Tokoh NTT
Profil Nafsiah Mboi, Tokoh NTT yang Jabat Menteri Kesehatan, Pernah Diganjar Ramon Magsaysay Award
Nafsiah adalah seorang dokter spesialis anak yang mendapat gelar Master of Public Health (MPH) dari Institute of Tropical Medicine, Antwerpen, Belgia.
POS-KUPANG.COM - Nama dr. Andi Nafsiah Walinono Mboi, Sp.A., MPH., atau yang lebih dikenal sebagai Nafsiah Mboi tidak asing di telinga masyarakat Indonesia.
Perempuan kelahiran Sengkang, Sulawesi Selatan 14 Juli 1940 itu merupakan Menteri Kesehatan Indonesia ke-17 yang diangkat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Kabinet Indonesia Bersatu II.
Ia menggantikan pendahulunya, Menteri Endang Rahayu Sedyaningsih yang meninggal dunia karena kanker paru pada 2 Mei 2012. Ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan dalam rentang waktu 14 Juni 2012 hingga 20 Oktober 2014.
Baca juga: Profil Tokoh NTT Emi Nomleni, Perempuan Pertama Pimpim DPRD NTT, Karier Politik Moncer
Nafsiah sendiri memang sudah berkali-kali menjadi kandidat Menteri Kesehatan, namun kepercayaan itu baru datang saat ia memasuki usia senja.
Nafsiah tercatat menjadi Menteri Kesehatan RI pada umur 71 tahun dan menjadi yang tertua dalam jabatan itu.
Isteri Gubernur NTT
Selain dikenal sebagai Menteri Kesehatan, Nafsiah juga dikenal sebagai isteri Gubernur Nusa Tenggara Timur atau Gubernur NTT periode 1978-1988, dr. Aloysius Benedictus Mboi, MPH atau Gubernur Ben Mboi.
Kisah mereka berawal di kampus FK UI. Ben Mboi yang merupakan kakak kelas di Fakulltas Kesehatan mempersunting Nafsiah untuk menjadi pendamping hidupnya.
Keduanya menikah setelah Nafsiah lulus UI pada tahun 1964. Ben terlebih dahului lulus pada 1961 dan sempat terjun bersama Benny Moerdani saat operasi Trikora di Papua Barat pada tahun 1962.
Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai 3 orang anak.
Dokter Spesialis Anak
Sepak terjang Nafsiah di bidang kesehatan dimulai sejak tahun 1978, ketika ia bahu - membahu dengan sang suami, dr. Ben Mboi yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur NTT mengangkat derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat NTT.
Saat itu NTT masih merupakan provinsi tertinggal di Indonesia.
Karyanya di bidang pelayanan kepemerintahan pernah mengantar pasangan itu menerima Ramon Magsaysay Award tahun 1986, di samping penghargaan nasional lainnya, termasuk Satyalancana Bhakti Sosial tahun 1989.
Ia juga dikenal aktif di bidang HAM dan pernah menjadi ketua Komite Hak-hak Anak untuk PBB.
Di bidang pemerintahan, Ia pernah menjadi anggota MPR RI pada tahun 1982-1987.
Nafsiah adalah seorang dokter spesialis anak yang mendapat gelar Master of Public Health (MPH) dari Institute of Tropical Medicine, Antwerpen, Belgia pada tahun 1990.
Ia sempat menjadi research fellow untuk Takemi Program dalam kesehatan internasional di Universitas Harvard, Cambridge, AS pada tahun 1990-1991.
Sejak 2006, Nafsiah dipercaya menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan wakil ketua Komisi Nasional (Komnas) perempuan.
Alumni jurusan spesialisasi anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini dikenal memiliki kepedulian yang tinggi di bidang advokasi HIV/AIDS.
Nafsiah dikatakan turut mempelopori lahirnya Komitmen Sentani pada tahun 2004 yang menjadi tonggak komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk penanggulangan AIDS.
Nafsiah adalah orang Asia pertama yang menjadi Ketua Komite Hak Anak PBB (CRC) dan perempuan Indonesia pertama yang menduduki posisi direktur pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sampai saat ini Nafsiah diakui ketokohannya dalam isu HIV/AIDS. Dia memperjuangkan pendekatan kemanusiaan dan HAM untuk ODHA dan memahami pentingnya pemberdayaan populasi kunci dalam penanggulangan HIV/AIDS.
Anak Hakim
Adapun Nafsiah merupakan putri sulung enam bersaudara dari pasangan Andi Walinono dan Rahmatiah Sonda Daeng Badji.
Ayah Nafsiah adalah hakim yang pernah bertugas di Makassar, Surabaya, Jayapura, dan Jakarta serta merupakan tokoh masyarakat dan intelektual di Sulawesi Selatan.
Nafsiah memiliki saudara kandung bernama Prof. Dr. Andi Hasan Walinono (alm), Direktur Jenderal dan Sekjen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada era 1980-an, dan Erna Witoelar, aktivis lingkungan yang juga mantan Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah pada Kabinet Persatuan Nasional era Presiden Abdurrahman Wahid.
Harapan untuk NTT
Memasuki usia senjanya, Nafsiah Mboi masih menaruh mimpi besar untuk masyarakat NTT. Ia bermimpi masyarakat NTT akan lebih sejahtera pada masa mendatang.
Mimpi besar itu, salah satunya telah terwujud dengan hadirnya Rumah Sakit Umum Pusat dr. Ben Mboi di Kupang NTT yang dapat memberikan pelayanan sekaligus memudahkan masyarakat.
"Mimpi atau cita-cita saya adalah masyarakat NTT harus sejahtera, dengan memperoleh pelayanan kesehatan baik dari segi mental, fisik, sosial dan lainnya secara paripurna," ungkapnya usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada acara peresmian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Ben Mboi, Rabu 6 Desember 2023.
Menurut dia walaupun bangunan rumah sakit mewah yang telah diresmikan Presiden Jokowi, namun diakuinya bahwa pelayanan yang harus diutamakan.
"Bagi saya rumah sakit mewah itu belum tentu menjamin kesehatan masyarakat, namun yang paling utama itu adalah pelayanan yang cepat dan baik," jelasnya.
Bagi dia, apabila RSUP dr Ben Mboi belum dapat membantu masyarakat NTT, dan secara umum masyarakat di Indonesia bagian timur, maka belum bisa tercapai mimpinya maupun semua warga masyarakat.
"Saya berharap rumah sakit ini bukan saja menerima orang yang sakit, tapi ikut berperan di tengah masyarakat, sehingga membantu masyarakat agar lebih sehat," tambahnya. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.