Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 7 April 2024, Ya Tuhanku dan Allahku
Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD Hari Paskah II merujuk pada Bacaan I: Kis. 4: 32-35, Bacaan II: 1 Yoh. 5: 1-6 dan Bacaan Injil : Yoh. 20: 19-31
Oleh : Bruder Pio Hayon, SVD *)
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul, Ya Tuhanku dan Allahku.
Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD Hari Paskah II merujuk pada Bacaan I: Kis. 4: 32-35, Bacaan II: 1 Yoh. 5: 1-6 dan Bacaan Injil : Yoh. 20: 19-31.
Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Katolik yang ditulis, Bruder Pio Hayon SVD hari ini.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Pernyataan pengakuan akan Tuhan dan Allah yang keluar dari mulut Thomas rasul adalah sebuah ungkapan iman yang paling dalam yang lahir dari sebuah kenyataan yang tak terbantahkan akan kehadiran Yesus secara nyata dalam penampakkanNya bersama para muridNya.
Pernyataan pengakuan ini bisa keluar kalau orang bersangkutan pada dasarnya sudah memiliki pengenalan yang mendalam akan Tuhan dan diteguhkan dengan sebuah realitas kebenaran yang dirasakannya. Maka perpaduan antara pengenalan yang mendalam dan realitas kebenaran maka akan menghasilkan sebuah kebenaran iman yang tinggi.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Hari ini kita memasuki minggu paskah kedua dalam liturgi gereja pada masa paskah. Minggu kedua Paskah, merupakan Hari Minggu Kerahiman Ilahi, disebut juga hari Minggu Putih, Dominica in albis, atau Minggu Santo Tomas. Perayaan ini bukan hanya dirayakan oleh Katolik Roma, tetapi juga beberapa gereja Anglikan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 6 April 2024, Tiga Cara Percaya Sesama Jadi Pembangkit Pikiran Positip
Perayaan tersebut aslinya berdasarkan pada devosi Katolik terhadap Kerahiman Ilahi yang Santa Faustina Kowalska laporkan sebagai bagian dari pertemuannya dengan Yesus, serta dikaitkan dengan janji-janji khusus dari Yesus dan indulgensi-indulgensi yang diberikan oleh Gereja. Di dalam perwahyuan pribadi yang diterima oleh Santa Faustina, Yesus bersabda: “Aku mau supaya ada Pesta Kerahiman. Aku mau supaya gambar itu diberkati secara mulia pada hari Minggu pertama sesudah Paskah Hari Minggu ini harus menjadi Pesta Kerahiman.”
Permintaan ini disampaikan oleh Yesus kepada St. Faustina dari Polandia pada penampakan-Nya tanggal 22 Februari 1931. Permintaan Yesus ini baru terwujud pada tahun 2000, ketika Bapa Suci Yohanes Paulus II menetapkan Hari Minggu setelah Minggu Paskah sebagai Minggu Kerahiman Ilahi.
Sejak saat itu Gereja universal secara resmi merayakan Pesta Kerahiman ilahi. Paus Yohanes Paulus II, pada 17 Agusstus 2002 menyatakan bahwa dunia saat ini membutuhkan Kerahiman Ilahi. Dunia sedang menderita. Berbagai konflik berkepanjangan terus terjadi, kebencian dan dendam merajalela, martabat manusia tidak dihargai, budaya kematian menggerogoti pengaruh budaya kehidupan.
Hal itu semua diakibatkan oleh dosa manusia. Ketika kuasa dosa begitu kuat mencengkeram manusia maka yang akan terjadi adalah penderitaan. Kerahiman Ilahi dibutuhkan untuk menolong orang-orang yang menjadi korban dari keganasan kuasa dosa yang telah merasuki banyak orang. Dan dalam konteks Injil kita hari ini, perayaan minggu kerahiman ilahi ini mendapat kepenuhannya dengan kehadiran Yesus yang telah bangkit itu di tengah-tengah para muridNya yang tinggal dalam ketakutan dan kegelisahan dengan mengunci diri di dalam rumah.
Ketakutan dan kegelisahan itu memang beralasan karena mereka mendapat tekanan dari orang-orang Yahudi pada saat itu berhubung dengan kejadian kebangkitan Yesus itu. Lalu Yesus datang berdiri di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Damai sejahtera bagi kamu”. Inti dari penampakkan Yesus pada saat ini adalah ketika Yesus menyampaikan ucapan salam damai sejahtera, Yesus lalu selanjutnya menunjukkan tangan dan lambungNya kepada mereka.
Peristiwa Yesus menunjukkan tangan dan lambungNya dengan bekas paku dan tombak itu menjadi sebuah tanda paling nyata atau paling realistis bagi para murid begitu juga dengan Thomas yang kurang percaya itu menjadi percaya ketika mengalami kebenaran realistis yang dialaminya dengan mencucukkan jarinya ke bekas paku pada tangan dan lambung Yesus.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 6 April 2024, Menjadi Saksi Bukan Soal yang Mudah
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.