Berita Belu
Dinas Peternakan NTT dan Pemkab Belu Kerja Sama dengan AIHSP Bentuk Kader Siaga Rabies
Menurutnya, dalam hal ini masyarakat perlu dilibatkan untuk membantu dalam merespon cepat kejadian penyakit rabies.
Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur
POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Dinas Peternakan Provinsi NTT dan Pemerintah Kabupaten Belu melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Belu bekerja sama dengan AIHSP (Australia Indonesia Health Security Partnership) membentuk Kader Siaga Rabies (Kasira) serta Bimbingan Teknis. Rabu, 3 April 2024.
Kegiatan ini juga didukung oleh Kementerian Pertanian (Kementan) RI melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH).
Kegiatan ini berlangsung di aula Hotel Setia Atambua (3-5 April 2024) dan dibuka secara oleh Asisten II Setda Belu, Marsianus Loe Mau, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT, Melky Angsar, Yoos Djami, Kadis Peternakan dan Perikanan Belu.
Hadir juga secara Daring Direktur Program Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP), John Leigh dan Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner.
Pembentukan KASIRA di Kabupaten Belu yang didukung penuh oleh AIHSP melibatkan enam desa dengan masing- masing desa mengirimkan lima orang peserta terdiri kader Posyandu, kader Puskeswan, pengurus Kelompok Umat Basis (KUB), Babinsa dan babinkamtibmas.
Baca juga: Satgas Pangan Polres Belu Pantau Stok Beras Jelang Idul Fitri 2024
Selain itu perwakilan dari OPD terkait Kabupaten Belu yaitu Bappelitbangda, Dinkes, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Pemdes dan Sosial, Dinas PPO, dan BPBD.
Marsianus Loe Mau dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa dalam upaya pengendalian penyakit rabies di Kabupaten Belu diperlukan kerja sama multisektor yang terintegrasi.
Menurutnya, dalam hal ini masyarakat perlu dilibatkan untuk membantu dalam merespon cepat kejadian penyakit rabies.
"Kesadaran masyarakat terhadap bahaya rabies harus turut berperan aktif sehingga tindak respon dapat berlangsung secara cepat, efektif dan berkelanjutan. Agar respon masyarakat terhadap bahaya penyakit rabies dapat berkelanjutan maka perlu dilakukan penguatan kelembagaan seperti ini," ujarnya.
Disampaikan Marsianus, pencegahan dan pengendalian penyakit rabies di kabupaten Belu dapat berjalan dengan baik dan lancar hingga saat ini karena keterlibatan dan dukungan semua pihak.
Karena itu, Marsianus menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pertanian, Kementrian Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Provinsi NTT dan Program AIHSP (Australia Indonesia Health Security Partnership) yang sudah mendukung Pemerintah Belu dalam upaya pencegahan rabies dan pembentukan Kasira.
Baca juga: Cegah Penularan Rabies di Belu,10.800 Anjing Disuntik Vaksin
"Diharapkan Kasira ini menjadi ujung tombak untuk mensosialisasikan tentang rabies kepada rekan-rekan kerja dan masyarakat di sekitar tempat mereka bekerja tentang bahaya rabies dan cara pencegahannya," harap Marsianus.
Sementara Itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT, Melky Angsar menyampaikan bahwa sampai saat ini, virus rabies sudah mencapai 6 Kabupaten di Pulau Timor sejak kasus pertama di Timor Tengah Selatan (TTS) Bulan Mei 2023.
Ia menyampaikan bahwa sejak Mei tahun 2023 hingga 2024 secara keseluruhan di NTT sudah ada 43 orang yang meninggal akibat rabies. Di Pulau Timor sudah mencapai 22 orang.
Ia merincikan di Pulau Timor sendiri Kabupaten TTS 16 orang, TTU 4 orang, Malaka 2 orang, sedangkan kabupaten Belu sudah ada kasus gigitan anjing dan sampel positif rabies pada anjing di Desa Teun, Maumutin dan Naekasa, namun belum ada korban nyawa manusia.
Demikian pula Kota Kupang sudah ada sampel anjing positif rabies, sedangkan Kabupaten Kupang masih negatif.
"Sebagian besar korban jiwa manusia disebabkan ketidaktahuan mereka dan keluarga akan bahaya rabies, bagaimana tatalaksana kasus gigitan pada manusia setelah digigit oleh anjing, sehingga korban terlambat diberi penanganan medis oleh Dinas kesehatan terdekat," jelasnya.
"Kita tidak harapkan orang meninggal tetapi melihat trend kalau kasus rabies masih tinggi artinya kemungkinan kematian masih ada karena banyak masyarakat yang tergigit anjing dan tidak melaporkan," tambahnya.
Karena itu dengan pembentukan KASIRA di Kabupaten Belu diharapkan menjadi ujung tombak yang mampu menjembatani lintas sektor dan swasta serta menjadi kekuatan luar biasa dalam pengendalian rabies.
"Kita harapkan pembentukan kasira ini dapat melakukan sosialisasi hingga tingkat RT, melalui mimbar gereja setiap minggu, maupun kegiatan lain yang melibatkan banyak orang, sehingga masyarakat bisa tau kalau rabies ini betul ada dan bukan hanya omong-omong saja, karena sudah ada yang positif dan meninggal," tegasnya. (Cr23)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.