Berita Ngada

Bupati Andreas Paru Terapkan Konsep Pertanian Terintegrasi di Kebunnya di Utaseko Golewa Selatan

Durian ini dinilai memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan durian lokal. Dagingnya lebih tebal, rasanya pun manis dan legit.

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/LAUS MARKUS GOTI
Bupati Ngada Andreas Paru saat berkebun di kebunnya di Utaseko, Golewa Selatan, Kabupaten Ngada, Sabtu 13 April 2024.  

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti

POS-KUPANG.COM, BAJAWA - Andreas Paru, lahir dari keluarga petani. Kerja kebun, biasa dilakoninya sejak kecil. Bahkan ketika sudah menjadi anggota Polri di tanah Papua dan saat ini menjadi bupati di Ngada, tanah kelahirannya, Andreas masih terus bertani.

Andreas mengalami betul dunia pertanian dari waktu ke waktu mengalami perkembangan dan memberikan dampak berarti bagi kehidupan manusia dan alam itu sendiri.

Bagi Andreas kreatif dan inovatif menjadi kata kunci agar pertanian kian memberikan multieffect bagi kehidupan manusia. Namun kreativitas dan inovasi tidak boleh mengorbankan lingkungan alam. Ekosistem harus tetap terjaga dengan baik.

Andreas dan keluarga memiliki sebuah kebun yang luas di Utaseko, Kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada. Kebun itu mereka dibeli pada 2017 lalu.  Dulu pilihan Andreas membeli kebun itu dibeli dipandang aneh, karena lokasinya berada di kemiringan, banyak bebatuan dan tanpa akses jalan yang memadai pula.

Baca juga: Pelepasan Jenazah Mantan Bupati Ngada Ir. Albertus Botha, Andreas Paru Ungkap Pesan Moral Almarhum

Mengolah lahan seperti itu pasti membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Tapi dia meyakini kelak kebun itu akan memberikan banyak manfaat tidak hanya untuk dirinya tetapi juga sesama. Pada lahan seluas 15 hektar itu Andreas menerapkan pertanian yang terintegrasi dengan peternakan, perikanan dan pariwisata.

Sabtu pagi, 13 April 2024, masih dalam masa cuti bersama Idul Fitri, Andreas bersama istri Cecilia Sarjiyem dan beberapa sanak keluarganya berangkat ke Utaseko untuk berkebun. Waktu tempuh dari Kota Bajawa ke Utaseko kurang lebih 45 menit.
Tiba di kebun, sebelum ke tempat peristirahatan Andreas Paru dan istri mampir ke kolam ikan di tengah kebun. "Ada puluhan ribu ekor ikan di kolam ini," kata Andreas sembari menebar pakan ke dalam kolam. Dia sumringah melihat ikan - ikannya bergerak lincah, menyambar butiran - butiran pakan di permukaan kolam.

Selanjutnya dari tempat peristirahatan di ketinggian, Andreas menujukan kepada wartawan, panorama pantai selatan, perbukitan dan kaki - kakinya yang mejulur ke laut. Keindahan alam itu menjadi suntikan semangat bagi Andreas setiap kali berkebun.

Dari situ Andreas mengajak wartawan ke lahan fanili, sebelah timur tempat peristirahatan. Tanaman fanili tumbuh subur dan sudah ada yang berbuah. Fanili merambati pohon - pohon waru yang rindang. "Pohon waru ini ditanam. Ada sekitar lima pohon fanili di sini," ujar Andreas.

Rerumputan mengitari pohon waru juga ditanam. Kata Andreas, mereka sengaja menanam rerumputan di area fanili dan waru untuk mengurangi penguapan. Hal itu bagus untuk pertumbuhan fanili.

Selain fanili, di kebun itu juga ada durian, alpukat, mangga, jeruk, mangga, pepaya nenas dan sayur - sayuran, pakan ternak dan rempah - rempah . Semua tanaman ini berasal dari bibit yang tersertifakasi.

Budidaya Durian Terkenal Musang King

Salah satu jenis durian yang ditanam di Utaseko adalah durian jenis Musang King. Durian ini harga tergolong mahal. Namun perlu perawatan extra. "Kita tidak bisa menanam begitu saja, tetapi harus diperhatikan betul," ujarnya.

Untuk menjaga kelembaban, sintem pengairanya dengan irigasi tetes dan setiap dua atau tiga bulan dilakukan penumpukan.

Durian ini dinilai memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan durian lokal. Dagingnya lebih tebal, rasanya pun manis dan legit.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved