Derap Nusantara

Menakar Rambatan Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Ekonomi Indonesia

Sudah seminggu sejak serangan rudal dan drone Iran menghantam Israel, eskalasi konflik di Timur Tengah dihantui ketidakpastian.

|
Editor: Alfons Nedabang
ANTARA FOTO/ANDRY DENISAH
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Kendari New Port, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (20/2/2024). Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatat jumlah eskpor sepanjang 2023 mencapai 2.329 ton atau naik 4,71 persen dibandingkan tahun sebelumnya hanya mencapai 2.224 ton. 

“Stabilitas ekonomi makro akan senantiasa dijaga, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) terus dilakukan untuk beradaptasi dengan tekanan yang ada. Dari sisi fiskal, kita memastikan APBN berperan menjadi shock absorber yang efektif dan kredibel,” ujar Sri Mulyani.

Di sisi ekspor, penerimaan akan jauh lebih baik dengan nilai tukar dolar AS yang menguat. Namun, di sisi impor, konversi harga terhadap rupiah akan lebih tinggi dan bisa berdampak pada inflasi.

Saat ini Indonesia juga dinilai masih resilien serta tangguh di tengah maraknya tekanan eksternal.

Sementara itu, sebagai langkah antisipasi lain, BI selalu memastikan stabilitas rupiah tetap terjaga dengan melakukan intervensi terhadap valuta asing (valas) serta pengelolaan aliran portfolio asing yang ramah pasar, termasuk operasi moneter yang pro-pasar dan terintegrasi dengan pendalaman pasar uang guna mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.

Grafis Upaya Pemerintah Antisipasi Konflik Iran Israel
Pemerintah Indonesia optimistis konflik antara Iran dan Israel tidak berdampak besar terhadap perekonomian nasional yang sedang dalam kondisi baik, namun tetap menyiapkan antisipasi untuk meredam dampak dari konflik tersebut.

Bagaimanapun, selama belum terjadi de-eskalasi konflik antara Iran-Israel, perekonomian global masih akan terus dihantui ketidakpastian. Dunia seakan belum cukup dengan konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas yang sudah memakan korban ratusan hingga ribuan rakyat sipil.

Oleh karena itu, drama saling balas antara Iran dan Israel sepatutnya menjadi konflik yang tidak perlu meluas hingga berakhir di perang terbuka karena perekonomian global selalu menjadi satu hal yang dipertaruhkan dalam suatu perang antarkepentingan pemimpin tinggi tersebut.

Di satu sisi, Ketua FPCI Dino Patti Djalal menilai Indonesia sendiri belum memiliki peran diplomasi yang cukup kuat untuk menjadi mediator konflik antar dua negara itu. Hal ini mengingat tidak adanya hubungan diplomatik Indonesia-Israel, serta kerja sama Indonesia-Iran yang terbatas pada beberapa sektor tertentu.

Walakin, Indonesia masih mempunyai kesempatan untuk berkontribusi meredakan konflik dengan menitikberatkan diplomasi kepada Iran, dengan pertimbangan masih adanya kerja sama ekonomi dan diplomatik antara Indonesia dan Iran. (oleh: Bayu Saputra/ANTARA)

Artikel ini atas kerja sama Kominfo dan Antara.
Artikel ini atas kerja sama Kominfo dan Antara. (KOLASE POS-KUPANG.COM)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved