Berita Lembata

Pemerintah Desa Banitobo Lembata Bangun Bendungan Air Darurat untuk Pengembangan Lahan Pertanian

menurutnya juga menjadi hambatan bagi masyarakat desa yang hendak melakukan aktivitas pertanian di lokasi tersebut. 

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
Kepala Desa Banitobo di Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Ignatius Koda melakukan terobosan dengan membuat bendungan air semi permanen di lokasi Wae Bel'ang (Air Besar) yang sedianya akan digunakan untuk pemanfaatan lahan tidur seluas 50 hektar sebagai pengembangan hasil pertanian di desa tersebut. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA -Kepala Desa Kades Banitobo di Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata melakukan terobosan dengan membuat bendungan air semi permanen di lokasi Wae Bel'ang (Air Besar) yang sedianya akan digunakan untuk pemanfaatan lahan tidur seluas 50 hektar sebagai pengembangan hasil pertanian di desa tersebut. 

Bendungan semi permanen ini dibangun untuk tujuan pemanfaatan potensi air sungai yang mengalir sepanjang tahun dan terbuang cuma-cuma ke Teluk Waiteba. 

Sedangkan sumber air yang begitu besar dapat dimanfaatkan sebagai pasokan air masyarakat di musim kemarau. 

Kepala Desa Banitobo, Ignatius Koda, mengatakan bahwa pembanguan bendungan semi permanen yang dilakukan pemerintah desa pada bulan Februari 2024 itu menggunakan 20 persen anggaran dana desa untuk ketahanan Pangan. 

Baca juga: Uyelewun Raya Satukan Hati, Kumpulkan Lima Figur yang akan Maju di Pilkada Lembata

Inovasi ini dilakukan karena Desa Banitobo akan menjadi penangkar benih bibit jagung hibrida tahun ini. Oleh karena itu, bendungan air semi permanen ini mampu memaksimalkan pengelolaan lahan pertanian yang ada dalam mendukung program pemerintah tersebut. 

Dia mengatakan, lahan yang telah digunakan masyarakat saat ini sebagai lahan pertanian seluas 5 hektare. Sedangkan luas lahan yang belum dikelola dan berpotensi dijadikan lahan irigasi pengembangan pertanian diperkirakan mencapai 50 hektare di sepanjang aliran sungai Wae Bel'ang. 

"Saat ini lahan yang sedang dikelola baik oleh desa maupun masyarakat seluas 5 hektar untuk komoditi jagung, padi, palawija dan aneka sayuran. Untuk lahan Kebun jagung hibrida milik desa seluas 3,5 hektare, dan kini sedang dalam proses panen dengan perhitungan ubinan yang diambil maka diperkirakan hasilnya kurang lebih 5.200 kg/Ha. Sehingga hasil Perdana dalam Pengelolaan lahan kebun Jagung Desa di Tanam Pertama sebanyak 18.200 kg," papar Koda, Kamis, 18 April 2024. 

Dengan adanya terobosan dan upaya dari pemerintah desa dalam memanfaatkan lahan tidur dan air tersebut, antusias masyarakat desa pun semakin tinggi dalam memanfaatkan lahan-lahan tidur milik mereka. 

Akses transportasi yang sulit tidak meluluhkan semangat dan antusias masyarakat untuk mengoptimalkan pengembangan hasil pertanian yang ada.

Koda berharap di waktu mendatang, pemerintah bisa membangun bendungan air permanen yang dapat membantu masyarakat tani di desa Banitobo. 

Bendungan yang dibangun oleh pemerintah desa hanya sebatas mengatasi permasalahan kekeringan yang terjadi dan sewaktu-waktu bendungan ini bisa saja kembali rusak jika diterpa banjir. 

Percetakan sawah di Letu Boro dan pemanfaatan lahan pertanian di Wae Bel'ang membuat semua kelompok tani dapat kembali diaktifkan dan bekerjasama dengan pemerintah desa. Karena bagi dirinya yang terpenting sebagai seorang kepala desa adalah melihat masyarakatnya sejahtera. 

Salah satu tokoh masyarakat desa Banitono, Maksi Lengari sangat mendukung pembangunan bendungan air semi permanen yang dibangun oleh pemerintah desa Banitono. 

"Saya sangat mendukung karena sebagian lahan milik saya yang digunakan pemdes untuk pembangunan bendungan semi permanen lokasi Air Besar," ungkap Maksi. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved