Opini
Opini: Paskah dan Ujian Sekolah Berintegritas
Melalui perayaan-perayaan liturgi, Gereja mengungkapkan kesatuannya dengan Kristus, Sang Mempelai, dalam kesatuan mesra ikatan kasih.
Oleh Albertus Muda, S.Ag., Gr.
Guru SMA Negeri 2 Nubatukan-Lewoleba Kabupaten Lembata
Merayakan kemenangan Tuhan Yesus atas maut, diawali dengan masa puasa dan pantang bagi umat Katolik. Masa ini berlangsung selama 40 hari yang dimulai dari hari Rabu Abu yang ditandai dengan penerimaan abu pada dahi sebagai simbol pertobatan dan mencapai puncaknya pada sore hari menjelang Vigili Paskah atau Malam Paskah.
Urgen bagi umat beriman Katolik untuk memahami bahwa misteri Paskah Tuhan yang dirayakan secara istimewa selama Trihari Paskah yang berpuncak pada malam Paskah merupakan puncak tahun liturgi yang dirayakan dalam Gereja Katolik.
Bosco da Cunha dalam bukunya Memaknai Perayaan Liturgi Sepanjang Satu Tahun (2001:64) menuliskan bahwa dasar liturgi Trihari Paskah adalah kesatuan yang tak terpisahkan antara misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus.
Trihari berarti misteri Paskah dirayakan dalam tiga hari, yang diawali dengan perayaan Ekaristi Kamis Putih malam, kenangan Perjamuan Malam Terakhir; dan berakhir pada Ibadat Sore II hari Minggu Paskah. Trihari Paskah mengenangkan langkah-langkah perjalanan Tuhan Yesus dari dunia menuju Allah Bapa.
Melalui perayaan-perayaan liturgi, Gereja mengungkapkan kesatuannya dengan Kristus, Sang Mempelai, dalam kesatuan mesra ikatan kasih.
Salah satu agenda penting jenjang akhir satuan pendidikan saat ini yang mesti dimaknai dalam spirit Paskah adalah pelaksanaan Ujian Sekolah (US). US tingkat SMP/MTs Tahun Pelajaran 2023/2024 dilaksanakan dari 16 April s/d 22 April 2024.
Sedangkan, US tingkat SMA/SMK/MA dilaksanakan dari 17 April s/d 23 April 2024. Sementara itu, US tingkat SD/MI baru akan dilaksanakan di bulan Mei.
Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, US pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) biasa dilaksanakan tidak bersamaan dengan pendidikan menengah (SMA/SMK/MA). US merupakan model ujian jenjang akhir yang ditetapkan sebagai pengganti model Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 58 secara tersirat dikatakan bahwa USBN dikembalikan pada esensinya dimana asesmen akhir jenjang dilakukan oleh guru dan sekolah sehingga kewenangannya dikembalikan kepada sekolah.
Kelulusan siswa pada akhir jenjang, merupakan wewenang sekolah yang didasarkan pada penilaian guru, karena asesmen akhir jenjang oleh sekolah memungkinkan penilaian yang lebih komprehensif yang tidak hanya didasarkan pada tes tertulis akhir tahun.
Dengan demikian, pelibatan guru dalam semua tingkatan proses asesmen mesti semakin diintensifkan juga diperluas.
Selain berwenang penuh melaksanakan US, sekolah mesti menentukan bentuk ujian dan waktu pelaksanaan. Dari sisi bentuk ujian, guru boleh menggunakan beragam bentuk asesmen sehingga lebih fleksibel. Guru juga disarankan menggunakan asesmen bentuk lain seperti penugasan, portofolio siswa dan project kolaboratif.
Sedangkan, dari sisi waktu pelaksanaan, asesmen yang menjadi bagian dari ujian sekolah tidak selalu harus dilakukan di penghujung tahun ajaran sebagaimana ujian konvensional selama ini. Kedua perubahan ini memungkinkan kompetensi siswa dinilai secara lebih komprehensif. Perubahan ini juga memungkinkan penilaian yang lebih terdiferensiasi, sesuai dengan kebutuhan individual siswa.
Namun demikian, para siswa tidak hanya dinyatakan lulus melalui penilaian sumatif atau US. Ada banyak bentuk penilaian yang dibuat oleh setiap satuan pendidikan seperti menyusun esai juga karya ilmiah remaja (KIR).
Dalam bidang Seni dan Budaya, para siswa diuji ketangkasan pribadi dan kelompok dalam memerankan tarian tradisional dan tarian kreasi.
Sementara itu, dalam bidang PJOK, para siswa diuji senam irama kreasi secara kelompok. Selain itu, di bidang bahasa khususnya bahasa Inggris, para siswa diberi tugas membuat project kolaboratif dalam bentuk reportase singkat. Sementara itu, dalam mapel Prakarya para siswa menguji keterampilan dalam membuat beraneka menu makanan dan minuman.
Semua bentuk asesmen di atas, menjadi kewenangan sekolah atau satuan pendidikan. Akan tetapi, kelulusan siswa Tahun Pelajaran 2023/2024, perlu ditetapkan melalui Surat Keterangan (SK) yang diterbitkan oleh satuan pendidikan atau sekolah.
Penetapan kelulusan melalui SK Kepala Sekolah ini merujuk pada panduan yang diedarkan oleh Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Nomor 010 Tahun 2024 tertanggal 12 Januari 2024. Oleh karenanya, pihak sekolah memiliki kewenangan penuh melakukan asesmen dan menetapkan secara resmi melalui SK Kepala Sekolah yang terintegrasi pada bagian bawah ijazah siswa atau peserta didik.
US Berintegritas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online, integritas artinya mutu, sifat atau keadaaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan wibawa atau kejujuran.
Integritas juga mengandung arti bahwa suatu pernyataan yang mengungkapkan kebenaran dan secara bersamaan dilakukan sesuai dengan kebenaran tersebut. Maka, manusia yang berintegritas adalah manusia yang dapat dipercaya atau mereka yang secara konsisten hidup dalam nilai yang mereka anut dan percaya.
Dengan kata lain, orang yang berintegritas adalah mereka yang tidak mudah terombang ambing oleh dorongan atau hasutan yang mencoba untuk mencederai nilai yang dipercaya.
Trihari Paskah yang dirayakan, mengingatkan guru maupun siswa untuk sungguh-sungguh belajar dari setiap pengajaran dan pendidikan Yesus. Dalam konteks US, perayaan Kamis Putih mengungkapkan secara paling tepat cara Yesus mengajar para murid-Nya.
Cara ini mengingatkan para guru dan siswa untuk membuat persiapan yang matang menyambut US. Selain itu, para guru dan siswa melaksanakan apa yang sudah dipersiapkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tak lupa melakukan refleksi atas hasil evaluasi yang telah dicapai sebagai acuan untuk perbaikan pada tahun-tahun mendatang.
Tak kalah pentingnya adalah mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang sudah dipelajari dalam hidup harian mereka.
Sementara itu, dalam peringatan Jumat Agung, para guru dan siswa dapat belajar penyangkalan diri dalam menumbuhkan integritas diri. US tidak boleh dilihat sebagai salib atau beban yang memberatkan. Akan tetapi, melaluinya para guru dan siswa dapat belajar bersama untuk menemukan jalan keluar dalam mengatasi berbagai problem atau masalah yang menyertai siswa dalam belajar juga guru dalam menjalankan tugas mengajar dan mendidik.
Para siswa mesti mencoba menghindari hal-hal yang mempengaruhi otentisitas hasil yang hendak dicapainya. Tidak mudah tergoda melakukan hal-hal yang instan dan tidak jujur. Para siswa dan guru mesti mendahulukan nilai-nilai yang esensial dan hakiki demi mendapatkan mutu diri dan lembaga yang semakin berkualitas.
Demikian juga, dalam liturgi Vigili atau Malam Paskah. Masing-masing bagian liturgi mulai dari upacara cahaya, liturgi sabda, liturgi baptis, liturgi ekaristi dan penutup mestinya dimaknai secara mendalam.
Dalam konteks pendidikan dan pengajaran, guru dan siswa mesti keluar dari situasi keterkungkungan dan kegelapan dengan berani membuka batu penutup makam yang menghalangi untuk meraih masa depan yang cerah. Dengan demikian, maka liturgi sabda mengajak para siswa untuk membaca dengan tekun dan mendalami bahan-bahan yang telah diberikan untuk dipahami dan dimengerti.
Namun, cenderung kita ditelikung oleh kebiasaan-kebiasaan lama yang melawan kehendak nurani, maka perlu adanya pembaruan diri untuk membarui hidup. Selain itu, para guru dan siswa wajib menerima dan mensyukuri hasil yang diperoleh dengan mempersembahkan kepada Allah sumber kebijaksanaan dan pengetahuan.
Akhirnya, guru dan siswa mesti menjadi saksi tentang kebenaran dan kejujuran bahwa apa yang diperoleh adalah bagian dari proses yang jujur dan bermartabat.
US berintegritas adalah suatu konsep yang sangat penting dalam sistem pendidikan saat ini. Ini tidak hanya tentang mengukur pengetahuan siswa, tetapi juga tentang membangun karakter dan integritas dalam diri mereka. Oleh karenanya, ada beberapa pemikiran penting yang dapat menjadi kontribusi positif bagi setiap satuan pendidikan.
Pertama, membangun integritas siswa. US menjadi kesempatan membangun karakter siswa dengan mengajarkan mereka pentingnya kejujuran dan etika.
Kedua, menghindari kecurangan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip kejujuran dan integritas, US dapat membantu mengurangi kecenderungan siswa untuk berlaku curang dalam ujian.
Ketiga, mengukur pemahaman sejati. Dengan fokus pada pemahaman yang mendalam daripada sekadar menghafal informasi, US berintegritas mendorong siswa untuk benar-benar memahami materi pelajaran. Hal ini menciptakan proses pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa, yang dapat membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan kritis dan analitis.
Keempat, persiapan untuk menghadapi tantangan dunia nyata. US membantu menciptakan siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berintegritas serta siap untuk menghadapi dunia yang semakin kompleks dan beragam.
Kelima, meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan mengedepankan prinsip kejujuran dalam US, kita membangun fondasi yang kuat untuk sistem pendidikan yang berkualitas.
Ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi siswa, tetapi juga membantu meningkatkan nama baik sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Dengan demikian, US berintegritas bukan hanya tentang mengukur pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan moral siswa. Ini adalah langkah penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan generasi masa depan untuk menghadapi tantangan yang ada. Selamat menjalani hari-hari US bagi para siswa. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.