapai Rp387 miliar atau melonjak 78,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp217 miliar.
Sedangkan penyaluran KRING bertumbuh 30,7 persen yoy menjadi Rp572 miliar di kuartal I 2024 serta penyaluran KAR meningkat 16,5 persen yoy menjadi Rp525 miliar.
Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross BTN di kuartal I 2024 turun menjadi 3 persen, dari yang sebelumnya 3,5 persen di kuartal I 2023.
Rasio loan-at-risk (LAR) juga tercatat menurun ke level 21,6 persen dari sebelumnya 24,2 persen. Sementara coverage NPL meningkat menjadi 152,8 persen dari sebelumnya 145,9 persen di kuartal I 2023.
Nixon mengatakan, kinerja BTN di tiga bulan pertama 2024 secara keseluruhan lebih baik dibanding periode yang sama di tahun 2023 termasuk pertumbuhan kredit yang mencapai lebih dari 14 persen.
Meski begitu, BTN berusaha menurunkan pertumbuhan kredit agar kembali ke level 10-11 persen di akhir tahun sebagai antisipasi atas dampak kenaikan suku bunga acuan atau BI-Rate serta kondisi geopolitik dan makroekonomi global.
"(Penurunan pertumbuhan kredit) antisipasi liquidity yang mungkin belakangan akan menjadi lebih mahal, dana itu menjadi lebih mahal karena naiknya lebih BI-Rate dan lain sebagainya. Sehingga kompetisi bunga akan menjadi lebih challenging hari ini," kata Nixon. (ANTARA)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.