Liputan Khusus

Lipsus - PMI Ilegal Asal Sikka Ditelantarkan Hingga Meninggal di Kaltim, Calo Sempat Bayar Aparat

Jodimus bersama kurang lebih 72  warga Kabupaten Sikka lainnya termasuk anak laki-laki Jodimus, Fransiskus Minggu dikirim secara ilegal ke Kaltim.

|
Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/HO
Kerabat mengantar peti jenazah PMI Ilegal asal Kabupaten Sikka Jodimus Moan Kaka (40) untuk dikuburkan. Jodimus meninggal usai diterlantarkan perekrutnya di Kaltim. 

POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Nasib tragis menimpa Jodimus Moan Kaka (40) warga Desa Hoder, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.

Pria 40 tahun itu diterlantarkan hingga menderita sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya di tanah perantauan di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

Awalnya, Jodimus bersama kurang lebih 72  warga Kabupaten Sikka lainnya termasuk anak laki-laki Jodimus, Fransiskus Minggu dikirim secara ilegal ke Provinsi Kaltim oleh seorang calo yang diketahui bernama YS alias Joker.

Baca juga: Ada Anak Dibawah Umur, TRUK Maumere Kawal Kasus Pengiriman Tenaga Kerja Ilegal ke Kalimantan Timur

Maria Trisanti Dahope, saudari kandung Jodimus mengungkapkan, saudaranya berangkat ke Kaltim untuk bekerja di perusahaan sawit yang dijanjikan YS. 

Mereka berangkat dari Pelabuhan Lorens Say Maumere menuju Balikpapan pada tanggal 12 Maret 2024 menggunakan KM Lambelu. Semua biaya perjalanan tersebut ditanggung YS sebagai calo.

Selain membiayai perjalanan, setibanya di Balikpapan, YS juga disebut sempat menjanjikan akan membantu mengurusi transportasi dan akan mengatur penginapan, makan minum hingga urusan pekerjaan di perusahaan sawit.

Namun, janji YS hanya tinggal janji. Urusan transportasi, penginapan, makan minum dan urusan pekerjaan tidak ditepati YS.

Maria Trisanti mengungkapkan, berdasarkan cerita Moan Kaka sebelum meninggal dunia, dia dan beberapa pekerja lainnya terpaksa bekerja memotong kayu untuk sekadar bertahan hidup.

"Mereka tinggal di pondok yang disediakan Joker. Di dalamnya hanya ada alat dapur dengan parang, beras dan air minum atau air untuk masak sama sekali tidak ada," ungkap Maria Trisanti yang bekerja di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

Setelah berhari-hari tinggal di pondok dan bekerja sebagai pemotong kayu, pola makan mereka pun mulai tidak teratur hingga menyebabkan Jodimus jatuh sakit.

Jodimus sempat memberitahu YS untuk membantu biaya pengobatan namun tidak diindahkan. Hingga akhirnya Jodimus terpaksa menelpon istrinya di Desa Hoder dan memberitahuku kondisinya yang sedang sakit.

"Istrinya terpaksa jual babi besar seharga Rp 1 juta dan uangnya dikirim ke suaminya. Setelah dapat uang dari istri dan uang hasil penjualan Hp milik Kakak Jodi, dia dengan anak lakinya Fransiskus Minggu menumpang mobil travel menuju ke rumah sakit di Kota Balikpapan. Namun, dalam perjalanan Kakak Jodi meninggal di atas mobil travel," ungkap Maria Trisanti.

Jenazah Jodimus Moan Kaka, lanjut Trisanti terus dibawa ke rumah sakit di Balikpapan bersama anak laki-lakinya, Fransiskus Minggu. Hingga saat ini, pihak keluarga belum mengetahui pasti penyebab kematian Jodimus.

Pihak keluarga sempat menyampaikan YS via telepon seluler agar dirinya membantu biaya pemulangan jenazah Jodimus dari Balikpapan ke Kabupaten Sikka.

"Untuk pengiriman jenazah, pihak rumah sakit di sana minta Rp 24 juta, keluarga kemudian telpon Joker tetapi nomor Hp tidak aktif. Kemudian keluarga minta saya ke Balikpapan untuk mengurus jenazah. Saya kemudian jemput jenazah dan anaknya. Saat itu, kami telpon lagi Joker, dia janji mau kirim uang, tetapi tidak ada kejelasan sampai keluarga putuskan untuk makamkan jenazah di tempat kerja saya di Kutai Kertanegara," ungkap Trisanti.

Jenazah Jodimus dimakamkan di Kutai Kertanegara pada Jumat, 29 Maret 2024 pukul 17.00 Wita. YS yang berusaha dikonfirmasi Pos Kupang  melalui pesan WhatsApp, Rabu (3/4) sejak pukul 13.35 Wita belum memberikan jawaban. Begitu juga ketika ditelpon ke nomor WhatsApp YS namun belum direspon.

Selama berada di Kaltim, puluhan calon pekerja ilegal yang direkrut YS mengaku hanya diberi makan nasi basi.

Ari, calon pekerja ilegal asal Kampung Galit, Desa Hale, Kecamatan Mapitara mengisahkan, mereka ke Kaltim menggunakan kapal dari Pelabuhan Lorens Say Maumere hingga tiba di Pelabuhan Balikpapan.

TIba di sana, mereka melanjutkan perjalanan menggunakan taksi menuju terminal bus. Dari terminal bus, lanjut Ari, perjalanan mereka berlanjut hingga memasuki Simpang Kalteng menggunakan bus. Di Simpang Kalteng itulah mereka semua turun dan dipisahkan menjadi dua kelompok.

"Sisanya kami yang 1 bus berangkat dari Simpang Kalteng ke tempat yang mereka sebut Kamp Baru. Kami turun di situ. Joker melalui suruhannya yang bernama Yanto yang membawa kami. Yanto sampaikan ke kami, kalau sampai di Kamp Baru, ada orang tanya bilang saja kami ini nyasar," kata Ari.

Sesampainya di Kamp Baru, mereka tidur di sebuah bangunan tanpa dinding. "Untuk makan minum kami mesti tunggu dari orang suruhan Joker mengantar makanan. Makan pagi kadang tunggu sampai malam baru diantar. Kami sampai dikasih nasi basi. Terpaksa kami tidak makan, barulah mereka mengambil nasi untuk kami makan," ungkap Ari.

Untuk bertahan hidup, mereka terpaksa membantu pekerjaan memotong kayu untuk dijual. Saat itulah Jodimus Moan Kaka calon pekerja asal Desa Hoder, Kecamatan Waigete, terkena sakit.

 

Bayar Aparat Rp 5 Juta

Keluarga almarhum Jodimus Moan Kaka, calon pekerja yang direkrut YS untuk bekerja di perusahaan sawit yang meninggal dunia karena sakit akhirnya melaporkan YS ke Polres Sikka, Jumat (29/3) lalu.

Laporan keluarga almarhum Jodimus Moan Kaka sempat ditolak petugas SPKT Polres Sikka dan meminta keluarga almarhum membuat laporan secara tertulis dan melaporkan kembali ke Polres Sikka.

Ambrosius Nong Yoris, salah satu keluarga almarhum Jodimus Moan Kaka mengatakan saat ke Polres Sikka mereka berjumlah lima orang yang merupakan keluarga almarhum.

Guna meloloskan 72 calon pekerja ilegal asal Kabupaten Sikka, para calo tenaga kerja nekat membayar sejumlah uang kepada sejumlah oknum petugas keamanan di Pelabuhan Laut Lorens Say Maumere.

Uang yang dibayarkan calo kepada petugas keamanan Pelabuhan Laut Lorens Say Maumere sebesar Rp 5 juta.

Hal itu diungkapkan Ari, salah satu calon pekerja ilegal asal Kampung Galit, Desa Hale, Kecamatan Mapitara yang dikirim ke Provinsi Kalimantan Timur.

Ari mengungkapkan, awalnya para calo tenaga kerja itu mendatangi dia dan beberapa rekannya di beberapa desa di Kabupaten Sikka dan menyampaikan mereka sedang mencari calon tenaga kerja untuk bekerja di perusahaan sawit di Kalimantan.

"Dapatlah kami ini sekitar 72 orang. Pas sampai di Pelabuhan Lorens Say mau naik kapal KM Lambelu, kami disuruh pisah-pisah atau tidak boleh kerumunan. Nanti ketahuan," ungkap Ari.

Saat sudah berada di atas KM Lambelu, YS alias Joker menelpon salah satu calon pekerja yang direkrut agar menunggu dan melarang agar jangan dulu naik ke atas kapal. Namun Ari dan teman-temannya tetap naik ke atas kapal. Bukannya mengikuti para calon pekerja yang dia rekrut naik ke atas KM Lambelu, YS malah memilih menuju Larantuka menggunakan mobil.

"Sampai di Larantuka dia (red: Joker) naik kapal dengan kami, dalam perjalanan dia kemudian cerita bahwa dia sebenarnya naik kapal di Maumere tetapi banyak orang incar-incar dia, sampai dia bayar polisi Rp 5 juta," ungkap Ari.

Kepala Seksi (Kasi) Humas Polres Sikka, AKP Susanto yang dikonfirmasi, Kamis (4/4) siang terkait laporan kasus tersebut mengatakan, pihak keluarga PMI Ilegal, Jodimus Moan Kaka, sudah membuat laporan polisi. Kasus Jodimus kini sedang ditangani penyidik Polres Sikka.

Dikatakan, Kapolres Sikka, AKBP Hardi Dinata telah membentuk tim guna melakukan penyelidikan dan saat ini tersebut tim telah menjadwalkan guna melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi.

Terhadap pengakuan Ari seperti yang didengar dari YS, AKP Susanto mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan terkait dugaan suap yang dilakukan calo YS terhadap oknum polisi. 

 

Joker Sebagai Pemain Lama

Tim Relawan untuk Kemanusiaan (Truk) Maumere menduga YS alias Joker merupakan pemain lama atau sudah sering terlibat pengiriman tenaga kerja ilegal dari Kabupaten Sikka ke beberapa wilayah tujuan pencari kerja.

"Dari cara-cara yang dia lakukan kami menduga dia (red : YS) ini pemain lama yang sudah sering mengirim pekerja ilegal ke luar Sikka," ujar Sekretaris TRUK Maumere, Maria Hendrika Hungan, Kamis (4/4) melalui telepon selular.

Maria Hendrika Hungan atau yang biasa disapa Heni Hungan menjelaskan, cara YS merekrut calon pekerja yakni dengan cara merekrut satu persatu kemudian membeli tiket atas nama pekerja yang bersangkutan.

Kemudian, pada saat berangkat, para pekerja tidak diperbolehkan naik ke kapal dengan cara berkumpul tetapi naik sendiri-sendiri. Pada saat di atas kapal baru mereka berkumpul. Hal itu dilalukan guna mengelabui petugas dan hanya dilakukan oleh calo yang sudah berpengalaman.

Heni juga mengakui, sering mendengar nama YS alias Joker kerap disebut-sebut masyarakat Kabupaten Sikka sebagai oknum calo yang sudah sering mengirim pekerja ilegal ke luar wilayah Kabupaten Sikka.

"Tapi informasi dari warga itu belum bisa kita percaya dan kita perlu investigasi lebih lanjut kebenarannya," tandas Heni Hungan.

Lebih lanjut Heni Hungan mengungkapkan, dugaan TRUK Maumere bahwa YS merupakan "pemain lama" pengiriman tenaga kerja ilegal di Kabupaten Sikka diperkuat dengan adanya temuan keterlibatan orang lain atau YS menggunakan jejaringnya untuk merekrut para calon tenaga kerja.

TRUK Maumere menemukan adanya keterlibatan jejaring saat bertemu istri Jodimus Moan Kaka di kediamannya, Kamis, 4 April 2024 siang.

"Karena perekrutan yang sampai bertemu keluarga para calon tenaga kerja yang mau diberangkatkan itu bukan dia (red:YS) tetapi awalnya masuk itu melalui orang lain. Jadi ada jaringan sehingga itu menurut saya dia bukan orang baru tapi orang lama dan metode komunikasi yang digunakan itu melalui Hp," beber Heni Hungan.

Heni juga mengungkapkan, berdasarkan hasil wawancara TRUK Maumere, beberapa keluarga korban sama sekali tidak mengenal YS. 

"Jadi dia sistemnya dari mulut ke mulut. Setelah dia merekrut satu orang calon pekerja terus dari satu orang calon pekerja itu yang nanti mengajak orang lain jadi itu nanti terputus," urai Heni Hungan. (cr8)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved